Keadaan rumah yang begitu sepi membuat Aksa bingung, kemana perginya orang rumah? Apa mereka pergi ke suatu tempat tanpa mengajak dirinya? Tapi Aksa tak peduli dengan itu. Ia lebih memilih pergi ke kamar untuk segera mengistirahatkan tubuhnya, jika boleh jujur Aksa sering merasakan lelah apalagi saat melakukan kegiatan yang berlebihan.
"Berhenti di tempatmu anak sialan!"
Aksa menghela nafas lelah, apalagi yang akan Ayahnya lakukan kepada dirinya. Bisakah Aksa istirahat untuk sehari saja, Aksa lelah dan dia butuh istirahat.
Aksa berbalik badan, ia di buat terkejut saat melihat Aska yang berada di punggung Pak Dadang dengan luka-luka yang ada di wajah Aska.
"Bawa Aska ke atas," perintah Ayah Dipta.
"Baik tuan," Pak Dadang pergi dari sana untuk membawa tuan mudanya pergi ke kamarnya. Aska tak merasa terganggu dengan itu, karena cowok itu sekarang tertidur pulas karena obat yang di berikan dengan dokter.
"Apa yang terjadi dengan Aska?" cemas Aksa.
PLAK!
Wajah itu berpaling saat mendapatkan tamparan kasar, kedua mata Aksa memanas saat mendapatkan tamparan dari seseorang yang begitu ia cintai. Aksa melihat ke arah Bunda Sandra, dia lah yang menampar Aksa dengan kasar sampai membuat wajah itu berpaling, bahkan sudut bibir Aksa mengeluarkan darah.
"Bunda sudah bilang ke kamu harus selalu bersama Aska, terus kenapa kamu tidak memperdulikan perataan Bunda? Karena kamu, Aska mengalami kecelakaan."
"B-bunda, Aksa tidak tahu jika Aska tidak bisa membawa mobil. Karena tadi Aska bilang-"
Bukh!
Ucapan Aksa harus terpotong, saat Ayah Dipta menendang perutnya dengan kasar. Membuat Aksa terjatuh ke lantai yang dingin dengan tangan yang berada di perut, saat ini rasa sakit itu hadir di bagian perutnya karena tendangan itu.
Bunda Sandra memejamkan kedua matanya saat melihat salah satu putranya jatuh ke lantai, tapi tak selang beberapa lama Bunda Sandra kembali membuka matanya dan melihat Ayah Dipta menarik kera seragam Aksa membuat putranya itu berdiri.
"Apa kamu masih belum faham juga dengan hukuman yang saya berikan selama ini? Aska itu begitu berharga untuk saya, dia adalah darah daging saya!"
"Aksa juga darah daging Ayah, Aksa juga anak Ayah."
"Diam!"
Cengkraman di kera Aksa semakin kuat, membuat Aksa sulit untuk sekedar bernafas saja. Ia melihat ke arah Bunda Sandra, ia memberikan tatapan teduh yang berhasil membuat hati Bunda Sandra bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE
FanfictionMenjadi Aksa dan Aska memang sama-sama sakit, tapi menjadi Aksa lebih sakit.