Bab 9

2.3K 218 13
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook sudah lengkap di Karyakarsa dan Playstore. Bab perbab sampai tamat sudah duluan di post di Karyakarsa ya.

Kalau kalian penyuka roman ringan, boleh silakan cek story di bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau kalian penyuka roman ringan, boleh silakan cek story di bawah. Langsung tamat ya.

Luv,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Garrick sedang berada di ruang perpustakaannya ketika Cassandra menyerbu masuk dengan marah.

"Beraninya kau!" Wajah wanita itu tampak memerah, karena rasa malu dan juga terhina. "Kau berani mengurungku?!"

Garrick menghela napas pelan. Ia sebenarnya tidak ingin melihat Cassandra lagi, menjaga kalau-kalau kesabarannya yang tipis menghilang sepenuhnya karena sikap dan keangkuhan wanita itu. Belum lagi, ia sangat karena Cassandra berani menyentuh Reina. Tapi ia masih bisa mengendalikan dirinya, bagaimanapun, di suatu waktu dulu, Cassandra pernah sangat menyenangkannya.

"Satu hari di penjaraku tidak cukup membuatmu berubah rupanya, Cassandra," ujar Garrick setenang yang bisa diusahakannya. Ia melipat kedua tangannya, mengangkat alis dan menatap Cassandra dengan bosan, walaupun sebenarnya hatinya panas setiap kali mengingat wanita itu menampar Reina. Jika menuruti hati, ia ingin menahan Cassandra lebih lama sampai wanita itu menangis memohon ampun, tapi lagi-lagi, Garrick berusaha bersabar demi masa lalu.

"Kau tega melakukannya, Garrick? Demi pelacur itu?!"

Sayangnya, Cassandra sulit mengontrol mulutnya. Dan Darah Garrick kembali mendidih.

"Satu kata lagi tentang gadis itu dan kau akan bisa mengecap amarahku, Cass."

"Oh, gadis itu begitu berarti di matamu?" tantang Cassandra.

"Kau tidak perlu tahu."

Cassandra lalu maju mendekat dan menggebrak meja Carrick penuh emosi. Tapi ia bergeming, menolak terpancing.

"Aku tidak peduli seberapa berharganya dia untukmu. Tapi jangan lupa, Garrick, kau kekasihku!"

Carrick mendengus kasar. Wanita itu mulai membuatnya kesal. "Kekasih? Tidur beberapa kali denganku tidak lantas menjadikanmu istimewa. Kau tidak lebih dari sekadar simpananku, Cassandra. Yes, we had a good time, but even good things can come to an end."

"Bedebah! Jaga mulutmu. Kau tahu siapa apa, bukan? Aku janda dari Duke Dumont. Dan anakku sekarang adalah Duke Dumont. Kau tidak bisa memperlakukanku sesukamu seperti kau memperlakukan pelacur-pelacurmu yang lainnya!" bentak wanita itu dengan murka.

Garrick tertawa keras untuk sejenak. "Really, Cass? Kau pikir kau bisa mengintimidasiku dengan statusmu? Bahkan jika kau masih Duchess of Dumont sekalipun, aku tidak peduli. Apalagi sekarang kau cuma janda dari tua bangka itu. Dan Duke Dumont yang sekarang tidak lebih dari sekadar anak tirimu. Kurasa dia membencimu lebih besar dari dia membenci ayahnya."

Kalimat Garrick membuat wanita itu terdiam sejenak. Wajahnya terlihat memerah. Kali ini lebih karena rasa malu. "Kau... Kau..."

"Pergilah, sebelum kau membuatku lebih kesal. You know the price."

Wanita itu dengan cepat mengubah strateginya. Kali ini dia menatap Garrick dengan tampang memelas. "Oh, Garrick. Kupikir hubungan kita istimewa, tapi demi gadis ingusan itu..."

"I have warned you," potong Garrick, memperingatkan Cassandra.

"Dengar, aku tidak peduli, oke? Kau boleh memiliki simpanan sebanyak apapun yang kau mau, tapi aku tahu bahwa kau mencintai..."

"Sebaiknya kau pergi." Sebelum delusi wanita itu semakin menjadi-jadi.

"Garrick..."

Ia melihat wanita itu memutari meja dan mendekat padanya. Garrick berdiri dengan cepat dan wanita itu terkesiap tajam saat jari-jari kuat Garrick menyakiti dagunya. "Enyahlah dari hadapanku, sebelum aku melemparkan dari kastilku, Cassandra. Kesabaranku memiliki batas."

Cassandra belum sempat merespon balik saat pintu ruang perpustakaan Garrick diketuk. Mata Garrick menyipit marah pada Cassandra sebelum ia mendorong wanita itu dengan kasar dan menyuruh siapapun yang ada di balik pintu itu agar masuk.

Kepala pelayannya masuk dan menyerahkan selembar perkamen. Garrick mengangguk. Dan sebelum pria itu pergi, ia lalu memberi perintah lain.

"Tunjukkan jalan keluar pada Mrs. Dumont. Kalau dia tidak bersedia, seret saja!"

Cassandra memang wanita keras kepala tapi ada saatnya dia tahu kapan harus mundur. Tentu saja, jika tidak bagaimana bisa wanita licik itu mampu menggoda si tua Dumont. Setelah pria itu meninggal, hanya beberapa bulan setelah mereka menikah, Cassandra tidak menunggu lama untuk mulai merayu Garrick. Garrick menikmatinya, tentu saja. Cassandra adalah wanita yang sangat cantik. Garrick senang bermain-main. Tapi ketika wanita ambisius itu mulai berpikir untuk mendapatkan lebih, Garrick merasa harus mengingatkan Cassandra. Wanita itu tidak akan pernah bisa menguasai Garrick, apalagi berpikir untuk mencengkeramkan kukunya dan menjadikan Garrick bonekanya seperti dia memanipulasi si tua Dumont. Apa wanita itu tidak tahu malu? Dasar wanita rendahan yang tidak tahu diri! Jika dibandingkan dengan Reina, Cassandra sama sekali tidak ada apa-apanya.

Setelah Garrick kembali sendirian di ruang perpustakaannya, ia meraih perkamen cokelat itu dan membukanya. Ekspresi wajahnya berubah saat ia membaca baris demi baris.

Oh Tuhan... apa yang sudah dilakukannya?


The Devil's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang