CHAPTER 17

2.1K 89 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Dengan senyuman jahil, Mahesa menopang dagunya menggunakan kedua tangan menatap Niran dan Kairo yang kini duduk di hadapannya.

"Ciee.... Jangan buru-buru amat, napa! Gue belom siap nih punya ponakan," Mahesa terbahak sendiri sambil menunjuk wajah Kairo dan Niran bergantian.

"Apa sih, lo!" Niran menyentil jidat Mahesa, kesal melihat wajah cowok itu yang dari tadi senyum-senyum tak jelas.

"Emang lo ngapain ke sini tiba-tiba?" tanya Kairo.

Senyuman Mahesa merekah, tangannya kemudian menunjuk ke atas. "Jemput ayang bebeb."

"Hah?" Niran spontan menganga. "Siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan Mega tercayang paling cantik bagi Baginda Raja Mahesa," sahut Mahesa sambil mengayunkan tubuhnya malu-malu.

"Sejak kapan?!" sentak Niran sekali lagi, kali ini dia menggebrak meja. "Kalian pacaran?"

"Pendekatan!" Mahesa memainkan alisnya hingga membuat mukanya itu tampak lucu.

"Ih, kok Mega mau?" desis Niran sambil geleng-geleng kepala.

"Ya mau lah! Orang gue tamvan!"

Dengan percaya diri, Mahesa mengelus-elus dagunya seraya menyunggingkan senyuman miring yang justru membuat mukanya itu makin terlihat menjengkelkan bagi Niran.

"Harusnya, gue yang nanya. Kok bisa sih Kai, lo mau sama cewek modelan Niran?" Mahesa beralih menatap Kairo.

"Heh, sembarangan!" tegur Niran seraya melemparkan gumpalan tisu ke wajah kocak Mahesa.

"Lu kan menyeramkan, Ran. Ketua geng motor lagi! Iiihhh...." Mahesa mengedikkan bahu, sengaja menggoda Niran sebab ia suka sekali membuat Niran emosi.

"Ya, sama aja! Mega juga anggota gue. Napa lu mau?"

"Ke mana-mana masih mending ayang gue kali, Ran!"

"Taik, lu! Belum tau aja dia, Mega kek gimana!"

Niran melipat tangannya di depan dada lalu membuang muka. Sedangkan Mahesa terbahak puas setelah berhasil menjahili Niran.

Sementara Kairo, dia tak banyak bicara dan hanya sesekali tertawa mendengar perdebatan Niran dan Mahesa yang tidak ada habisnya. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Niran dan Kairo sampai lupa mengantarkan lima gelas es sirup untuk kelima teman Niran akibat asyik ngobrol dengan Mahesa yang memang pembawaannya selalu lucu dan menyenangkan.

"Woi, ke mana aja lu!"

Perhatian Niran, Kairo, serta Mahesa spontan langsung beralih pada rombongan cewek yang kini berjalan menuruni anak tangga.

"Kirain diculik setan lu, Ran!" ceplos Giselda menatap Niran yang masih duduk anteng di bangku makan.

"Hai, para bidadari!" Mahesa melambaikan tangan seraya tersenyum lebar.

Say Yes, Bitch!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang