Seragam sekolah yang rapih, rambut yang rapih dan dengan dasi yang menggantung di lehernya. Membuat Aksa terlihat sangat berbeda dari pada dirinya sendiri, dan pagi-pagi buta Aksa sudah harus bersiap untuk berangkat sekolah. Aksa juga harus ingat, ia tak boleh menunjukkan wajah datar dan dinginnya karena sekarang dia menjadi Aska.
Suara ketukan pintu yang terdengar beberapa kali membuat Aksa segera keluar dari kamarnya, ia membuka pintu dan bisa melihat dengan jelas Sang bunda yang membawa nampan yang berisi bubur dan susu.
"Suapin Aska, dia mau makan sama kamu."
"Ya?"
"Kamu tuli? Saya bilang suapi Aska, dia mau makan sama kamu!" ulang Bunda Sandra dengan suara tegas.
"Maaf, Aksa kurang konsentrasi. Ya, Aksa akan menyuapi Aska."
"Bagus, setelah itu pergi ke ruang makan."
"Ya."
Aksa melihat punggung Bunda Sandra yang sudah menjauh, lalu pandangnya teralihkan ke nampan yang ada di tangannya. Aksa menghela nafas lelah, apa kembarannya itu begitu manja sampai meminta untuk di suapi. Sebelum pergi ke kamar Aska yang berada tepat di sampingnya, Aksa mengambil tasnya lebih dulu. Setelahnya Aksa membawa dirinya pergi ke kamar Aska, sebelum masuk ke dalam kamar Aska ia memberikan beberapa ketukan pintu.
"Masuk!"
Helaan nafas berat keluar dari mulut Aksa, ia dengan perlahan membuka pintu kamar kembarannya itu. Pertama yang Aksa lihat adalah seluruh piagam dan piala yang Aska dapat dari mengikuti olimpiade dan lomba, dan tatapannya terarah ke Aska yang saat ini sedang rebahan di atas ranjang empuk itu.
"Aksa?"
"Makan."
Aska tersenyum lebar saat mendengar ucapan Aksa, mungkin Bunda nya sudah meminta Aksa untuk menyuapi dirinya. Aska bahagia karena Bunda Sandra mau menuruti keinginannya untuk di suapi dengan Aksa, dan sekarang Aksa sudah ada di kamarnya untuk menyuapi dirinya.
"Tumben rapi, biasanya juga kayak anak nakal."
Aksa tidak memperdulikan ucapan Aska, ia lebih memilih untuk mengaduk bubur dan menyuapi Aska. Aksa tidak mau berlama-lama di kamar ini, kamar Aska membuat dirinya ingat dengan kejadian dimana ia di siksa untuk pertama kalinya di kamar mandi Aska.
"Rambut lo kalau rapi keren, nggak kayak biasanya. Lo lebih cocok kayak gini," kata Aska.
Aksa masih tetap diam, tidak memberi tanggapan apapun, membuat Aska menghela nafas panjang. Kakak kembarannya ini selalu bersikap acuh kepada dirinya, tapi Aska sekarang bahagia karena Aksa mau menyuapi dirinya.
"Selesai," Aksa yang akan keluar dari kamar Aska terhenti saat lengannya di tahan dengan Aska.
"Sa, gue kangen sama lo yang dulu. Kenapa sekarang lo berubah jadi gini? Apa kita nggak bisa balik kayak dulu? Lo dan gue main bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE
FanfictionMenjadi Aksa dan Aska memang sama-sama sakit, tapi menjadi Aksa lebih sakit.