Bab 13

2K 200 3
                                    

Mature Scene 21+

Happy reading, semoga suka.

Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa ya. Ketiga seri juga sudah lengkap.

Luv,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_____________________________________________________________________________

"Sudah kuduga kalau aku akan menemukanmu di sini."

Tersesat dalam pikirannya sendiri saat ia duduk di bangku baru di taman yang dulu hanya bisa dilihat oleh Reina melalui jendela, ia terkejut saat suara pria itu tiba-tiba mengusiknya. Matahari sudah tenggelam lama tapi ia masih duduk di sini, senang merasakan angin malam yang membelai wajahnya juga mendengarkan suara serangga malam yang bernyanyi. Setelah sekian lama terkurung di kamar menara pria itu, Reina merasa hidup, bebas mengecap udara di luar dan menikmati kebebasannya. Walau masih terhalang dinding-dinding kastil, tapi ini tetap lebih baik daripada terkurung di kamar.

"My Lord..." Reina menyapa pria itu, menoleh dan ingin bergegas bangkit tapi Garrick menghentikannya.

Tubuh Reina bergetar saat ia merasakan jari pria itu menyentuh rambutnya sementara mulut panasnya menekan sisi leher Reina yang berdenyut cepat.

"Kau benar-benar makhluk yang indah, Reina," gumam pria itu serak sementara jari panjangnya bergerak ke bahu Reina, lalu turun ke balik korsetnya untuk menyentuh dada Reina di balik balutan kamisol merah mudanya.

Reina membuat suara seperti geraman kucing tatkala gigi pria itu menggoda daun telinganya, mengigit pelan, mengirimkan getar sensual hingga ke antara kedua kaki Reina.

"Aku ingin menyetubuhimu di sini, sekarang juga," bisik pria itu di telinganya sementara jarinya terus menggoda puncak Reina hingga mengeras. "Aku ingin menaikkan rokmu dan melebarkan kedua paha lembutmu dan menghunjam ke dalam tubuh lembapmu. Apakah kau basah, Reina? Kau terangsang?"

Jantung Reina menderu saat pria itu bergerak ke bangku batu itu, merendahkan tubuhnya dan menatap Reina. Telapak pria itu dengan mudah bergerak di antara sutra dan renda tebal ini. Reina menggigit bibirnya, tahu bahwa jika pria itu mengangkat roknya dan menyentuh Reina, dia akan menemukan lembap basah di tengah tubuh Reina. Pria itu akan tahu bahwa Reina terangsang. Bahwa ia menginginkan Garrick. Bahwa ia basah dan lembap untuk pria itu.

Telapak pria itu mengelus betisnya lalu bagian belakang lutut Reina. "Aku sudah lama berdiri di sini dan mengamatimu, membayangkan bagaimana rasanya jika aku menyetubuhimu di sini."

Reina terkesiap saat tangan pria itu merayap semakin naik.

"Kau... kau tidak bisa. Tidak di sini," bisik Reina ketakutan, saat merasakan pria itu menggoda paha dalamnya. "Seseorang akan melihat kita."

Suara tawa pria yang kemudian membuat Reina sadar bahwa ucapannya seolah sedang mengundang pria itu.

"Maksudku bukan itu... aku..." Kalimat Reina terhenti saat tangan pria itu yang lain bergerak ke balik roknya.

"Aku tahu apa yang kau maksud, Reina, aku tahu kau sangat menginginkanku untuk berada jauh di dalam dirimu sekarang ini, iya, kan?"

Wajah Reina merona. "Tidak. Aku tidak bilang seperti itu!"

Ia menggigit bibirnya saat merasakan mulut pria itu menciumi betisnya. Garrick sekarang berlutut di hadapannya, Reina menyadari roknya terangkat separuh. Bibir itu terus merayap naik.

"Hen... Hentikan, My Lord!"

"Kau bilang kau akan melakukan apapun yang kuinginkan," bisik pria itu serak.

Reina terkesiap, seluruh tubuhnya terasa terbakar saat mulut pria itu bergerak semakin dekat, semakin dekat ke pusat tubuhnya. Ia mencoba melawannya, berusaha menolak untuk merasakan apapun tapi antisipasi memenuhi tubuhnya.

"My... My Lord..."

Napas Reina bergetar saat ia merasakan napas hangat pria itu membelai pusat tubuhnya. Ia merasa merona karena malu, tahu bahwa pria itu bisa menghidu aromanya. Tapi bahkan jika ia ingin merapatkan kedua kakinya, bahu lebar kokoh itu menghalangi Reina melakukannya.

"Kau cantik sekali di sini, Reina," ucap pria itu sementara jarinya mengelus dan memisahkan lipatan Reina.

Reina menutup mata sementara napasnya menderu. Ia tidak sanggup melihat pria itu yang tengah menatap intens tubuh terintimnya.

"Oh!"

Sebelum ia sempat melakukan apapun untuk mencegah pria itu, lidah Garrick sudah menjilatinya. 

"My Lord!" pekiknya saat tubuhnya meledak berkeping-keping oleh kenikmatan yang menyerbunya.

Lalu pria itu berhenti, berdiri menegakkan tubuh dan tersenyum pada Reina yang masih merona terbakar oleh rasa malu dan juga gairah.

"See? Sudah kubilang kalau tubuhmu merindukanku, Reina. Tapi jangan cemas, malam ini kau bisa tidur tenang di kamarmu, aku tidak akan datang. Kau boleh merindukanku sepanjang malam, Dear."

Saat pria itu berlalu, Reina merutuk Garrick dengar keras. "Dasar bangsat!"

Tapi pria itu benar... Reina memang merindukan sentuhan pria itu.


The Devil's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang