"Abang!"
Aksa melihat ke arah cowok yang usianya lebih muda dari pada dirinya, ia melihat ke arah tangan cowok itu yang membawa nampan berisi makanan lengkap. Ia menatap bingung ke arah cowok itu, dia adalah anak pemilik resto yang saat ini menjadi tempat Aksa bekerja.
"Apa? Kenapa masih belum pulang?"
"Abang sendiri, kenapa Abang belum pulang? Sebentar lagi juga mau tutup."
"Lo nggak liat? Gue masih sibuk cuci piring, emangnya lo kenapa ke sini?"
"Terserah gue dong, kan gue anaknya bos lo."
"Cih."
Aksa kembali melanjutkan kegiatan mencuci piring yang tertunda itu, beberapa menit lagi resto akan segera tutup. Tentu saja semua pelanggan sudah pergi, dan membuat semua para karyawan sibuk dengan tugas mereka.
"Bang, lo nggak ada niatan angkat gue jadi adik?"
"Nggak punya duit gue, udah enak sama Pak Tama."
"Kalau gitu lo mau jadi anaknya Papa, nggak?"
"Punya orang tua gue."
Sikap dingin itu seperti hilang saat berbicara dengan anak bosnya ini, Aksa sendiri juga tidak tahu kenapa ia bisa seakrab itu dengan cowok yang lebih muda dari pada dirinya.
"Kalau punya orang tua, kok Abang kerja?"
"Juan! Jangan ganggu Aksa," teguran itu berasal dari Tama saat baru saja memasuki dapur.
Aksa membungkuk memberikan hormat, Tama memberikan tepukan beberapa kali untuk membuat Aksa bangun. Ia melihat ke arah piring-piring kotor yang hanya tinggal sedikit, di sana hanya ada Aksa sendirian jadi kemungkinan besar cowok itu menyelesaikan seorang diri.
"Yang lain pada kemana?"
"Ada di depan, Pak."
"Depan? Kenapa mereka tidak membantu kamu?"
"Ini sudah menjadi tugas Aksa, jadi Aksa harus menyelesaikan nya sendirian."
Tama melihat ke arah jam tangan yang berada di lengannya, jam sudah menunjukkan pukul sebelas lebih. Ia melihat ke arah Aksa, cowok itu terlihat sangat lelah.
"Lebih baik sekarang kamu pulang," ucap Tama.
"Tapi—"
"Biarkan yang lain, yang menyelesaikan semua ini. Hari sudah semakin malam, tidak baik untuk kamu berada di luar," potong Tama.
"Iya Bang, lebih baik lo pulang. Ini udah malam," sahut Juan.
Aksa masih belum berani untuk pulang, ia takut nantinya karyawan yang lain akan marah kepada dirinya karena meninggalkan tugas nya yang belum selesai. Tapi lagi-lagi Tama memintanya untuk segera pulang, membuat Aksa mau tidak mau pulang lebih awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE
FanfictionMenjadi Aksa dan Aska memang sama-sama sakit, tapi menjadi Aksa lebih sakit.