"Kenapa jam segini baru pulang? Kemana saja kamu? Kenapa tidak pulang bersama Aska?"
Aksa mengangkat kepalanya, ia bisa melihat jika Bunda Sandra saat ini sedang berusaha menahan amarah yang ada di dirinya.
"Kemana kamu saat Aska membutuhkan kamu? Kamu itu yang lebih tua, seharusnya kamu ada di sisi Aska saat dia membutuhkan kamu."
"Kenapa harus Aksa? Aska sudah besar, dia bisa mengurus masalahnya sendiri."
"Kamu sudah berani melawan Bunda? Memang benar kata Ayah kamu, seharusnya kamu tidak terlahir di dunia ini."
"Seharusnya Aska saja yang terlahir di dunia ini, tanpa harus adanya kamu. Seharusnya Aska terlahir sebagai anak tunggal, seharusnya—"
"Kenapa Bunda dan Ayah seperti mengharapkan untuk aku pergi?"
Bunda Sandra tersenyum getir mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Aksa, ia berjalan lebih dekat dengan putranya itu.
"Bunda memang menginginkan kamu pergi dari dunia ini! Bunda berharap kamu pergi secepatnya," kata Bunda Sandra dengan suara tegasnya.
Retakan itu hadir di hati Aksa, karena perkataan Bunda Sandra seperti sebuah petir yang menyambar. Ia tak pernah menyangka jika seseorang yang sangat ia sayang itu mengatakan hal semacam itu, apa setidak berharganya Aksa di keluarga ini sampai Ayah Dipta dan Bunda Sandra meminta ia untuk pergi.
Kedua bibir itu terangkat, membuat hati Bunda Sandra sakit melihat senyum putranya.
"Bunda mau Aksa pergi?"
"Ya."
"Maka baiklah, Aksa akan berusaha untuk mewujudkan permintaan Bunda. Tapi maaf untuk sekarang Aksa belum bisa, Aksa masih mau bahagia terlebih dahulu. Setelah Aksa bahagia, maka Aksa akan menuruti permintaan Bunda dan Ayah."
Setelahnya Aksa pergi meninggalkan Sang bunda dengan perasaan yang hancur. Semua anak pasti akan merasa hancur, saat seorang Ibu meminta dirinya untuk segera pergi.
"Apa Aksa seburuk itu di mata kalian?"
"Aksa juga mau bahagia, Aksa juga mau kasih sayang kalian."
"Kenapa Ayah mau membunuh Aksa dengan tangan Ayah sendiri?"
"Kenapa Bunda meminta Aksa untuk cepat-cepat pergi?"
Sisi lain Aksa yang lemah saat ini terlihat, ia tak peduli jika nanti Aska melihat dirinya yang seperti ini. Aksa hanya mau melepaskan semua beban yang ada di hatinya, sudah cukup Aksa menahan semuanya selama dia kecil.
Aksa masuk ke dalam kamar yang menjadi saksi bisu bagaimana seorang Aksa yang sebenarnya, Aksa yang lemah, yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang orang tua.
Lelah. Itulah yang Aksa rasakan saat ini, ia lelah dengan kehidupannya yang semakin ke sini membuat dirinya tersudut. Kalau boleh milih, Aksa lebih baik tidak di lahirkan di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE
FanfictionMenjadi Aksa dan Aska memang sama-sama sakit, tapi menjadi Aksa lebih sakit.