Bab 8B

2.4K 216 5
                                    

Mature Content 21+

Happy reading, semoga suka.

Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa, bab per bab sudah diupdate sampai tamat di KK ya.

Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa, bab per bab sudah diupdate sampai tamat di KK ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And kalau kalian lagi mencari bacaan yang ringan dan hot, ini langsung tamat ya. My Hot Professor.

 My Hot Professor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

__________________________________________________________________________

"Katakan bahwa kau menikmatinya, Reina," desak pria itu sambil memutar puncak dada Reina dengan jari-jarinya.

"Hentikan," mohon Reina sementara tubuhnya bergetar di bawah pria itu, setiap hunjamam keras pria itu membuat Reina tersentak.

"Kau suka ketika aku menyentuhmu di sini, bukan?" Pria itu kemudian menyelipkan tangannya ke antara kedua kaki Reina dan menemukan tonjolannya lalu mulai menggosok, melingkari dan menggoda dengan jari tengahnya. "Katakan padaku, aku ingin mendengarnya dari mulutmu."

Tempo gerakan pria itu semakin meningkat dan Reina mengerang semakin keras. Ia merintih di antara rasa sakit dan nikmat, sakit karena gerakan kasar pria itu tapi tubuhnya juga mendambakan pelepasan yang bisa diberikan oleh Garrick Altreides.

"Katakan bahwa kau menginginkanku!" tuntut pria itu. Dia menghunjam semakin keras, jari-jarinya masih menyiksa Reina, menumbuhkan sensasi di bawah perutnya dan Reina membenci mereka berdua. Tapi ia lebih membenci dirinya sendiri, karena lemah. Bahkan di saat seperti ini, ia menginginkan pria itu, keseluruhan pria itu.

"Tidak!" Reina berusaha melawan, menolak mengakui sementara ia bergetar oleh kenikmatan yang dibangun pria itu. Ia nyaris berteriak frustasi ketika pria itu menarik dirinya dan diam, hanya menyisakan ujung kepalanya di dalam tubuh Reina yang berdenyut hebat.

"Memohonlah padaku, Little One," bisik pria itu dengan kejam.

"Oh Lord!"

Reina mengerang, seluruh tubuhnya membara oleh gairahnya pada pria itu. "Aku membencimu!"

"Benarkah?" bisik pria itu parau. "Kalau begitu, suruh aku berhenti, aku akan mendengarkanmu kali ini."

Reina mengepalkan jemarinya, mengubur wajahnya semakin dalam di antara lengan-lengannya, berjuang mendapatkan kontrol diri sementara ia tahu ia akan kalah.

Please... please...

"Katakan padaku apa yang ingin kudengar. Katakan, Reina!"

Reina mendesakkan pinggulnya. Dan ia merintih memprotes saat pria itu sepenuhnya menarik diri dari dalamnya.

"Tidak... tidak..."

Tubuh bawahnya berdenyut hebat, kekosongan itu membuat Reina semakin frustasi. Ia menginginkan pria itu memenuhinya lagi. Ia terkesiap saat merasakan kepala pria itu mendorong pelan, mengusap tonjolan Reina dan membuatnya kembali mengerang. Ia menginginkan pria itu bergerak lebih dalam tapi pria itu tidak melakukan apapun, hanya berusaha menggoda pertahanan Reina yang sudah nyaris runtuh.

"Memohonlah."

"Ohhh! Oh, Lord!" Reina meracau, tak mampu menahan kebutuhannya. "Please, please... aku menginginkanmu."

Pria itu menggerung seperti binatang liar saat dalam satu gerakan keras dia menghunjam sedalam-dalamnya. Reina terkesiap tajam! Gerungan kasar pria itu menyatu dengan erangan Reina. Ranjang itu bergerak karena kerasnya gerakan pria itu. Reina kembali menjerit saat jari pria itu menyentuh tonjolannya. Ia berusaha menggeliat, berusaha mendesakkan diri saat gelombang nikmat itu terasa sangat dekat. Lalu Reina meledak di sekeliling pria itu, mencengkeram dan meremas dan menarik pria itu semakin dalam.

Ia lalu mendengar pria itu merutuk saat ganasnya orgasme membalut tubuh Reina. Pria itu mendesak ke dalam sekali lagi sebelum ikut meledak dan memenuhi Reina dengan semburan panas gairahnya.

Napas Reina terkesiap keras saat pria itu menarik tubuhnya dengan tiba-tiba dan meninggalkan Reina dalam kekosongan. Pria itu merutuk pelan kembali, terdengar bunyi kain lalu langkah kaki meninggalkan kamar tersebut.

Pintu tertutup. Meninggalkan Reina dalam sunyi lagi.

Ia menghembuskan napas dan jatuh ke ranjang lalu berguling telentang. Napasnya masih menderu, tubuhnya terasa lumpuh dan letih. Ia mengusap wajahnya yang lembap sambil merutuk dirinya sendiri. Ia menjijikkan, Reina tahu itu. Ia membenci dirinya sendiri. Juga Garrick Altreides. Mengapa pria itu memaksakan sesuatu yang tidak ingin diakuinya? Bahkan dalam kebencian sekalipun, tubuh Reina merespon pria itu dengan hebat. Bahkan ketika ia sudah menatap wajah tunangan pria itu, Reina tak mampu memadamkan gairahnya pada Garrick Altreides. Pria itu hanya perlu menyentuhnya dan Reina meleleh tanpa daya...

Terkutuk!

The Devil's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang