CHAPTER 32

660 22 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Klara duduk manis di depan meja riasnya sambil memoleskan berbagai skincare mahal yang baru dibelikan Zion.

Dia tersenyum manis menatap pantulan wajahnya di cermin. Wajah mulus dan manis, namun dengan pintar menyimpan banyak hal tak terduga.

Mata Klara menyapu ke sekeliling kamar, dan tiba-tiba senyumannya luntur. Wajahnya berubah sangar hingga bunyi napasnya yang berat bisa terdengar jelas.

"Kapan, sih Papa mau bikinin gue kamar baru?" Klara mendumel pelan.

Ia kadang suka kesal sendiri bila mengingat bahwa kamar yang kini ia tempati adalah kamar bekas Niran. Padahal dia sudah berkali-kali menagih Zion untuk membuatkannya kamar baru, tetapi pria itu terus menundanya entah sampai kapan.

Klara kemudian bangkit dari bangku dan berjalan menuju kasur. Ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur, berbaring nyaman menikmati dinginnya hembusan air conditioner.

Pikirannya sedang ramai sekarang. Di tengah keramaian pikirannya itu, Klara bingung mengapa ia harus memikirkan Niran. Cewek yang tak pernah habis membuat dirinya kesal dan emosi.

Iri. Mungkin hanya satu kata itu yang dapat menjelaskan mengapa Klara begitu tidak menyukai Niran.

Sejak SMP, Klara sering kali cemburu melihat Niran yang selalu terlihat sempurna dan seakan memiliki segalanya. Cantik, disukai banyak orang, punya banyak teman, bahkan keluarga yang terlihat sempurna.

Berbeda dengan Klara yang terlahir biasa-biasa saja, orangtuanya bercerai, tak menarik, dan selalu menyendiri di kelas.

Dan saat itu, saat di mana Amanda menikahi Zion dua tahun yang lalu. Hidup Klara benar-benar berubah 180 derajat!

Segala hal yang sejak lama ia impikan bisa terwujud berkat kekayaan Zion. Memiliki rumah mewah, perawatan kecantikan mahal, masuk SMA bergengsi, bahkan bisa mengambil alih hati Zion.

Sejak kecil tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah membuat Klara jadi bergantung penuh pada Zion. Dia begitu menyayangi Zion dan ingin menjadi satu-satunya bagi lelaki itu.

Tak ada yang boleh menjadi prioritas Zion selain dirinya, termasuk Niran sekali pun. Klara tak membenci Niran, hanya saja ia tak mau kalah saing.

Ting!

Perhatian Klara seketika beralih pada ponselnya yang terletak di atas nakas dekat kasur. Ia segera meraih benda tersebut dan membaca sebuah notifikasi pesan singkat yang muncul di layar ponsel.

Marlo :
Haii lg ngapain?

Klara mendengus napas berat sambil melempar asal ponselnya hingga tergeletak di atas karpet. Mengganggu. Lama kelamaan, Klara enek dan tak suka saat Marlo terus mengirimkan pesan mengganggu itu.

Say Yes, Bitch!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang