Pembuktian

18.6K 1.6K 38
                                    

Jangan lupakan VOTE KOMEN cerita ini yaaaa

Karena author udah mulai di sibukkan oleh kegiatan kuliah dan tugas author akan berusaha untuk tetap update cerita ini Sampai pdf terselesaikan yaa.

Happy Reading.
...

Claire menuangkan air sungai itu ke tangan Baron Lucano serta William karena hanya mereka yang mempercayainya.

Mereka pun menunggu selama tiga puluh menit, selama itu tidak terjadi apapun tentu saja karena air itu telah berubah menjadi air biasa.

"Kalian lihat bukan? Paman serta Liam tidak terluka setelah tangan mereka menyentuh air itu." Ujar Claire.

"Kami belum percaya. Bisa saja itu akal-akal busukmu untuk memanfaatkan ayah. Mengakulah bocah kampung. Lagi pula Baron Lucano serta anak terkutuk itu adalah orang terdekatmu mungkin kau sudah memberikan mereka sesuatu agar racun itu tidak berpengaruh ke mereka." Ujar Leon menatap remeh Claire.

Claire menghembuskan nafas lelahnya, "apa pangeran mahkota kita ini tuli? Para tabib sudah berkata bahwa racun ini tidak ada penawarnya lalu aku menuangkan air itu ke mereka berdua ya karena air itu sudah normal. Apa kalian belum juga percaya, baiklah aku akan perlihatkan kembali untuk terakhir kalinya. Kali ini Claire minta salah satu tabib untuk meminum air itu."

Kesepuluh tabib itu berbisik, mereka tidak mau meminum air sungai yang bisa saja membuat mereka kehilangan nyawa.

"Kalian tenang saja, aku sebagai putri bangsawan Theodore akan menjamin keselamatan kalian." Ujar Claire tegas.

Pemimpin para tabib itu pun berjalan maju karena rekannya tidak ada yang menawarkan diri.

Claire tersenyum tipis, "tabib, kau saja yang ambil airnya jika aku yang mengambilnya maka akan ada lagi yang bilang jika aku berbohong."

"Baik, nona." Jawab tabib itu. Dia mendekati air sungai itu.

Tangannya bergetar menahan ragu tetapi dia tetap melakukan perintah dari Claire. Saat minum air sungai, tenggorokannya merasa terpuaskan dengan segarnya air disana.

Sesudah dia meminum air sungai itu, tabib itu pun kembali ke tempatnya.

"Baik, mari kita tunggu tiga puluh menit." Ujar Claire.

Mereka pun menunggu reaksi dari tabib, selama tiga puluh menit tidak ada tanda-tanda tabib itu akan seperti ketujuh prajurit yang meninggal. Hal itu membuat mereka terheran.

"Bagaimana bisa?" Tanya mereka dalam hati.

Claire tersenyum tipis melihat ekspresi terkejut mereka. Sedangkan Baron Lucano dan William dibuat penasaran bagaimana cara Claire menyelesaikan masalah ini.

"Yang mulia, anda lihat sendiri bukan? Lihat baik-baik, yang mulia. Tabib itu meminum sendiri air itu, itu tandanya airnya sudah seperti air normal." Jelas Claire.

"Apa kau berbuat trik?" Ujar Leon menyelidiki.

"Nona kecil, jika apa yang dikatakan pangeran benar, bukankah Anda menipu pihak kerajaan?" Tanya Eve lembut.

Claire mendengus, "jika kalian tidak percaya lebih baik buktikan sendiri. Lagipun air disini beracun karena Hamelock Air. Bunga racun yang hidup di daerah lembab atau perairan. Bunga itu sudah aku bakar makanya air menjadi seperti air biasa."

"Itu benar, yang mulia. Saya merasa tubuh saya baik-baik saja bahkan saya tidak merasakan sakit apapun, yang mulia." Ujar tabib itu.

Sang raja berpikir sejenak, "baiklah, karena kau telah menyelesaikan masalah ini maka, kau kuberikan satu permintaan yang akan ku kabulkan."

"Yang mulia, anda sangat pelit. Apa yang mulia tau jika kita pelit di dunia maka saat meninggal kuburan kita akan menjadi sempit." Ujar Claire polos membuat Baron Lucano dan William menahan tawa.

"Kau mendoakan ayahku meninggal?" Bentak Leon.

"Ayolah, pangeran. Claire kan hanya berkata kalau kita pelit maka kuburan kita sempit. Apa pangeran mau saat dikubur nanti pangeran sesak napas karena kesempitan?" Tanya Claire jahil.

Leon bergidik, "tentu saja aku tidak mau. Ayah, jika aku meninggal berikan aku kuburan yang luas."

Mereka semua menahan tawa melihat Leon yang masih kecil menjadi korban kejahilan Claire.

"Baiklah, dua permintaan. Lebih dari itu aku rasa tidak usah meminta permintaan sekaligus." Ujar Raja menahan kesal.

Claire tersenyum miring, "terima kasih, yang mulia. Claire akan meminta saat waktu yang tepat. Claire harap anda tidak melupakannya." Kedipnya.

Claire pun meminta Baron Lucano serta William untuk pulang. Mereka pun berpamitan pada Raja Jasver dan lainnya.

Saat akan melangkah, suara Eve menghentikan langkah mereka.

"A-apa Eve boleh menumpang pada kalian? Itu karena Eve tidak tau dimana arah kediaman Duke Evans." Ujarnya menunduk.

"Bawa saja dia bersama kalian." Perintah Leon.

Claire mendengus, "keretaku sudah tidak muat. Jika kau mau maka duduk saja di roda." Ujarnya lalu menarik tangan Baron Lucano serta William.

Eve menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Ayah, mari kita antarkan eve dulu." Ujar Leon tidak tega dengan Eve.

"Tidak. Ayo, kita kembali." Ujar Raja menarik paksa tangan Leon.

Eve menatap sedih mereka yang tidak ada memperdulikannya.

"Bagaimana jika rekan saya mengantar anda pulang, nona?" Tanya salah satu tabib yang tidak tega melihat wajah sedih Eve.

Eve tersenyum senang, "baik, terima kasih sebelumnya, para tabib." Ujarnya membungkuk sopan bagaikan putri bangsawan.

Salah satu tabib itu pun mengantar pulang Eve ke kediaman Duke Evans.

Saat di pertengahan jalan, Eve merasa bibirnya gatal-gatal. Dia pun menggaruk pelan bibirnya. Hingga tabib pun menyadari ada yang salah dengan mulut Eve.

"Nona, jangan di garuk. Biar saya periksa terlebih dahulu." Ujar sang tabib menghentikan tangan Eve.

"Shh, tabib, ini sakit gatal dan perih. Ada apa dengan bibirku?" Tanya Eve panik.

Tabib tidak menjawab melainkan menatap tajam luka yang mulai menyebar di mulut Eve. Bibir Eve yang semula normal berubah menjadi hitam kebiru-biruan, bahkan Tabib melihat terdapat nanah disana.

Tubuh sang tabib menegang, "i-ini bukankah luka asal dari racun Tetrodotoxin?!"

...

Karena author sedang lelah sehabis pulang kuliah, author update satu bab dulu yaa

Jangan lupakan VOTE KOMEN yaa

Papay❤️

Tbc.

CLAIRE (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang