Jangan pernah membuat seorang Aksa Regan Pradipta marah besar, kalau kalian tak mau mendapatkan masalah besar. Kata-kata itu cocok untuk gadis yang terus saja mengejar Aksa, gadis itu terus mengatakan jika ia cinta dengan Aksa.
"Aksa, gue suka sama lo. Masa lo nggak suka sama gue?" tanya gadis itu.
Aksa hanya bisa menghela nafas panjang saat gadis yang menurut Aksa gila ini terus saja mengatakan jika ia cinta dengan dirinya, Aksa tak peduli jika gadis itu cinta pada dia. Karena Aksa sudah tidak percaya yang artinya cinta.
"Aksa gue cinta sama lo, lagipula apa susahnya lo nerima gue?"
"Gue terkenal Aksa, gue bisa kasih apapun yang lo mau."
"Aksa ayolah kita pacaran, masa lo nggak suka sama gue. Gue ini cewek-" ucapan gadis itu terpotong saat Aksa memberhentikan langkahnya.
"Jangan ganggu gue!" tekan Aksa, ia juga memberikan wajah datar yang berhasil membuat gadis di hadapannya ini sedikit takut.
"Gue suka sama lo, apa lo nggak denger? Gue suka sama lo Aksa!"
"Cih," Aksa berdecih mendengar pernyataan itu. "Cewek kayak lo nggak cocok sama gue," setelahnya Aksa meninggalkan gadis itu di lorong.
Kedua tangan gadis itu terkepal hebat, ia memandang tajam ke arah punggung Aksa yang sudah menjauh dari dirinya.
Suara alunan musik yang begitu lembut dan hangat terdengar dari ruang musik, di dalam sana terlihat Aksa yang begitu fokus dengan piano yang ia mainkan. Katakanlah jika Aksa adalah anak nakal, tapi ia begitu berbakat dalam segala hal.
Sebuah tepuk tangan terdengar begitu nyaring memasuki telinga Aksa, membuat laki-laki itu memberhentikan permainannya. Ia berbalik badan untuk berhadapan dengan guru BK, Aksa menghela nafas lelah.
"Permainan yang bagus," puji guru BK itu. "Saya suka dengan permainan piano kamu," kata guru itu.
Panggil saja namanya Pak Hendra, tapi semua anak selalu memanggil Pak Hendra dengan sebutan Pak cantik. Karena memang Pak Hendra bisa cantik dan juga bisa tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE
FanfictionMenjadi Aksa dan Aska memang sama-sama sakit, tapi menjadi Aksa lebih sakit.