Annyeong!
Vote and Komen jangan lupa yaa!
-
Happy reading
...Sinar matahari pagi membuat Claire yang sedang tertidur terusik. Claire pun meregangkan otot-otot badannya yang kaku.
"Telnyata sudah pagi." Gumam Claire.
Claire yang berniat kekamar mandi berhenti dikarenakan ada seseorang yang mengetuk pintu dan ternyata itu adalah Hana.
"Selamat pagi, Nona." Sapa riang Hana.
Claire tersenyum, "Pagi, Hana."
"Saya akan menyiapkan air hangat untuk anda berendam, nona." Ujar Hana dijawab Claire dengan anggukan.
Selagi menunggu, Claire menyusun bagaimana caranya agar dia keluar dari kediaman Baron Lucano.
Tidak mungkin jika aku mengatakan akan terjadi penculikan di wilayah paman bukan?, Pikir Claire.
"Ahaa, gue tau." Ujar Claire dengan seringainya.
"Nona, pemandian anda telah siap." Ujar Hana membuyarkan lamunan Claire.
Claire pun mengangguk dan pergi membersihkan diri sebelum pergi sarapan.
Selesai bersiap, Claire beserta Hana pergi ke ruang makan untuk sarapan pagi.
Saat Claire tiba disana, ternyata Baron Lucano sudah duduk manis ditempatnya.
"Oh, keponakanku kau telah tiba. Ayo, duduk disamping paman." Ujar Baron Lucano tersenyum manis.
Claire pun mengangguk dan duduk disampingnya.
"Lihatlah, keponakanku yang cantik telah tiba namun putraku belum tiba. Sungguh membuat ayahnya kesal saja." Ujar Baron Lucano.
"Mungkin kak Xandel belum bangun, paman." Ujar Claire dengan nada cadelnya.
Baron Lucano menggelengkan kepalanya, "ini sudah jam 9 pagi, sudah pasti dia sudah bangun. Pasti dia sengaja memperlambat dirinya."
"Ayah, bukankah kau terlalu berfikir yang tidak-tidak tentangku?" Ujar seseorang yang masuk ternyata dia adalah Xander.
"Bagus, kau terlambat. Lihat Claire dia sudah tiba dari tadi." Ujar Baron Lucano menatap sinis Xander.
Xander menggedikkan bahunya dan duduk ditempatnya.
Para pelayan yang diruang makan langsung mensajikan sarapan untuk mereka. Kali ini mereka sarapan sereal dengan segelas susu.
"Jika kau membutuhkan hal yang lain, bilang saja ya, keponakanku." Ujar Baron Lucano.
"Baik, paman." Jawab Claire sambil mengunyah.
Selesai mereka sarapan, Baron Lucano langsung pamit menuju ruang kerjanya.
Claire menarik tangan Xander menuju taman.
"Kenapa?" Tanya Xander.
Claire menjawab dengan cengiran khasnya, "kak, boleh tidak Claile keluar kediaman? Claile mau beljalan-jalan dilual."
"Tidak."
"Tapi kenapa?"
Xander menghela nafas, "bukankah kau semalam sudah dengar, jika sekarang sedang banyak penculikan anak. Aku tidak mau nanti disalahkan ayah jika kau diculik."
"Tapi itu kan teljadi di kota bukan di wilayah kita."
"Tetap saja tidak, Claire."
Claire pun cemberut mendengar penolakan Xander, "baiklah, tapi jangan harap Claire akan memberitahu kakak tentang Glyn."
Xander membulatkan matanya, "k-kau mengetahui dimana Glyn? Cepat beritahu aku dimana Glyn?"
"Tidak."
"Baiklah-baiklah, kau boleh pergi keluar tapi aku akan menemanimu. Bagaimana? Asal kau memberitahu aku dimana Glyn berada."
Claire tersenyum riang, "setuju."
Mereka pun segera pergi menuju ruang Baron Lucano.
Saat di depan ruang kerja Baron, Xander serta Claire mendengar percakapan Baron dengan seseorang yang tidak mereka kenali.
Mengapa mereka bisa mendengarnya? Itu dikarenakan pintu kerja Baron terbuka sedikit sehingga mereka berdua bisa menguping pembicaraan didalam.
"Apa yang dibicalakan ya, kak? Sepeltinya selius sekali." Ujar Claire.
Xander mengangguk, "sepertinya ini tentang masalah kemarin."
Claire dan Xander mendekatkan telinga mereka.
"Raja sialan itu, jika saja dia bukan Raja sudah ku buat dia jadi tanah." Ujar seorang laki-laki yang tidak diketahui mereka namun dia seumuran Baron Lucano.
"Permasalahan seperti ini saja dia harus mengorbankan anaknya. Walaupun anaknya itu bukan dari Ratu atau selirnya tetap saja Pangeran William merupakan putranya juga. Aku tidak habis pikir dengan yang mulia kenapa dia Setega itu mengorbankan Pangeran William." Ujar Baron Lucano menghela nafas.
"Itulah yang membuatku datang, sobat. Bagaimanapun Pangeran William tetap pangeran di kerajaan Graziano. Umurnya juga masih terbilang masih kanak-kanak tapi kenapa harus memakai cara itu, seperti tidak ada cara lain saja." Ujar laki-laki itu dengan nada gusar.
"
Kita harus menemui Raja."
"Percuma, Joel. Aku kemarin sudah menghadapnya. Apa kau tau jawabannya seperti apa? Dia berkata aku tidak peduli lagipun dia hanya anak dari seorang budak walaupun dia ku berikan gelar pangeran. Itu semakin membuatku muak dengannya."
Baron Lucano menghela nafas. Tidak sengaja matanya melihat kedua anak kecil sedang menguping pembicaraannya.
"Untuk apa kalian menguping disana?"
Xander dan Claire tersentak mendengar Baron memergoki mereka.
Mereka pun masuk dan menunduk hormat kepada tamu Baron Lucano lalu tersenyum kepada Baron Lucano.
"Ada apa?" Tanya Baron Lucano heran.
"Ayah, aku dan Claire akan berjalan-jalan keluar." Izin Xander.
Baron Lucano menatap datar Xander dan Claire, "tidak."
"Tapi ini gawat dalulat, paman. Jika paman tidak membelikan izin maka Glyn akan telancam." Ujar Claire.
"Glyn? Bukankah dia seharusnya ada dikamarmu?" Tanya Baron menatap putranya.
"Ya, harusnya begitu, namun semalam Glyn tidak kembali, ayah. Claire melihat jika Glyn diambil oleh seseorang dan kami akan mencarinya diluar. Ayah tenang saja kami hanya mencarinya disekitar pasar." Ujar Xander.
"Baiklah, tapi kalian harus berhati-hati."
"Baik, ayah."
"Baik, paman."
...
Wahh, Glyn itu siapa kira-kira?
Mengapa Xander begitu khawatir tentang Glyn?
Lalu apa yang akan dilakukan Claire diluar kediaman Baron?
Apakah yang akan terjadi?
Temukan jawabannya hanya di part berikutnya.
-
Jangan lupa Vote and Komen ya.
Papay❤️
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLAIRE (Segera Terbit)
FantasyClaira Barbara seorang gadis cantik berumur 15 tahun yang memiliki sifat barbar dan tidak bisa diam. Pada saat Claira pulang sekolah, tidak sengaja dirinya melihat sebuah novel yang menceritakan kisah cinta tragis seorang antagonis. Melihat deskrips...