Jangan lupa VOTE KOMEN.
Happy Reading semua.
..."Eve?" Panggil seorang pria dengan nada lembutnya.
Seorang gadis cantik nan anggun menoleh dan mendapati pangeran mahkota kerajaan Graziano menghampirinya.
Gadis itu tersenyum lembut menyambut sang pangeran. "Pangeran?"
"Sudah berapa kali aku bilang, Eve. Jangan panggil aku pangeran, panggil aku Leon." Ujar pria itu yang ternyata merupakan Pangeran Leonardo.
Eve terkekeh lembut melihat wajah cemberut Leon. "Maafkan, aku."
Leon tersenyum tipis, "apa kau sudah menungguku terlalu lama? Lihat di keningmu bahkan sudah ada keringat. Maafkan aku yang terlambat." Sesalnya.
Eve menggelengkan kepalanya. "Tidak, Leon. Aku hanya menunggumu sepuluh menit saja dan soal keringat itu karena aku berjalan ke taman ini."
"Berjalan? Kau serius?"
Eve menganggukkan kepalanya dengan polos. Leon pun berdecak kesal. "Bukankah kau putri dari Duke Evans? Seharusnya mereka menyediakan kereta kuda untukmu. Bagaimana pun kau sekarang putri bangsawan."
"Tidak apa-apa. Mungkin mereka belum menerimaku." Ujar Eve tersenyum tipis.
"Pasti ini ulah Aleana bukan? Jujur padaku, Eve!"
Eve mengerutkan kening. "Bukan, ini murni permintaan Duke Evans."
Leon terkejut. "Mengapa begitu?"
Eve menundukkan kepalanya dengan sedih. "Itu karena aku tidak sengaja mencabut bunga kesayangan Duchess."
"Apa?! Hanya karena itu kau di hukum seperti ini?! Aku yakin pasti kamu dijebak, Eve."
"Siapa yang ingin menjebakku?" Tanya Eve heran.
"Tentu saja Aleana. Hanya dia yang tidak menyukaimu di kediaman Duke Evans." Jawab Leon kesal. "Ayo, kita ke kediamanmu. Kita temui Aleana sekarang."
"Tapi-" ujar ragu Eve.
"Tidak ada tapi-tapi, Eve. Kamu tidak perlu cemas, Duke Evans sekarang berada di istana. Jadi Aleana pasti seorang diri di kediamannya." Ujar Leon.
"Bagaimana dengan tuan Alaric? Dia pasti berada di kediaman juga."
Leon tersenyum lembut melihat wajah takut Eve. Dia pun membelai lembut pipi Eve. "Tidak perlu cemas soal Alaric. Aku memintanya pergi ke kediaman Baron Lucano."
Eve pun membalas senyum Leon membuat hati Leon berdebar-debar.
"Baiklah, ayo, kita pergi." Ujar Leon sambil menggenggam erat tangan Eve yang begitu pas di genggamannya.
...
"Joel." Panggil Nyonya Giana membuyarkan lamunan Baron Lucano.
"Cla-"
"Bisa kita berbicara empat mata, tuan Baron?" Tanya Claire menatap tajam Baron Lucano.
Baron Lucano merasakan bulu kuduknya merinding. "Mari, nona."
"Joel, mengapa kau menyetujuinya? Dia ini ingin mencelakakan kita semua. Lihat, dia memakai pakaian orang miskin. Pasti dia ingin mencuri hartamu." Ujar Nyonya Giana.
"Diam." Sentak Baron Lucano dengan dingin. Nyonya Giana pun terdiam namun menatap Claire dengan sinis.
Claire pun pergi mengikuti sang paman.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLAIRE (Segera Terbit)
FantasyClaira Barbara seorang gadis cantik berumur 15 tahun yang memiliki sifat barbar dan tidak bisa diam. Pada saat Claira pulang sekolah, tidak sengaja dirinya melihat sebuah novel yang menceritakan kisah cinta tragis seorang antagonis. Melihat deskrips...