Di meja makan begitu hening, tidak ada satu orang pun yang berani angkat suara saat makan. Karena itu sudah peraturan yang Ayah Dipta buat, dan mereka semua harus menuruti peraturan itu, Lagipula berbicara saat makan juga tidak baik.
Setelah lima belas menit acara makan itu sudah selesai, tapi mereka masih betah di meja makan untuk membicarakan hal-hal yang terjadi hari ini.
"Hari ini kamu ulang harian, kan Aska?"
"Y-ya."
"Kalau begitu sebelum pergi ke kamar, kamu ikut Ayah ke ruangan Ayah."
"Ya."
"Mas aku boleh ikut? Aku juga mau ikut," ucap Bunda Sandra.
Aksa yang mendengar nada Bunda Sandra yang seperti cemas itu melihat ke arah kedua orang tuanya lalu ke Aska, ia tak tahu apa yang sebenernya terjadi saat ini. Kenapa Bunda Sandra mau ikut ke ruangan Ayah Dipta bersama Aska? Apa mereka akan menghabiskan waktu bersama hanya bertiga tanpa dirinya? Sudahlah Aksa tak mau memikirkan itu.
"Tidak," tolak Ayah Dipta. "Saya hanya ingin berbicara dengan Aska, kamu pergi ke kamar saja langsung."
"Mas—"
Ayah Dipta memberikan tatapan tajam ke arah Bunda Sandra, membuat wanita itu hanya bisa pasrah menuruti apa yang di katakan dengan suaminya itu.
"Aksa pamit ke kamar," ucap Aksa.
Tidak ada yang menjawab pamitnya itu, membuat Aksa mengangguk mengerti. Dia sudah terbiasa dengan ini, jadi untuk apa ia merasa sakit hati. Aksa pergi meninggalkan mereka yang masih ada di meja makan.
"Bagaimana nilai ulangan harian mu?"
Aska hanya menundukkan kepalanya takut, ia hanya bisa diam tanpa membalas pertanyaan dari Ayah Dipta.
"Aska! Jawab pertanyaan Ayah," kata Ayah Dipta tegas.
"M-maaf," ungkap Aska takut.
"Maaf? Apa itu artinya tidak mendapatkan nilai yang sempurna?"
"Aska sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Aska hari ini baru saja masuk sekolah. Membuat Aska tidak bisa begitu mengerti, maafkan Aska."
"Kalau sedang berbicara lihat lawan bicara kamu, ASKA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE
FanfictionMenjadi Aksa dan Aska memang sama-sama sakit, tapi menjadi Aksa lebih sakit.