CHAPTER 29

649 29 0
                                    

Saya memerintahkan Anda untuk vomment sekarang juga dalam hitungan... 🫵

1
2
3

Baiklah, terima kasih. Happy Reading, Kiddo!

 Happy Reading, Kiddo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Nggak bisa," sahut Niran membalas pertanyaan Mega melalui telepon.

"Yahh, kok gitu?" ucap Mega terdengar kecewa, sebab Niran menolak tawarannya untuk nongkrong di warung batagor pinggir jalan.

"Sore ini gue ada latihan drama sama Marlo. Lo sama yang lain aja, Giselda kan ada!"

Sambil menata buku-bukunya di dalam tas, Niran memindahkan ponselnya yang tadinya berada di telinga kiri, kini berpindah ke sebelah kanan.

Kini, dia sedang ribet mempersiapkan buku-buku yang harus ia bawa untuk latihan drama dengan Marlo sore ini.

Tujuan pertama memang hanya latihan untuk tugas drama Bahasa Indonesia, tetapi tujuan keduanya ialah meminta Marlo untuk sekalian mengerjakan PR Fisikanya.

"Lumayan, punya temen pinter emang harus dimanfaatin," kata Niran sih begitu.

"Ya udah, gue matiin, ya! Byee...."

Meski belum mendapat balasan dari Mega, Niran sudah langsung memutuskan panggilan dan melempar ponselnya sembarang hingga benda itu mendarat di atas kasur. Kemudian, ia kembali merapikan isi tasnya.

"Beneran nggak mau aku anter aja?"

Niran menghentikan sejenak kegiatannya, lalu menoleh pada Kairo yang sedang duduk memerhatikannya di atas kasur. Wajah cowok itu tampak kesal dan ngambek setelah mendengar bahwa Niran dan Marlo akan pergi berduaan.

Apalagi, Marlo yang akan menjemput!

Terkekeh pelan, Niran berjalan menghampiri Kairo lalu seenaknya duduk di atas pangkuan cowok itu. Bibir Niran mengukir senyuman gemas, ia lalu menangkup kedua pipi Kairo dan memainkan wajah cowok itu sambil ketawa-ketawa sendiri.

"Ciee, cemburu ya?" tanya Niran menahan tawa.

"Ya, lagian kenapa harus berdua aja? Aku nggak boleh ikut, apa?" protes Kairo, sebal. Kini bibirnya tampak manyun.

"Iya, nggak boleh! Kan aneh kalau om ngikutin ponakannya kerja kelompok!"

"Siapa yang om-om!" sentak Kairo sedikit emosi.

"Ya, kan Marlo taunya lo om gue!" sahut Niran yang lagi-lagi menahan tawanya yang sudah hampir kelepasan.

Satu tangan Kairo tiba-tiba melingkar di perut Niran yang masih duduk di atas pangkuannya. Kairo menatap wajah manis Niran dalam jarak dekat. Wajah manis dan cantik yang tak pernah membosankan baginya.

Say Yes, Bitch!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang