Mimpi Claire tentang William

18.7K 1.5K 68
                                    

Jangan lupa VOTE KOMEN yaaa...

Doakan semoga pdfnya selesai Minggu depan hehe...

Happy Reading.

...

Masih di tempat yang sama.

"Apa kita tidak mengadakan pertemuan lagi dengan mereka?" Tanya sang wanita membelai lembut rambut si pria.

"Ya, Raja sialan itu meminta kita besok untuk datang menemuinya di tempat rahasia." Jawab si pria sambil memejamkan matanya.

"Apa ini terkait masalah tentang pemberontakkan, sayang?" Tanya wanita itu dengan nada mendayu.

"Entahlah, aku pun tidak tau. Aku saja tidak percaya bahwa pria itu mengulang waktu." Ujar pria itu. "Ditambah Tio berkata seharusnya putri dari Calix meninggal di usia yang ke enamnya namun dia sekarang masih hidup sampai kini." Jawab pria itu.

"Ah, jadi gadis yang datang ke kediaman Baron Lucano itu putri dari Calix. Aku tidak menyangka gadis itu sangat jelek." Ujar wanita itu dengan nada geli.

"Mengapa kau berkata seperti itu?"

Wanita itu terkekeh. "kau lihat bukan, dia memakai topeng pasti untuk menutup wajahnya yang buruk rupa. Tidak lupa kan jika dia tinggal di hutan selama sebelas tahun. Sudah pasti wajahnya terluka saat berkelahi dengan hewan buas." Ujarnya dengan nada puas.

"Gia, untuk kedepannya bertindaklah lebih berhati-hati. Aku tidak mau rencana yang kita susun akan hancur karena keteledoranmu." Ujar pria itu dengan nada dinginnya.

Wanita yang dipanggil Gia itu mendengus. "Sudahlah, kau ini memang selalu saja seperti itu, Ron. Aku ingin kembali ke istana." Ujarnya lalu pergi tanpa melihat pria itu.

...

Claire terbangun dari tidurnya saat dia bermimpi tentang suatu kejadian dimana kejadian itu tidak tertulis didalam novel.

"Apa mimpiku ini benar? William melakukan pengulangan waktu?" Lirihnya.

Di mimpi Claire, dia melihat di sebuah hutan yang begitu tandus, seorang pria dengan wajah blur melangkah tertatih-tatih pergi menuju sebuah goa. Pria itu berteriak memanggil seseorang dan muncullah pria kecil dengan sayap indahnya. Dia terbang menuju pria yang sekarat itu. Claire ingin membantu pria itu namun saat Claire mau menyentuh tangan pria itu, tangan Claire menembus.

"Pangeran?! Mengapa anda seperti ini?" Teriak pria kecil yang Claire rasa dia merupakan bangsa peri.

"To-tolong la-kukan renca-na kita kem-arin." Lirih pria itu.

Peri itu semakin panik. "Aku tidak yakin, pangeran." Ujarnya.

"Cepa-t, Ace!"

"Pangeran, kau tau bukan jika kau melakukan ritual ini maka beberapa orang juga akan ikut mengulang waktu. Aku tidak bisa memilih siapa saja yang dapat mengulang waktu, jika anda menyetujuinya maka aku akan melakukannya namun Pangeran tolong pertimbangkan." Ujar peri itu dengan nada cemas.

Pria itu mengeluarkan darah dari mulutnya. "Aku t-tidak peduli, Ace. Cepat-lah!" Geram pria itu.

Peri itu pun menganggukkan kepalanya. "Aku peri ruang dan waktu dengan ini meminta kepada takdir untuk mengulang waktu bersama Pangeran William Prince de Graziano dengan timbal balik yaitu mendapatkan hukum atas terjadinya pengulangan waktu di kehidupan kedua kami." Teriak peri itu dengan nada tegas. Dia menggoreskan jempolnya dan darah menetes sebanyak sepuluh. Darah itu terjatuh di kening pria yang ternyata merupakan William. Saat darah itu menyatu sebuah cahaya terang menyinari tubuh William.

"Terimakasih, Ace. Ku harap dikehidupan keduaku, aku bertemu kembali denganmu." Lirihnya.

Ace tersenyum. "Yaa, di kehidupanmu selanjutnya janganlah menjadi budak cinta yang bodoh. Carilah gadis yang benar-benar peduli padamu. Berbahagialah, pangeran." Gumamnya lalu menutup mata.

Itu lah yang dimimpikan Claire. Tentu saja Claire terkejut.

"Aku harus mencaritahu dimana Liam sekarang." Gumamnya.

Claire berjalan menuju balkon kamarnya. Dia melihat langit yang sudah menggelap.

"Jika memang apa yang dikatakan peri itu benar, itu pertanda bukan hanya Liam saja yang mengulang waktu. Lalu siapa saja yang mengulang waktu?

Apa kematian orang tuanya termasuk sebuah perencanaan karena di novel orang tua Claire tidak meninggal saat itu seharusnya mereka pindah menuju Kekaisaran. Lalu teka teki dengan peramal itu juga membuat Claire pusing.

"Sebenarnya alur sudah kacau dari awal. Sekarang aku harus waspada karena sudah pasti orang yang mengulang waktu itu mencurigai aku. Lantas siapa lawan dan kawan?" Ujar Claire menatap bulan.

Claire pun kembali ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya. Dia pun kembali memejamkan matanya.

Tanpa disadari Claire, gerak-geriknya telah di lihat oleh seorang pria di balik pohon dekat balkon kamar Claire.

"Kau tenang saja, Claire. Musuh kita hanya satu namun dia belum mengeluarkan taringnya karena yang lainnya hanya pion untuk menutup keberadaannya." Gumam pria itu lalu pergi menghilang.

...

"Lea, ayah baru saja tiba. Mengapa kau langsung pergi begitu saja?" Tanya Duke Evans melihat sikap acuh putrinya.

Semenjak Eve diangkat menjadi putri Duke Evans, Aleana hanya berkata sepatah kata saja kepada ayah dan kakaknya itu sebagai pertanda bahwa dia keberatan dengan diangkatnya Eve menjadi saudarinya. Aleana merasa Eve ini tidak sebaik penampilannya dan Aleana akui Eve mampu mengelabuhi banyak orang dengan tampang lembut dan anggunnya.

"Ayah, Lea tidak pergi hanya saja Lea ingin segera kembali ke kamar. Lea sangat lelah karena seharian ini menemani kakak untuk bekerja." Jawab Aleana dengan nada datar.

Duke Evans menghela nafas. Dia merasa bersalah pada putrinya ini. "Maafkan, ayah. Belum bisa menjadi ayah yang baik untuk Lea. Ayah, belum bisa menjaga Lea dengan baik. Ayah, bahkan mengangkat putri lain dan itu pasti menyakiti hati putri ayah ini." Ujarnya dengan pelan.

Aleana terisak. "Ayah, jangan katakan itu.  Lea hanya tidak suka saat melihat ayah begitu tunduk pada raja. Seharusnya ayah bisa berbicara tegas padanya. Ayah, apa ayah tau jika mereka sedang memata-matai kita lewat Eve."

Duke Evans membulatkan matanya. "Dari mana kau mengetahuinya?" Ujarnya dengan pelan.

Aleana menghapus air mata yang jatuh ke pipinya. "Lea, baru saja melihat Eve berbicara dengan tangan kanan Raja yaitu Tio."

"Apa kau mendengarnya?"

Aleana mengangguk namun menggeleng. "Lea, hanya mendengar sedikit saja, ayah. Yang Lea dengar, raja meminta Eve untuk mengawasi pergerakan kita. Jika saja ada hal yang mencurigakan maka Eve harus memberitahu Tio. "

Duke Evans terkejut mendengar hal itu. "Untuk apa mereka mengawasi kita?"

"Ayah, Lea mohon setelah mendengar ini ayah harus semakin waspada dengan mereka."

"Apa maksudmu, Lea?"

Aleana mendekatkan dirinya dan membisikkan kata-kata. "Karena mereka ingin melenyapkan orang-orang yang memiliki kedekatan dengan bangsawan Theodore."

...

Jangan lupa VOTE KOMEN yaaa..

Papay❤️

Tbc.

CLAIRE (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang