2

4.3K 252 4
                                    

Mature Content 21+

Happy reading, semoga suka.

Untuk yang mau baca duluan, Bab 5 sudah update di Karyakarsa ya, mengandung adegan 21+

Untuk yang mau baca duluan, Bab 5 sudah update di Karyakarsa ya, mengandung adegan 21+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Reina berpura-pura tidak sadar saat pria itu memotong kain yang mengikat kedua pergelangan tangan dan kakinya tapi ia hampir pingsan saat merasakan tangan pria itu menyusup naik melewati ujung gaunnya. Tidak pernah sekalipun selama 17 tahun kehidupannya, seorang pria berani menyentuh Reina seperti ini. Ia berusaha sangat keras untuk mempertahankan ekspresi tidak sadarnya, sambil menunggu kesempatan.

Saat tangan asing itu bergerak naik ke paha dalamnya, Reina tahu inilah kesempatannya. Ia harus menyerang cepat sebelum segalanya terlambat. Dengan cepat ia menutup kedua pahanya dan memerangkap tangan pria itu, lalu tangan Reina dengan cepat bergerak untuk menarik belati yang selama ini disembunyikannya di balik lipatan gaunnya - sebuah belati kecil yang diberikan oleh pengawal ayahnya dulu saat dia mengantar Reina ke biara, hadiah perpisahan kecil dan alat untuk melindungi diri jika diperlukan. Ia membuka mata dan mengayunkannya keras, berusaha melukai bagian mana saja yang bisa dilukainya.

Ia mendengar makian keras saat pisau itu melukai pria yang sedang melecehkannya itu. Tapi kepuasan Reina hanya bertahan sesaat. Cengkeraman seerat baja terasa di pergelangannya, nyaris mematahkannya sehingga mata Reina langsung berair. Tangan yang satu lagi ditarik kasar dari antara kedua kakinya dan ia sadar belati kecilnya jatuh dengan menyedihkan di atas karpet bulu itu. Tapi ada sedikit rasa puas saat ia melihat darah segar pria itu.

"Dasar jalang," ujar pria itu di antara giginya yang dirapatkan. Reina berteriak saat pria itu menjambak rambutnya dan menariknya kasar, menahan Reina dan membuatnya merintih kesakitan. "Kau sudah bosan hidup, eh?"

"Lepaskan aku!" bentaknya tapi dengan suara gemetar.

Pria itu mengeratkan jambakannya sebagai respon. Lalu mata abu dingin yang menakutkan itu menatapnya dalam, ada bara amarah saat dia memandang ke dalam mata Reina yang berair dan ketakutan itu.

"Kau harus belajar untuk mematuhiku, Gadis Kecil," ujar pria itu dengan amarah tertahan. "Aku bukan pria yang sabar. Dan aku paling tidak bisa menolerir ketidakpatuhan. Aku punya banyak cara untuk menghukum gadis pembangkang sepertimu sampai kau memohon ampun, kau mengerti?"

Pria itu lalu melepaskan Reina dan ia langsung menempelkan dirinya ke sudut kursi, mencoba menciptakan jarak selebar mungkin antara dirinya dan pria itu. Ia tidak tahan melihat begitu banyak kebencian dan tekad liar di sepasang mata itu padahal pria itu memiliki keindahan wajah selayaknya malaikat. Tapi mengapa dia menatap Reina dengan sepasang mata yang menyala oleh amarah?

Ia melirik pria itu yang kini sedang mengambil belati yang tadi terjatuh lalu menegakkan dirinya kembali dengan pelan. Reina menatap dengan takut sampai-sampai ia lupa untuk bernapas saat pria itu mendekat padanya. Ia tahu siapa pria itu. Para bandit jahat yang menipunya itu telah memberitahunya di tengah perjalanan, di antara derai tawa jahat mereka bahwa Reina akan membuat mereka kaya.

Earl Garrick Altreides dikabarkan tengah mencarinya dan bersedia membayar harga sangat tinggi jika ada yang bisa membawa Reina ke hadapannya. Ia tidak tahu, ia tidak mengerti mengapa. Mengapa pria itu mencarinya? Mengapa pria itu ingin agar Reina dibawa padanya. Keluarga Flateye dan Altreides berasal dari region yang berbeda, mereka memiliki tanah kekuasaan di daerah masing-masing, mereka memang dari klan bangsawan yang berseberangan tapi selama ini, mereka tidak pernah memiliki masalah. Atau ada sesuatu yang terjadi selama ia berada di biara terpencil itu? Sesuatu yang telah membuat mata pria itu berubah menjadi begitu menakutkan setiap kali dia menatap Reina?

"Hanya luka gores," ujar pria itu kemudian saat dia mengecek lukanya lalu menatap tak bersimpati pada Reina. Sementara Reina sibuk mengukur jarak antara pintu itu dan kursi ini. Apakah dia bisa mencari celah dan lari keluar?

"Tapi tetap saja, ketidakpatuhanmu tidak boleh dibiarkan begitu saja."

Reina mengerjap pelan, berfokus pada mata abu dingin itu sambil bertanya-tanya apa yang diinginkan pria tinggi besar ini? Tapi ia tidak mampu berlama-lama menatap mata tersebut dan Reina membuang wajahnya.

"Bangun," perintah pria itu kasar. Dan saat Reina bergeming, dia menambahkan. "Sekarang."

Sesuatu dalam suara pria itu membuat Reina waspada bahwa jika ia berani membantah, maka akibatnya akan sangat buruk. Jadi ia kemudian bangun dengan pelan. Mata Reina masih tertuju pada pintu keluar itu.

"Lepaskan pakaianmu sekarang."

Napas Reina tercekat saat mendengar kalimat itu. Matanya menatap pria itu terkejut. Saat ia hanya berdiri membeku ketakutan, pria itu telah menyeberangi jarak di antara mereka dan manarik leher gaun Reina. Lalu tanpa kata, pria itu mulai merobek gaun tersebut, mengekspos dada Reina dan kedua putingnya yang menekan dibalik kamisol tipis yang dikenakannya. Ia bahkan belum sempat menjerit kaget dan gaunnya sudah teronggok menyedihkan di antara kedua kakinya, rusak dan robek karena ulah pria itu. Reina memucat kaget dan ia kehilangan semua kemampuannya untuk berkata-kata. Tapi secara insting, ia bergerak menjauh, mencoba menciptakan kembali jarak di antara mereka. Tapi pria itu tidak membiarkannya. Kesiap tajam lolos dari mulut Reina saat pria itu mencengkeram pergelangannya dan menarik Reina keras hingga ia menabrak dada kokoh pria itu.

"Jangan, oh, tolong jangan!"

Ia mulai panik. Tapi pria itu tak peduli. Mata Reina terbelalak saat pria itu menekankan mulutnya di atas mulut Reina sementara jari-jari tangannya bergerak di antara rambut Reina, menahan tengkuknya. Ia memberontak, menggeliatkan tubuhnya tapi pria itu tak peduli. Ciuman pria itu kasar dan kurang ajar dan menuntut. Reina mengerang keras saat merasakan tangan pria itu bergerak turun dari tengkuknya lalu menarik kasar kamisolnya dari belakang, menyentak begitu keras sehingga kain itu robek. Reina memberontak hebat dan menjauhkan pria itu darinya, memaksa pria itu melepaskan bibirnya tapi pria itu masih memeluknya erat. Dengan napas terengah, ia berusaha menahan kain itu agar tetap bertengger menutupi dadanya tapi tangan-tangan kuat pria itu membuat Reina tak sanggup melawan lama. Tak butuh lama sebelum pria itu merobek semua pakaian yang menutupi tubuh Reina.

"Nah, mengapa kau tadi tidak mematuhiku dan melepaskan pakaianmu secara baik-baik? Jadi pakaianmu tidak perlu rusak, Gadis Kecil." Pria itu kini menatapnya dengan binar tawa jahat di kedua matanya, jelas-jelas tampak puas.

Ia masih berdiri gemetar, kehilangan kata-kata, terlalu terkejut dengan situasi yang dihadapinya. Reina tahu sia-sia saja berusaha menutupi tubuhnya dan sepertinya pria itu menikmati perlawanan Reina.

"Tubuh yang indah," ucap pria itu dengan nada melecehkan.

Reina tidak akan menutupi tubuhnya dan memberi pria itu kepuasan tapi ia juga tidak sanggup menatap pria itu. Jadi ia menutup matanya erat ketika ujung jemari pria itu menyentuh ujung dadanya. Ia gemetar saat ujung jari pria itu bergerak semakin ke bawah, menelusuri perutnya lalu mengusap halus. Tak menginginkan sentuhan itu, Reina bergerak mundur tapi pria itu hanya tertawa dan kembali mengikutinya sampai Reina merasakan punggungnya menekan dinding di belakangnya. Ia menelan ludah keras sementara telapak pria itu membentang di atas perutnya dan tangannya yang lain menyusup di antara kedua paha Reina dan kini sedang membelai bibir bawahnya.

"Please... jangan..."

***

Garrick menatap gadis itu yang sudah tertidur kelelahan. Ia lalu keluar dari kamar itu dan mengunci pintu tersebut. Ia akan menunggu gadis itu bangun. Masih ada banyak waktu. Akan ada hari-hari yang panjang, minggu-minggu yang panjang ketika ia menghabiskan waktunya menikmati tubuh muda dan polos itu sambil menjalankan rencana balas dendamnya.

How satisfying!

__________________________________________________________________________

Yang mau baca chapter 2 yang lengkap boleh ke Karyakarsa.

The Devil's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang