Mudah kok kalau mau cerita ini sering update, yaitu dengan penuhin kolom komentar dengan komentar-komentar dari kalian.
Aksa melihat ke arah Bunda Sandra yang berada duduk di bangku yang ada di taman rumah sakit. Awalnya Bunda Sandra menolak untuk membawa Aksa ke taman, tapi Aksa terus saja memaksa Bunda Sandra, membuat Bunda Sandra pasrah dan menuruti permintaannya. Bisa Aksa lihat dari mata Bunda Sandra terlihat ada rasa takut, sekaligus rasa cemas.
"Bunda," panggil Aksa pelan.
Bunda Sandra menoleh ke arah Aksa, ia tersenyum manis melihat putranya yang tidak pernah mendapatkan perhatian dari dirinya. Bunda Sandra menatap sendu ke arah Aksa, ia menyesal pernah mengatakan semua hal-hal yang buruk ke Aksa.
"Ada apa, hm?"
"Bunda Kenapa?"
"Maksud kamu?" tanya Bunda Sandra yang masih mempertahankan senyumannya.
"Bunda terlihat tidak bahagia, apakah Aksa sudah berbuat kesalahan? Apa Bunda tidak mau menemani Aksa? Apa Aksa nakal?" Aksa memberikan beberapa pertanyaan dengan memukul-mukul kepalanya merasa bersalah.
Hal itu membuat Bunda Sandra panik sendiri, ia tak mau jika Aksa semakin sakit nantinya. Dan karena itu Bunda Sandra segera menarik tangan Aksa, Bunda Sandra menahan tangan Aksa untuk berhenti memukuli kepalanya sendiri.
"Aksa," panggil Bunda Sandra dengan suara lemah lembut. "Dengarkan Bunda baik-baik. Aksa tidak nakal, Bunda bahagia berada di sini bersama Aksa. Jadi jangan lakukan apapun pada diri Aksa, Bunda akan sedih jika kamu terluka lebih parah. Sudah cukup untuk luka-luka itu, Bunda tidak mau ada luka lain. Bunda janji sama kamu, kalau Bunda akan menghilangkan luka yang berada di tubuh kamu."
Kedua mata itu saling bertemu, bisa Aksa lihat di mata Bunda Sandra terlihat begitu yakin dengan apa yang baru saja ia dengar. Membuat Aksa lebih tenang, ia menganggukkan kepalanya mengerti.
"Ayo kita masuk, di sini anginnya dingin. Nanti kamu bisa tambah sakit," Aksa kembali menganggukkan kepalanya.
Bunda Sandra bangun dari tempatnya, ia dengan senang hati mendorong kursi roda yang di duduki dengan Aksa. Karena Aksa tidak boleh terlalu mengeluarkan banyak tenaga, maka Bunda Sandra meminta Aksa duduk di kursi roda dan ia yang mendorong. Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan di antara keduanya, hanya orang-orang yang mereka lewati saja suaranya yang terdengar.
"Kapan Aksa keluar Bun? Aksa mau sekolah," perkataan Aksa berhasil memecah keheningan yang ada.
Tatapan Bunda Sandra begitu kosong saat mendapatkan pertanyaan itu, ia teringat dengan perkataan dokter yang menangani Aksa. Ada rasa takut dalam diri Bunda Sandra, ia takut jika Aksa pergi jauh dari dirinya maka Aksa akan kenapa-kenapa.
"Lebih baik Aksa tidak usah sekolah, ya?"
Aksa mengangkat kepalanya, ia melihat ke arah Bunda Sandra dengan tatapan meminta jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE
FanfictionMenjadi Aksa dan Aska memang sama-sama sakit, tapi menjadi Aksa lebih sakit.