22. SETELAH TRAGEDI

1.1K 38 0
                                    

Hari ke hari makin ngerasa ga semangat, padahal yang baca cerita ini ada 300 orang loh, sedangkan yang vote? Cuma 6 / 7 orang doang wkwk lucu, tapi gapapa, mungkin ceritanya masih kurang ok xixi

Happy Reading
________

Pak Samudra menyimak setiap introgasi antara Amanda dengan tiga polisi yang mendatangi. Anda sudah langsung dirawat. Namun walau kedua tangan dan juga kedua kaki Amanda sampai mengalami semacam trauma, trauma mental yang gadis itu alami lebih parah.

Hasil interogasi sudah langsung membuat Pak Samudra menyimpulkan, Anya jadi salah satu dalang atas penganiayaan bahkan percobaan pembunuhan berencana yang menjadikan Amanda sebagai korban.

"Saya tidak ada masalah dengan anya, tapi selain Dia anak tiri papa saya, dia sangat menyukai cowok yang menyukai saya." Amanda yang menjadi sangat dingin dan berucap sekaligus tatapannya sangat datar, masih menjelaskan

Setelah terjadi obrolan sekaligus pertanyaan lain, ada satu pertanyaan yang membuat seorang Pak Samudra tercengang.

"Setelah menikah lagi, papa saya menelantarkan saya. Bolehkah saya menjadikannya sebagai laporan? Bahkan semenjak menikah lagi tak lama setelah kematian Mama saya, papa saya juga menjadi sangat kasar dan tak segan ringan tangan. Malahan sepertinya papa saya juga selingkuh dengan istri barunya, yang mana ini juga menjadi penyebab kematian Mama saya. Jika memang ini bisa dikasuskan, saya akan mengajukan permintaan bantuan hukum," ucap Amanda yang yakin, almarhumah mamanya baru akan bisa hidup damai setelah papa dan keluarga barunya mendapat balasan yang setimpal.

"Kalau itu mau kamu, nanti aku bantu urus. Aku telepon pengacara aku dulu,"sergah Samudra yakin sambil menatap Amanda tapi secepat kilat, Amanda langsung menepisnya.

Sekitar satu jam kemudian, orang tua samudra yang dilengkapi sang Putri,   datang. Ibu Sintia sampai menangis-nangis memeluk Amanda hingga Amanda juga kembali menangis tersedu-sedu. Suasana di sana mendadak diselimuti rasa harum beriring tangis yang sangat menyiksa kalbu.

Pia juga ikut menangis tapi bocah itu memilih memeluk sang papa karena kedua tangan Amanda sama sekali belum bisa diselamatkan.

"Pelaku utamanya beneran anak tiri Pak Edo?" Tanya Pak jaya kepada Pak Samudra, sang putra

Pak Samudra langsung mengangguk membenarkan sambil tetap mendekap Pia. "Kasusnya sudah langsung diurus, pah. terus, Manda juga mau ngasusin Pak Edo."

"Sudah, langsung penjarain saja itu si Edo biar dia kapok. Gara-gara dia hidup Manda dan mamanya hancur!" Ibu Sintia langsung emosional. Ia yang tak lagi memeluk Amanda, menatap sang putra yang berdiri di seberangnya, penuh tuntutan.

"Aku sudah minta bantuan Pipin buat urus berkas-berkasnya. Dia bilang nanti malam dia akan langsung ke sini," balas Pak Samudra. Pipin atau itu Akbar, merupakan sahabatnya yang berprofesi sebagai pengacara.

Ibu Sintia mengangguk-angguk, yang menyeka cepat air matanya menggunakan tisu kering yang ia ambil dari Tote bag-nya. Ia juga menyeka air mata Amanda, kemudian bersiap menyuapi Amanda untuk makan.

"Mama bawa makan siang buat kalian. Kamu juga makan, Sam. Pak kalau memang mau balik kerja ya nggak apa-apa karena kerjaan papa memang lagi numpuk banget di kantor," ucap ibu Sintia yang dengan cekatan membuka ranselnya.

Layaknya seorang mama yang sangat menyayangi anaknya, itulah yang dilakukan ibu Sintia. Selain itu, Pak jaya yang sedang sangat sibuk memang terpaksa pamit.

"Maaf banget ya Manda, papa nggak bisa temenin Manda. Tapi nanti papa pasti pulangnya langsung ke sini," yakin Pak Jaya.

Amanda yang menyimak kembali berkaca-kaca. Ia mengangguk-angguk membalas ucapan papa mertuanya.

Pak Samudra menuntun pia untuk duduk di sofa tunggal sebelah Amanda berbaring karena ia akan menyuapi Amanda.

"Oh, kamu yang mau nyuapin Manda? Ya sudah, Mama beresin keperluan Manda dulu ke lemari," sergah ibu Sintia yang melakukan segala sesuatunya dengan cepat.

"Aku enggak laper," lirik Amanda dan sukses membuat ibu Chintya apalagi Pak Samudra terdiam. Sebab daripada ditusuk pisau tajam, ucapan Amanda barusan jauh lebih menyakiti mereka.

"Kamu harus makan. karena jika kamu makin terpuruk, mereka yang tidak menyukaimu akan semakin senang. Mereka akan merasa menang di setiap kesakitan bahkan keterpurukan kamu," yakin Pak Samudra.

Amanda yang awalnya menunduk, berangsur menatap Pak samudra yang sudah berdiri di sebelah ibu Sintia. Pak Samudra, pria itu sungguh peduli kepadanya. Pria itu sungguh melindunginya layaknya seorang superhero. Pak Samudra sungguh menepati janjinya untuk memulai hubungan mereka dengan membiasakan diri dengan saling sayang.

Baru menerima tiga suap dari Pak Samudra, pihak sekolah yang diwakili oleh kepala sekolah dan seorang guru selain Miko, datang. Ketiganya menatap Manda penuh kekhawatiran khususnya kedua tangan Manda yang sampai diperban.

"Tangannya parah ya, Pak Samudra?" Sergah Pak Antoni selaku kepala sekolah mereka.

Pak Samudra mengangguk-angguk. "Kedua kakinya juga, pak." Ia berangsur melangkah menuju kaki Amanda, kemudian sedikit menarik selimut di sana. Tak berbeda dengan kedua tangan, kedua kaki Amanda juga diperban.

"Namun dari semua luka ini, tanya jauh lebih kena sih," samudra yang sengaja mengajak mereka mengobrol di luar ruang rawat Amanda.

Ibu Sintia mengambil alih sepiring makan siang yang awalnya Tengah Pak Samudra siapkan. Ia melanjutkannya, membimbing Amanda untuk makan lagi. Berbeda dari biasanya, kali ini Amanda jadi gampang bengong.

"Kayaknya semua ini gara-gara kamu deh. Gara-gara kamu memacari Anya, dan memutuskannya dalam waktu singkat, terus Anya dendamnya ke Amanda karena dia tahu, sebenarnya kamu sukanya ke Amanda!" Todong Pak Samudra ketika mereka sampai di luar.

Miko yang sadar kenyataannya memang begitu, berangsur menunduk dalam kemudian meminta maaf. Tidak akan Miko lupa dari pengakuan satpam rumah Pak Samudra. Pria itu beralih, Amanda menjadi anak di sana dan statusnya sebagai adik Pak Samudra. Karenanya, ia bermaksud melakukan pendekatan dengan Pak Samudra. Walau salah satu cara yang ia lakukan dan itu sampai sempat memacari Anya, memang salah fatal.

"Saya benar-benar minta maaf pak! Saya tidak tahu kejadiannya akan sefatal sekarang!" Lirih Miko sampai berderai air mata meluapkan penyesalannya.

*****

Sore menjelang petang, ibu sintia dan Pia masih menemani Pak Samudra menjaga Amanda.

"Dari pagi bapak sama saya, memangnya bapak enggak kerja?" Tanya Amanda ketika Pak Samudra menghampirinya sambil membawa potongan buah melon yang di potong kecil-kecil hingga memudahkannya dalam memakan.

Sambil duduk di sofa tunggal bekas Pia, Pak Samudra berkata. "Enggak ada yang lebih penting dari kamu. Jadi buat apa saya sibuk kerja, jika kamu saja enggak baik-baik saja?"

Amanda yang masih berbaring langsung kikuk, kemudian memilih menunduk. Lain dengan ibu Sintia dan pia yang kompak mesem karena interaksi keduanya. Ibu Cynthia yang duduk di sofa lipat yang ada di ruang sebelah dan hanya dipisahkan dengan tirai dari ruang kebersamaan Amanda dan Pak Samudra, sampai cekikikan. Tak kalah heboh, Pia juga sampai mendekap erat sang Oma karena gadis kecil itu memang akan selalu bahagia di setiap Amanda dan Pak Samudra bahagia.

Bersambung

Untuk bab ini selesai juga dong wkwk, semoga kalian suka yah

Kalo nanti kalian tanya kapan di up? Jawabannya nanti setiap hari kamis, Jum'at, minggu dan itu pun akan ada special up berturut-turut wkwk, dadahhh Bible 👶🏻

SECRET WEDDING TO A TEACHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang