Bab 15

1.6K 166 4
                                    

Mature Content 21+

Happy reading, semoga suka.

Full  version dan lebih lengkap bisa didapatkan di Playstore dan Karyakarsa ya.

Full  version dan lebih lengkap bisa didapatkan di Playstore dan Karyakarsa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

______________________________________________________________________

Reina masih memikirkan tentang tadi malam ketika ia berjalan di sekitar halaman kastil. Ia lalu berhenti dan berdiri di atas sebuah batu, memandang sekeliling dengan penasaran dan Reina tidak siap ketika melhat pria itu melintasi halaman di atas punggung seekor kuda jantan hitam besar. Reina melihat dengan kagum ketika pria itu mendekat dan perutnya mengencang saat Garrick berada di hadapannya. Pria itu lalu turun dan tersenyum tipis padanya.

"Kau ingin berkuda?"

Reina menatap hewan besar itu dan walaupun ia kagum, ia kemudian menggeleng. "Tidak, aku tidak bisa."

Dengan keanggunan yang mencuri napas Reina, pria itu dengan mudah membungkuk dan meraih pinggang Reina lalu mengangkatnya ke atas pelana dan mendudukkannya di sana seolah Reina hanyalah sehelai bulu ringan.

"Geser kakimu ke sisi kuda yang lain," perintah pria itu saat dia bergerak naik dan duduk di belakang Reina.

Canggung, Reina berjuang mengangkat kakinya dengan rok-rok berat dan tebal itu dan berhasil duduk mengangkangi kuda tersebut. Ia merapatkan kedua pahanya ke badan kuda secara refleks tapi dada keras di belakangnya, juga kalungan lengan kuat di pinggangnya membuat Reina sadar bahwa ia sangat aman. Pria itu lalu dengan ahli mengarahkan kudanya agar bergerak pelan hingga mereka mencapai lapangan terbuka.

Angin bertiup membelai wajah Reina saat mereka bergerak meelewati rerumputan hijau yang dipenuhi bunga-bunga kecil. Reina menarik napas panjang dan kemudian memejamkan matanya, kepalanya tanpa sadar disandarkan pada bahu pria itu saat ia mengangkat wajah untuk menikmati sinar matahari.

Reina memang diizinkan untuk berkeliling kastil dengan bebas tapi setiap kali ia melangkah ke halaman, ia menyadari mata yang mengawasi gerakannya. Kini, berpacu di atas kuda jantan ini tanpa memedulikan apapun membuatnya mencecap sejenak kebebasan menyenangkan itu dan menyalakan kembali kilau di kedua matanya.

Reina kemudian merasakan jari-jari yang terentang di perutnya, yang menekan kuat dan menariknya agar ia merapat ke belakang. Jantung Reina tearsa bertalu saat jari-jari itu mulai mengusap perutnya dan menciptakan sensasi di antara kedua paha Reina.

Mata Reina membelalak saat ia merasakan kekerasan yang tengah menekannya dan setiap langkah kuda itu mengirimkan kontak intim yang membuat tubuh Reina berdesir. Napas Reina tercekat di tenggorokan saat merasakan telapak tangan yang meluncur ke bawah pinggulnya, yang kini sedang mengumpulkan roknya ke atas, menarik bahan sutra itu sedikit demi sedikit, menggodanya denga perlahan...

Otot perut Reina mengencang saat telapak hangat itu menyentuh kulit pahanya yang telanjang.

"Just relax, Reina," ujar pria itu ketika bibirnya menempel di pelipis Reina, mengirimkan getaran ke tubuhnya.

Menit-menit panjang yang menyiksa itu berlalu saat pria itu kemudian menggerakkan tangannya, ibu jarinya membuat gerakan-gerakan memutar di paha dalam Reina, begitu dekat dengan bagian di antara kedua kakinya.

Ia memaksa dirinya membuat sedikit ruang antara dirinya dan pria itu tapi Reina gagal. Garrick merapatkan dirinya pada Reina dan saat kuda itu berpacu lebih cepat, tubuh mereka saling menggesek dan terhentak,

Oh Lord...

Ia berusah menggeser tubuhnya lagi, setengah mati ingin melepaskan diri dari sensasi yang tengah melingkarinya. Wajah Reina terasa terbakar malu saat ia mencoba mencari cara untuk menghentikan apa yang tengah dirasakannya ini. Ini di atas kuda! Siapa yang bergairah di atas kuda?!

Tapi napas Reina tercekat saat tangan pria itu meluncur ke balik korset untuk mengusap salah satu putingnya.

"Oh! My Lord!" engah Reina terkejut.

"Kau ingin aku berhenti?" Nada pria itu terdengar mengejek, dia tahu bahwa Reina juga terangsang.

"Please..."

Reina tidak tahu apa yang sedang ia mohonkan. Ia bisa merasakan tekanan kuat kedua paha pria itu dan kecepatan kuda mengentaknya sehingga tubuh bawah Reina mulai bergelenyar. Kedekatan mereka, hentakan irama kuda, sentuhan pria itu...

Oh Lord... bisakah siksaan ini berhenti?

Reina bergidik saat pria itu tiba-tiba menghentikan kudanya lalu turun. Sebelum ia sempat menarik napas, pria itu sudah menangkap pinggangnya dan menyeret Reina dari punggung kuda itu. Lalu pria itu memeluknya, merapatkan tubuh mereka agar ia bisa merasakan kekerasan Garrick yang sedang menekannya.

"Aku meginginkanmu, Reina. Aku perlu berada di dalam dirimu sekarang."

Mata pria itu membuat Reina bergetar, meleleh. Pria itu kemudian memukul kuda itu dan menjauhkannya, membiarkan kuda itu merumput agak jauh dari mereka sebelum ia menarik Reina lalu membaringkan tubuhnya di atas rumput. Pria itu lalu berlutut dan berkutat dengan celananya.

"Aku tidak bisa menunggu lagi, Reina."

Ia terkesiap saat pria itu menarik gaunnya ke atas, menurunkan celana selututnya dengan terburu-buru. Mulutnya bergerak ke atas bibir Reina, menyesap dan mencium dalam. Dan setelahnya, dia membawa Reina ke dunia di mana hanya ada mereka berdua.

"Jangan pernah tinggalkan aku, Reina, jangan pernah," bisik pria itu kemudian, lama setelahnya.

The Devil's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang