CHAPTER 25

732 35 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sesuai permintaan Niran, akhir pekan ini mereka akan berkunjung ke rumah Sarah dan Hendrik untuk menginap di sana. Selain untuk belajar masak bersama Sarah, Niran sejujurnya juga penasaran dengan rumah masa kecil suaminya itu.

Niran meraih sebotol parfum favoritnya dan menyemprotkannya ke pergelangan tangan serta bagian belakang telinga. Lalu, ia tersenyum sekali lagi menatap pantulan dirinya yang sudah tampak cantik dan manis dengan dress selutut pilihan Kairo.

Rambut hitamnya yang panjang di-curly manis dan dibiarkan menjuntai indah. Tak lupa dengan make up tipis di wajahnya yang memberi kesan elegan.

"Wangi, nggak?" Niran menoleh ke arah Kairo yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Cowok itu mendekat dan berdiri di belakang Niran. Ia ikut memandang pantulan Niran melalui cermin, kemudian menempelkan hidungnya pada lekukan leher dan bahu gadis itu.

"Wangi," komentarnya.

Bukannya merespon, Niran malah membeku kaku dan seketika membisu. Bila diperhatikan, kini seluruh tubuhnya sudah merinding disko akibat ulah suaminya ini.

Melihat ekspresi Niran yang tegang, Kairo lantas tertawa dan beralih mengecup pipinya.

"Udah cantik, wangi lagi! Istrinya siapa, sih?" ujarnya sambil menatap Niran dari cermin dan mengusap-usap kepalanya.

Alhasil, Niran jadi salting sendiri. Wajahnya memanas dan jari-jari tangannya mulai dingin disertai efek geli pada bagian perut.

Sudah tiga bulan semenjak ia menikahi lelaki ini. Dan rasanya tak ada yang berubah. Kairo tetap hobi membuat dirinya meleleh dan menggila dengan sikap manisnya.

Terkadang, untuk ke sekian kalinya Niran merasa bahwa ia telah berulang kali jatuh cinta pada pria ini.

Niran tersenyum, lalu memutar tubuhnya menghadap Kairo. Dia sedikit mendongak untuk menatap wajah teduh Kairo yang selalu ganteng dan manis.

Sekarang, mata mereka saling bertautan dengan senyuman manis terukir di bibir masing-masing. Tatapan itu seolah menyampaikan seberapa besar rasa sayangnya pada sesosok pria di hadapannya ini —begitu pun sebaliknya.

Kedua tangan Niran bergerak memeluk pinggang Kairo, kepalanya tetap mendongak dan melemparkan senyuman pada cowok itu. Ia berjinjit lalu mendaratkan kecupan kecil di bibir Kairo, tentu hal itu membuat Kairo sedikit tersentak.

Setelahnya, Niran kembali menatap Kairo sambil menyengir tanpa dosa. Sementara suaminya sudah melotot kaget menatap Niran yang tumben-tumbennya mau mulai duluan.

"Niran?" Kairo memelototi Niran yang malah ketawa-ketawa sendiri.

"Apa?" sahut Niran, terdengar sedikit menantang.

"Berani mulai duluan, ya!"

Cengiran Niran tambah lebar. "Iya, terus kenapa?"

Senyum di wajah Kairo mulai meredup. Wajahnya berubah sangar dan sedikit mengintimidasi. Membuat gadis di depannya sedikit menciut setelah melihat ekspresi tak biasa dari suaminya ini.

Say Yes, Bitch!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang