39. PERMINTAAN MAAF YANG TERLAMBAT

719 22 0
                                    

Happy Reading
________

"Aku mohon, katakan sesuatu!" Miko sudah mengemis kepada Amanda, tapi Amanda yang sekarang benar-benar jauh lebih dingin dari biasanya.

Semua mata yang kebetulan masih ada di sana, langsung sibuk mengawasi. Termasuk ketika Amanda langsung menghampiri Pak samudra di depan tempat parkir, membiarkan pria itu memakaikan helm, belum akhirnya mereka pergi berboncengan.

"Malam nanti mau balapan dengan saya?" Pak samudra yang baru saja menghentikan laju motornya sengaja berseru. Sebab meski mereka sedang terjebak macet menunggu lampu merah berakhir, keadaan di sana sangatlah bising.

Amanda yang mendekat erat pinggang Pak samudra dan menyadarkan kepalanya di punggung pria itu, menolak semua tawaran Pak Samudra, termasuk itu tawaran liburan romantis ke puncak semacam camping bersama pia.

"Kita liburannya kalau aku sudah lulus saja. Sekarang, aku beneran ingin fokus belajar. Capek banget rasanya tiap saat difitnah. Aku ingin secepatnya lulus dan bila bisa jadi lulusan terbaik, Pak!" Ucap Amanda tanpa banyak perubahan berarti.

Pak Samudra yang mendengar itu, tak memiliki pilihan lain selain mendukung.

"Baiklah. Tapi kamu tetap wajib jaga kesehatan. Buat apa kamu juara kalau kesehatan kamu saja nggak dijaga."

"Iya, pak." Amanda menghela nafas pelan sekaligus dalam, menegaskan mengenai keputusannya yang tak akan tergoyahkan. Kali ini, tekadnya benar-benar sudah bulat. Ia sudah lelah difitnah, ia juga sudah muak denganjuga sudah muak dengan ketidakadilan yang selalu ia dapat bahkan dari orang-orang terdekat, termasuk itu mereka yang selalu sibuk meyakinkan, bahwa mereka sayang sekaligus tulus kepadanya.

Sejak sore ini juga, Amanda menjadi makin fokus belajar.belajar, menyisihkan sedikit waktu untuk bersama keluarga Pak Samudra khususnya pia. Yang mana selama itu juga, walau menjadi pendiam, Amanda tetap aktif masak sekaligus menyiapkan keperluan Pak Samudra. Hari ini saja, setelah mereka pulang dari sekolah, Amanda menemani pak Samudra memeriksakan kaki kanannya dan katanya hasilnya sangat bagus.

"Mau jalan-jalan?" Tawar Pak Samudra sambil memakai helm, sebelum mereka benar-benar pergi dari tempat parkir rumah sakit.

Amanda yang juga memakai helmnya sendiri, berangsur menggeleng. "Nggak usah, Pak. Langsung pulang saja. Mau belajar bentar, terus mau tidur juga soalnya ngantuk berat."

Balasan Amanda kembali membuat sekelas Pak Samudra tak bisa berkomentar. Amanda benar-benar bekerja keras untuk menjadi lulusan terbaik.

"Kamu bakalan dapat balasan setimpal buat pengorbanan kamu ini, Manda! Percayalah, semua luka dan juga pengalaman kamu, akan jadi pondasi kesuksesan kamu!" Batin Pak samudra yang kemudian langsung membawa Amanda pergi dari sana dengan kecepatan penuh. Motor yang ia bawa menerobos setiap keramaian dengan cepat, hingga tak butuh waktu lama, mereka sampai di depan rumah. Tak sangka, di sana ada Miko yang sudah menunggu di depan gerbang.

Satpam rumah tak mengizinkan miko masuk karena Pak Samudra sudah membuat miko menjadi orang terlarang memasuki rumahnya.

"Di sekolah ribut, di sini juga ribut! Bosen banget tahu, aku lihat kamu!" Kesal Amanda yang hanya melirik sinis Miko.

"Aku mau pamit, aku beneran jadi keluar negeri, subuh besok!" Sergah Miko sampai berseru, karena baik Pak Samudra apalagi Amanda sangat mengabaikannya.

"Kamu beneran nggak mau menemuinya? Subuh besok, dia beneran pergi keluar negeri," ucap pak Samudra ketika mereka sampai di kamar.

"Nggak penting, pak. Sudah, biarin saja. Lagian hanya dengan begini, dia jadi mikir. Biar dia nggak terus-menerus egois dan beranggapan, dirinya yang selalu terluka hanya karena selama ini, aku nggak gubris cinta dia! Alah, cinta apaan, cinta kok kelakuannya nggak jelas! Taiii!" Balas Amanda sambil menaruh tasnya di sebelah meja belajar.

Pak Samudra membiarkan Amanda dengan keputusannya, mengawasi istrinya itu dari kejauhan, Dan sampai detik ini masih sibuk belajar sekaligus menjadikan keluarga kecil mereka sebagai prioritas.

Keesokan harinya, di subuhnya, Miko sungguh sudah akan menjalani penerbangan. Ia ditemani kedua orang tuanya, duduk dengan gelisah. Penyesalan tampak jelas menjadi gelagat Miko yang menjadi pendiam.

Kepergian miko langsung membuat beban hidup seorang Amanda berkurang. Lebih-lebih ketika sidang anya CS digelar, dan Amanda bersama Raymond, mendapatkan 12 tahun penjara dikurangi lamanya waktu penahanan, sebagai ganjaran dari perbuatan mereka. Sisanya, semuanya serempak mendapatkan 8 tahun penjara. Sementara untuk sidang Pak Edo, pria itu diganjar 7 tahun penjara. Ibu Lista masih menemani Pak Edo, bertahan dengan sandiwaranya dan tak hentinya berderai air mata.

"Jeng, nih sapu tangan dolar, biar nangisnya jeng lebih elegan," ucap Pipin berbaik hati menyiapkan sapu tangan bercap dolar secara khusus kepada ibu Lista. Wanita itu langsung menatapnya aneh, sebelum mendadak jantungan karena pimpin Akbar yang menjadi pengacara Amanda dan pihak Pak Samudra, malah memberikan amplop gendut berisi sederet foto ibu Lista yang tengah bersama laki-laki lain dan beberapa diantaranya ada yang sampai ke kamar hotel maupun ke rumah.

"Jeng Lis, Saya punya banyak CCTV yang bisa mencekik jeng. Jadi setelah ini, Pak Edo bisa langsung kasus jeng Lis dengan tudingan perselingkuhan sekaligus perzinahan. Sama saya, saya kasih gratis apalagi situ masih mertuanya si Samud. Cukup doakan saja agar saya panjang umur hingga saya bisa membasmi kejahatan sekaligus membela keadilan." Pipin Akbar masih berisik.

"Nanti jangan lupa dicerai dan jangan sampai dapat warisan, pak si jeng lisnya. Dosa kalau istri durjana kegatelan macam jeng Lis, enggak dicerai. Mending hartanya buat modal bapak kawin lagi nanti habis keluar dari penjara. Kalaupun Pak Edo mau balas dendam, jangan hanya ke laki-lakinya kayak yang lagi viral. Yang wanitanya juga, suntik sampai koid!" Lanjut Pipin Akbar lagi.

Amanda mendengar semua obrolan itu karena ia dan Pak samudra yang juga ditemani ibu Sintia, berdiri tak jauh dari pihak Pak Edo. Papanya itu terlihat sangat terkejut, sok bahkan kecewa. Air mata yang sempat surut, kini kembali berlinang menjadi bagian dari kehancuran seorang Pak Edo, setelah sebelumnya karena vonis bersalah yang pria itu dapatkan.

"Pah, ini pasti hanya editan. Ini pasti hanya orang suruhan si Amanda, termasuk juga si pengacara berisik ini!" Yakin ibu lista langsung sibuk meyakinkan.

"Kalau ini beneran editan, yang edit pasti asistennya Tuhan, bisa semirip dan serapi ini soalnya!" Ucap Pipin Akbar yang langsung syok karena baru saja, ada sepatu sneakers hitam yang melesat dan menghantam kepala ibu Lista.

Ketika semua mata memastikan termasuk juga ibu Lista selaku korban, ternyata pelakunya Amanda. Malahan kini saja, Amanda dengan gesit melempar sepatu sebelah kirinya dan seketika mengenai bibir ibu Lista yang juga langsung pecah memusratkan darah segar.

"Pah, lihat pah, kelakuan Amanda...." Ibu Lista tak kuasa melanjutkan ucapannya karena Pak Edo juga mendadak menamparnya. Tak hanya satu kali, tapi dua kali, dan kembali terulang bolak-balik selama 6 kali.

"Paket komplit sekalian dapat THR pokoknya!" Komentar Pipin Akbar yang memutuskan untuk pergi dari sana, meninggalkan drama orang tua Amanda.

"Bisa jadi si Anya juga bukan anak pak Edo sih," ucap Amanda yang kemudian berkata, "maaf, mulai sekarang aku nggak sudi panggil kamu papa. Orang seperti kamu nggak pantas untuk dipanggil papa. Nikmati perbuatanmu, syukur syukur Tuhan masih Sudi kasih kebahagiaan buat kamu."

"Manda, papa beneran minta maaf!"mohon Pak Edo. Jaraknya dari Amanda hanya sekitar 5 meter.

"Telat! Enggak usah dekat-dekat. Karena sampai mati pun, aku nggak bisa maafin kamu." Amanda yang terlanjur dendam, memilih pergi dari sana tanpa kembali menghiraukan sang papa yang langsung sibuk ceramah, membahas bahayanya menjadi anak durhaka.

"Dasar orang tua egois! Minta maaf saja masih maksa!" Batin Amanda. Ia dapati, langkah cepat dari Pak Samudra, ibu Sintia, dan juga Pipin Akbar yang cerewet, terdengar mendekat.

"Bisa-bisanya kamu nyaranin Pak Edo buat nikah lagi!" Semprot Pak Samudra kepada pipin Akbar.

"Lah, memangnya kenapa? Duda ya harusnya nikah lagi. Kamu saja yang awalnya duda sudah nikah lagi!" Balas Pipin tak mau disalahkan.

Bersambung

I hope you all like it

SECRET WEDDING TO A TEACHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang