Berkunjung ke kediaman Baron Lucano

21.5K 1.6K 20
                                    

Jangan lupa
Vote and Komen untuk melanjutkan cerita ini.
-
Happy Reading
...

Berbeda dengan kediaman Baron Lucano, dikediaman Duke Evans semua berjalan tanpa adanya kehebohan.

Para pelayan sibuk melakukan pekerjaan mereka. Ada yang menyiapkan sarapan, merapikan ruang makan, dan lain sebagainya.

Sebelum memulai sarapan, Duke Evans memiliki kebiasaan rutin yaitu membangunkan kedua anaknya. Ya, dia melakukan itu saat Duchess telah meninggal. Menurutnya, walaupun Duchess telah meninggal, Duke tidak melupakan pertumbuhan sang anak.

Terutama kebiasaan Duchess yang sering membangunkan Alaric dan Aleana. Itu juga salah satu alasan yang membuat Duke melakukan hal tersebut.

"Al, apa kau sudah bangun?" Ujar Duke Evans sambil mengetuk pintu kamar Alaric.

Pintu pun terbuka dan terlihat Alaric sudah siap untuk keluar dari kamar.

"Selamat pagi, ayah." Ujarnya tersenyum tipis.

Duke Evans mengangguk kepalanya, "selamat pagi juga. Lebih baik kau segera pergi ke ruang makan. Biar ayah bangunkan adikmu dulu. Kau tau bukan adikmu itu susah sekali dibangunkan oleh pelayan." Keluhnya.

Alaric terkekeh pelan melihat ekspresi kesal sang ayah, "baik, semangat membangunkan Lea, ayah."

Duke Evans mendengus lalu pergi menuju kamar putri kesayangannya.

"Lea, bangun. Apa kau tau jika dunia telah berpindah? Jika kau tidak bangun jangan salahkan ayah akan meninggalkanmu dengan monster disini." Ujar Duke Evans setengah berteriak.

Sudah tidak heran bagi para pelayan mendengar majikan mereka yang berteriak.

Nona muda mereka emang senang sekali membuat Tuan Duke kesal.

Pintu kamar pun terbuka dan menampilkan wajah cantik namun masih mengantuk.

Duke Evans menghela nafas, "apa kau semalam tidur larut lagi?"

Aleana atau sering disapa Lea menganggukkan kepalanya dengan pelan. Dia masih sangat mengantuk.

"Kali ini apa alasanmu? Bukankah sudah ayah peringatkan untuk tidak tidur terlalu malam?" Tanya Duke dengan tegas.

"Lea tengah membuat sesuatu, ayah." Jawabnya dengan cemberut.

"Baiklah, kali ini ayah maafkan. Ingat Lea, umurmu masih 8 tahun. Tidak baik tidur terlalu malam. Cepat bersiap ayah dan kakakmu akan menunggu di ruang makan. Jika kau telat, maka jangan salahkan ayah akan menambah jam pelajaranmu." Ujar Duke lalu pergi.

"Ish, menyebalkan. Padahalkan Lea ingin memberikan kejutan pada ayah." Kesal Aleana lalu masuk kembali kekamar.

Sesudah bersiap, Aleana pergi menuju ruang makan. Di meja makan sudah ada ayah dan kakaknya.

"Maafkan Lea yang telat, ayah." Ujarnya menunduk.

Duke Evans mengangguk, "ayo, cepat sarapan."

Saat akan memulai sarapan, Aleana melihat seorang gadis kecil sepantarannya sedang berdiri disamping kepala pelayan.

Namun, dia akan bertanya sesudah sarapan. Aleana pun mengambil menu sarapan berupa roti dan mengoleskan selai diatasnya.

"Berty, bergabunglah dengan kami, oh jangan lupakan putrimu." Ajak Duke Evans pada kepala pelayan.

"T-tuan duke, saya tidak berani." Ujar Berty menunduk.

"Tidak apa-apa, kau sudah sangat lama dikediaman ini. Bergabunglah dengan kami. Ajak Eve juga untuk sarapan." Ujar Duke Evans.

Berty menatap ragu ketiga majikannya dan melihat Alaric juga menyetujuinya.

Berty pun segera bergabung di meja makan serta Eve juga.

Aleana mengerutkan kening merasa tidak menyukai tatapan lembut yang diberikan pada gadis kecil didepannya.

Akan tetapi, dia mengacuhkannya. Selagi dia tidak berbuat yang merugikannya, Aleana akan diam.

Mereka pun segera menyelesaikan sarapannya.

Setelah sarapan selesai, Alaric langsung meminta izin pada Duke Evans.

"Ayah, aku minta izin untuk keluar." Ujar Alaric.

"Kau mau kemana?" Tanya Duke Evans penasaran.

"Menemui Xander. Ada yang ingin aku diskusikan tentang ujian di akademi nanti." Jawab Alaric.

"Baik, jangan terlalu lama." Ujar Duke Evans.

"Lea ikut, ayah." Ujar Aleana.

"Tumben sekali."

"Ada yang ingin Lea belikan." Jawab Lea dengan nada acuh.

"Baik, jangan jauh-jauh dari kakakmu." Nasihat dari Duke Evans.

"A-apa saya boleh menumpang tuan, tuan muda, nona muda? I-itu saya ingin membelikan sayuran yang tadi ibu bilang." Ujar Eve pelan.

"Ba-"

"Tidak." Ucap Lea memotong pembicaraan Duke Evans.

"Lea, tidak baik memotong perkataan ayah." Ujar Alaric.

"Maaf, ayah."

"Tidak apa. Kenapa Lea tidak mau? Bukankah Lea seumuran dengan Eve? Bisa saja kalian jadi teman nantinya." Ujar Duke.

"Bukan gitu, ayah. Lea mau membeli sesuatu yang tidak sembarang orang tau. Lagi pun bukankah ayah sudah menyiapkan lima kereta untuk para pelayan pergi ke pasar?" Ujar Aleana.

"M-maaf, nona muda. Sa-saya tidak tau jika tuan duke menyiapkan kereta kuda untuk para pelayan." Ujar Eve menunduk.

Duke Evans menghela nafas, "tidak apa-apa. Kamu boleh ikut dengan Alaric dan Lea-"

Eve yang tadinya tersenyum senang kembali termenung mendengar perkataan terakhir dari Duke.

"Tetapi kamu pakai kereta kuda khusus pelayan. Tidak apa-apa bukan?" Ujar Duke Evans melanjutkan perkataannya.

"I-iya, tuan duke." Jawab Eve menghela nafas.

Mereka pun segera pergi dari kediaman Duke Evans.

...

Jangan lupa VOTE KOMEN yaa.
Papay❤️

Tbc.

CLAIRE (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang