Bab 10

2.2K 230 5
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa ya. Bisa baca bab perbab juga di Karyakarsa.

And you can visit my new series kalau suka light and sexy romance, langsung tamat ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And you can visit my new series kalau suka light and sexy romance, langsung tamat ya.

And you can visit my new series kalau suka light and sexy romance, langsung tamat ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_______________________________________________________________________________

Reina tahu kalau pria itu pasti akan mendatanginya lagi. Sepertinya, memang itulah nasib Reina. Ia akan dikurung di tempat ini seperti yang diinginkan pria itu, dijadikan umpan juga korban atas dosa ayahnya dan Reina tahu pria seperti Garrick Altreides tidak akan melepaskannya dengan mudah walaupun ia memohon dengan berderai air mata darah. Bahkan jika pria itu berhasil mendapatkan pembalasan, Reina tahu kalau pria itu tetap tidak akan membebaskan Reina.

Lalu apakah ia harus terkurung di menara ini, telanjang dan dijadikan budak seks hingga ia terlalu lemah untuk berjalan dan akhirnya menua, terlupakan sebelum kemudian menemui ajalnya?

Bunyi gerendel yang ditarik lalu pintu yang membuka kemudian langkah kaki yang tidak asing. Reina tidak perlu melihat lagi untuk tahu siapa itu. Tapi ia tetap menoleh ke arah pintu dan melihat pria itu berjalan masuk. Tatapan pria itu terasa membakar menembus selimut yang menutupi tubuh Reina saat ia berjongkok di depan perapian kecil itu demi menghangatkan dirinya. Refleks, Reina merapatkan selimutnya dan beringsut menjauh tapi itu semua hanyalah gerakan yang tidak berarti.

"Ada apa?" tanya pria itu dan pertanyaan itu saja mengejutkan Reina. "Kau kedinginan?"

Pertanyaan itu dan langkah kaki yang mendekat cepat membuat Reina membeku terkejut. Apa ia tidak salah dengar? Sesaat tadi pria itu terdengar peduli. Ia diam saja saat Garrick meraih dan menariknya berdiri. Lalu tatapan abu itu kembali membayanginya.

"Kenapa diam saja? Kau sakit?"

Reina menggeleng pelan.

"Atau kau masih marah padaku karena membiarkan Cassandra menyakitimu?"

Pertanyaan itu membuat Reina lebih terkejut dari sebelumnya. Apa pria ini masih Garrick Altreides yang sama? Kenapa dia berubah sedrastis ini? Apa kepala pria itu terbentur sesuatu? Atau dia hanya berpura-pura, mengubah strateginya agar Reina menjadi lebih penurut sehingga pria itu lebih mudah membalaskan dendam ayahnya? Entahlah, Reina tidak tahu. Tapi ia mulai menatap pria itu waspada. Takut-takut kalau ia salah berbicara, pria itu akan meradang kembali.

"Reina?"

Buru-buru ia menggeleng. "Tidak. Bukan, bukan itu, My Lord. Aku mengerti kalau dia marah, bagaimanapun dia adalah tunanganmu..."

"Dia bukan tunanganku, Reina."

Kalimat Reina terhenti di tengah karena ucapan pria itu. "Bukan?" tegasnya.

Garrick menggeleng sambil tertawa lembut. Jenis tawa yang baru pertama kali ini didengar oleh Reina.

Wanita itu bukan tunangan Garrick Altreides. Lalu kenapa? Apa Reina benar-benar merasa lega? Kenapa ia harus merasa lega?

"Kenapa? Merasa lega?"

Pertanyaan itu datang tiba-tiba, menyentak Reina terkejut dan tanpa bisa dicegah, ia merasa wajahnya terbakar. Lalu ia cepat-cepat menambahkan sambil matanya menghindar dari tatapan pria itu. "Itu... itu bukan urusanku, My Lord. Aku... aku..."

"Tidak usah khawatir, aku sudah mengusirnya dari kastil ini."

Reina mereguk ludah. Betapa mudahnya pria itu menyingkirkan seseorang. Walaupun wanita itu bisa jadi memang bukan tunangannya tapi tak bisa dibantah kalau mereka memiliki hubungan istimewa. Begitu mudahkah bagi pria itu untuk mengusir seseorang yang pernah dikasihinya? Reina tidak mengerti.

"Mengusirnya?" Ia mengulang.

Pria itu mengangguk.

"Tapi... tapi dia adalah kekasihmu, My Lord."

"Katamu tadi, itu bukan urusanmu."

Reina terdiam menggigit bibir.

Lalu ia terkesiap saat pria itu meraih dagunya dan mendongakkan Reina pelan. Kali ini, mata abu itu melekat tajam pada kedua mata Reina, memaku tatapan mereka. "Jangan cemaskan hal tidak penting seperti itu. Ya, kami memang pernah menjadi... apa sebutanmu tadi... kekasih. Tapi dia sudah tidak berguna lagi untukku, aku sudah bosan padanya, hmm? So I get rid of her."

Lagi-lagi Reina mereguk ludah. Ia ingin sekali mengalihkan tatapannya tapi ia tidak bisa. Kedua mata pria itu seolah memaku Reina sehingga ia tidak bisa menggerakkan kepalanya.

"Lagipula, aku memiliki mainan baru yang sangat menyenangkan, Reina. Jadi buatlah dirimu berguna, My Dear."

Pria itu ternyata tidak berubah. Masih Garrick Altreides yang sama. Tapi ia bisa merasakan pria itu sedikit melunak padanya. Entah itu hanya perasaan Reina atau ia hanya berkhayal. Jadi ia harus mencobanya. Sebelum pria itu menurunkan wajahnya dan membungkam Reina, ia cepat-cepat mengambil kesempatan. Siapa tahu, kali ini hati pria itu benar-benar melembut.

"Aku akan patuh. Aku akan membuat diriku berguna, My Lord. Tapi biarkan aku keluar dari kamar ini."

The Devil's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang