25 || DUA LIMA

8.3K 1K 56
                                    

Next part!!!

Please! Tandai yang ada typonya!!!!

👇👇👇

Aksa mengajak mamanya masuk kedalam apartemen miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksa mengajak mamanya masuk kedalam apartemen miliknya. Menenangkan sang mama dan meminta penjelasan.

Nyonya Rendra menceritakan apa yang terjadi dengan isak tangis yang tak bisa dibendung. Pria yang dia cintai berkhianat padanya, bermain dengan perempuan lain. Seakan merasa tak puas dengan hanya memiliki satu perempuan saja.

Dia pikir, Tuan Rendra sudah bisa berubah dari kebiasaannya dulu.

Aksa syok mendengarnya. Tak menyangka sang papa bertindak seperti itu. Dia pikir papanya selalu berjalan lurus. Selama ini dia melihat papa dan mamanya harmonis saja.

"Lalu yang akan mama lakukan?" Tanya Aksa akhirnya. Nyonya Rendra hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak tahu.

"Mama memilih berpisah dengan papamu." Putus Nyonya Rendra akhirnya.

"Ma! Jangan mengambil keputusan dalam keadaan seperti ini. Pikirkan kembali apa yang akan menjadi keputusan mama. Ingat papa dan mama sudah lama hidup bersama dalam suka maupun duka." Peringat Aksa. Meski dia sudab besar tapi dia tidak ingin papa dan mamanya berpisah.

Tapi semua tetap keputusan papa dan mamanya.

♧♧♧

"Sialan! Kenapa sempit seperti ini bu." Protes Anna pada Santi tanpa adanya sopan santun sama sekali.

Santi hanya menggelengkan kepalanya tak menyangka anaknya berkata kasar padanya. "Jaga ucapanmu! Anna. Aku ibumu."

Anna berdecak. Merebahkan tubuhnya di kasur yang terletak di sudut ruangan. Santi memilih sebuah kamar kost yang lebih murah daripada kontrakan rumah.

Tanpa membantu ibunya merapikan pakaian. Anna merenung, menatap langit-langit kamar itu. Menelisik kejadian akhir-akhir ini. Anna merasa tidak ada muka lagi di sekolah nanti. Siswa MHS pasti akan memandang dirinya rendah.

"Semua ini gara-gara keluarga Valeno sialan itu." Anna geram. Seakan tak sadar dengan kesalahannya, Anna menyalahkan orang lain atas penderitaannya.

"Jangan menyalahkan orang lain. Semua ini salahmu karena tingkahmu." Sahut Santi. Dia tidak pernah mengajarkan anaknya bertingkah seperti itu tapi anaknya malah bertindak diluar pikirannya.

"Jangan ikut campur." Marah Anna menatap ibunya. Lalu menutup matanya, menghiraukan ocehan-ocehan ibunya yang membuat hatinya semakin panas saja.

♧♧♧

Keesokan harinya, Anna masuk sekolah seperti biasa. Tidak ada lagi geng Salvador yang bersamanya. Tidak ada lagi tatapan kagum yang di peroleh dari siswa MHS. Tidak ada lagi yang menyapa dirinya dengan ramah.

LOTTA D'AMORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang