Bab 8A

2.4K 213 4
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook sudah bisa didapatkan via Playstore dan Karyakarsa. Yang mau baca bab perbab, bisa di Karyakarsa.

I have new story on Karyakarsa, langsung tamat ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I have new story on Karyakarsa, langsung tamat ya.

I have new story on Karyakarsa, langsung tamat ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_______________________________________________________________________________

Pria itu kembali tak lama setelahnya. Reina buru-buru bangkit dari kursi yang sedang didudukinya di samping jendela dan berdiri dengan waspada saat Garrick Altreides melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. Segenap dirinya membenci keberadaan pria itu. Membenci perlakuan terkutuk pria itu. Bagaimana mungkin pria itu menyentuh paksa Reina dan di saat yang sama mengkhianati tunanannya? Bukankah itu sangat bejat? Pria seperti apa Garrick Altreides ini?!

"Dia menamparmu?"

Reina bergerak mundur saat pria itu berjalan ke arahnya. Namun satu tatapan tajam pria itu mengirimkan peringatan keras padanya dan tubuh Reina membeku. Napasnya berhembus berat saat pria itu berdiri di hadapannya, jari-jari panjangnya naik untuk membelai panas perih yang tadi berdenyut di pipinya.

"Di sini?" tanya pria itu dengan lembut, tapi nadanya membuat Reina bergidik.

Ia mengangguk pelan.

"Sakit?"

Reina menggeleng.

"Aku tidak akan memaafkannya."

Reina mendongak, terkejut dengan ucapan itu tapi tatapan yang diperlihatkan Garrick membuat Reina kembali bergidik. Tubuhnya berdesir takut saat jari-jari pria itu mencengkeram dagunya lalu mendongakkan wajah Reina agar tetap menatapnya.

"Kau adalah milikku, hanya milikku. Tawananku yang berharga. Hanya aku yang boleh memberimu kenikmatan, juga hanya aku yang boleh menyakitimu, Reina."

Ia bergetar saat pria itu merangkum wajahnya lalu menunduk untuk menciumnya. Segenap pikiran Reina memerintahkannya agar melawan pria itu, tapi tubuhnya terasa lumpuh, nyalinya menciut. Ia tidak memiliki keberanian untuk melawan pria itu. Ingatan akan ruang bawah tanah pria itu masih jelas segar di benaknya.

"Please... My Lord..."

"Please what?" bisik pria itu parau.

"Please don't hurt me."

Mata abu itu mengeras seketika. "It's not your decision, it's mine."

Reina menjerit saat pria itu tiba-tiba meraup kedua belakang lututnya dan mengangkat Reina lalu membawanya ke ranjang, mendudukkannya di tepi tempat tidur itu. Pria itu lalu melebarkan kedua kaki Reina dan berdiri di antaranya.

"Jangan bergerak," perintah pria itu.

Pria itu lalu melepaskan tunik yang dikenakannya melalui kepala dan melemparkannya dengan sembarangan ke lantai. Matanya masih menatap ke bawah tubuh Reina, tatapannya terasa membakar sehingga Reina ingin sekali menarik dirinya menjauh.

Tapi bahkan di saat seperti ini, ketika tatapan marah itu membakar tubuhnya, Reina mendapati bahwa tubuhnya masih merespon. Dan Reina juga tidak bisa mencegah dirinya menatap pria itu. Ia merekam pemandangan tubuh Garrick Altreides, melupakan fakta bahwa pria itu sudah bertunangan, dengan tidak tahu malu menatap kedua bahu lebar pria itu, lalu rambut-rambut gelap halus yang tumbuh vertikal di dada kokohnya lalu turun dan menghilang ke balik celana pria itu. Reina bisa melihat bukti gairah pria itu dengan jelas, yang menekan bahan kain celana yang dikenakannya.

Oh Lord...

"Tolong, jangan lakukan ini padaku, My Lord... Tidak ketika kau sedang marah..." Ia tidak tahu kenapa, tapi pria itu terlihat murka dan Reina tidak ingin pria itu menyentuhnya di saat amarah menguasai tubuh pria itu.

Tapi kata-katanya hanya menyulut lebih banyak amarah. Ia seharusnya belajar bahwa pria itu tidak bisa dibantah apalagi ditolak.

"Jangan berani menolakku, Reina!"

Reina masih berbaring di sana, kaki terbuka, dadanya terbuka, rambutnya menyebar di sekeliling kepalanya dan menciptakan efek yang membuat pria itu mengerjap sesaat. Reina tidak tahu bahwa pemandangan dirinya sangatlah menggairahkan. Ini bukan amarah, ini hanya gairah yang terlalu besar, kebutuhan yang terlalu besar. Jari-jari yang tidak sabar menarik lepas tali-tali celananya dan pria itu menelanjangi dirinya dengan cepat.

Napas Reina tercekat, ia tanpa sadar membasahi bibirnya yang kering saat kejantanan pria itu terbebas. Garrick Altreides begitu tebal dan panjang dan memikirkan bahwa pria itu akan bergerak jauh di dalam dirinya...

"Tidak!" Ia menjerit terkejut saat pria itu menunduk dan mencoba menyentuhnya. Tapi sebelum Reina sempat menggeser tubuhnya menjauh ataupun berguling dan merangkak pergi, jari-jari kuat pria itu mencengkeram lengannya. Dengan kekuatan brutal, Garrick Altreides membalikkan tubuh Reina hingga ia berbaring tengkurap dan dengan kasar menarik Reina untuk berlutut hingga kedua bokongnya menghadap ke atas.

"Kau tidak pernah belajar, bukan? Kau tidak punya hak untuk mengatakan tidak apalagi melawan keinginanku, Reina," bisik pria itu serak di dekat telinganya. "Jadi jangan coba-coba, kalau kau tidak ingin menyesal."

"Aku... aku tidak mau, aku takut..." isak Reina kecil, berusaha menggeliat untuk melepaskan dirinya tapi pria itu menahannya di sana. Panas tubuh pria itu membuat Reina berdesir oleh ribuan sensasi dan aroma pria itu membuat darah Reina menggelegak panas. Tapi rasa sakit yang diakibatkan pria itu membuat Reina ketakutan. Bagaimana kalau Garrick memutuskan untuk menyakitinya lagi?

"Tolong... tolong jangan..."

"Jangan takut," bisik pria itu tapi Reina merasa semakin takut. "Aku tidak akan menyakitimu kalau kau patuh padaku, Reina."

Napas Reina seolah tercekat di tenggorokannya saat telapak pria itu mulai menyusuri tubuhnya.

"Please..."

"Kau adalah milikku. Kau kepunyaanku, Reina dan hanya milikku, kau mengerti? Tidak ada seorangpun yang boleh menyentuhmu. Aku akan selalu memenuhi perutmu dengan anak-anak haramku, bahkan setelah aku membunuh ayahmu, aku masih tetap akan memberikan apa yang sangat kau dambakan... me inside of you."

The Devil's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang