Bab 4

3.8K 251 3
                                    

Mature Content 21+

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca lebih cepat, bisa ke Karyakarsa ya. Sudah update sampai bab 9.

 Sudah update sampai bab 9

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Luv,

Carmen

____________________________________________________________________

Reina bermimpi aneh. Di dalam mimpinya ini, pria itu sedang menciumi dan membelai seluruh tubuhnya dengan sentuhan yang begitu lembut, dengan perlahan membakar tubuh polos Reina dalam gelora gairah. Ia mengerang saat merasakan kekerasan itu menekan di antara lipatan tubuh bawahnya, mencoba mendesak masuk, menggosok tonjolan yang menimbulkan ribuan gelenyar nikmat. Ia tersesat dalam badai nikmat, tak ingin mimpi ini berakhir karena kenikmatan yang tengah mengelilinginya saat ini.

"Ahh..."

Reina megerang saat merasakan telapak besar itu menyentuh kakinya lalu mengangkatnya, membawa kedua kaki Reina ke atas bahu pria itu, membuka dirinya semakin lebar agar pria itu bisa dengan mudah memposisikan diri pada tengah tubuhnya. Terasa napas hangat pria itu berhembus di rambutnya.

"Hmm..."

Kenikmatan yang menjalari Reina membuatnya mengepalkan jari-jarinya di atas seprai. Ia melenguh ketika pria itu mulai mendesak masuk ke dalam dirinya, meregangkan tubuhnya sementara dia pelan-pelan menggoda. Ketika pria itu tengah memasukinya dengan pelan, barulah Reina benar-benar tersadar bahwa ini bukan sekadar mimpi.

Ia membuka kedua matanya dan melihat pria itu. Reina mendengar gerungan pelan pria itu saat dia melesak ke dalam tubuh Reina. Mata mereka bahkan bertatapan ketika pria itu mendorong semakin ke dalam.

Ia berbaring terperangkap di bawah pria itu, rintihan sakit keluar dari mulutnya saat tubuhnya meleleh dalam dekapan pria itu, merasakan hunjaman pelan dan lembut yang mengirimkan desir api ke sepanjang tubuhnya. Gerakan pelan pinggul pria itu terasa sangat berbeda dengan hunjaman brutalnya ketika dia memaksakan dirinya pada Reina. Mereka terus bergerak seperti itu entah untuk berapa lama dan Reina bisa merasakan ketegangan yang pelan-pelan mengisi dirinya.

"Oh Lord..." erang Reina, sementara pria itu terus menghunjam dan membuat akal sehat Reina semakin menghilang. Ia tahu ia seharusnya melawan pria itu, tapi tubuhnya terasa meleleh dalam dekapan panas tersebut. "Tolong... tolong hentikan..."

"Sshh..."

Lagi-lagi pria itu berbisik. Ia mengerang saat merasakan gerakan pria itu semakin kuat, semakin cepat. Kepala pria itu turun, mulutnya bergerak untuk mencium kulit di antara leher dan bahu Reina.

"Tidak..." Reina terengah, mencoba mendorong pria itu saat ia merasakan denyut panas, sensasi yang seolah akan meledak, yang pelan-pelan membalut dirinya. "Oh... tidak, tidak, tidak..."

Pria itu terus bergerak di dalam dirinya, dengan irama gerakan yang teratur dan dalam. Tangan-tangannya terasa di paha Reina, lalu bergerak, menggosok tonjolan di tengah tubuhnya dan ia bisa merasakan kenikmatan di dalam tubuhnya meningkat. Semakin cepat pria itu mengusapnya, Reina merasa akal sehatnya melayang semakin jauh. Tubuhnya tak lagi ia kenali. Kebutuhan yang tak dimengertinya kini menguasai dirinya. Seluruh tubuh Reina mengetat saat ia merasakan gelombang kenikmatan menderanya, saat ia merasakan tubuhnya berkedut di sekeliling pria itu dan pinggulnya mulai bergerak mendesak dan Reina berteriak tanpa bisa ia cegah.

"Ohh! No!"

Ia menjerit lebih keras lagi saat merasakan pria itu meledak di dalam dirinya, menyemburkan gelombang panas demi gelombang panas ke dalam tubuh Reina yang terlebih dulu meledak.

Reina berbaring tak bergerak, tubuhnya terasa hancur, napasnya tak beraturan. Ia tidak melawan pria itu, hanya diam saat pria itu kembali menciumnya.

"Kau sudah menyenangkanku, Reina. I would enjoy every moment when I destroy that innoncent look of yours, Little Girl."

Pria itu lalu berguling turun dan kemudian mengenakan pakaiannya kembali. Reina membuang wajah. Ia tak sanggup menatap pria itu. Apa yang sudah dilakukannya? Mengapa...

Bunyi suara gerendel pintu yang ditarik yang akhirnya menyadarkan Reina bahwa ia tak lebih dari sekadar tawanan pria itu. Tapi tubuh Reina tanpa tahu malu telah menerima pria itu tanpa perlawanan. Apa yang terjadi padanya? Mengapa ia lagi-lagi tidak melawan? Mengapa ia tidak melawan lebih keras? Mengapa ia menyerah?

Ia menarik bantal dan membenamkan wajahnya di sana. Lalu mulai menangis. Nanti... saat pria itu datang lagi, Reina bersumpah akan melawannya, ia akan melawan sekeras mungkin jika pria itu berani mencoba untuk menyentuhnya lagi.

The Devil's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang