-Papa

788 98 17
                                    

Cis yang ngilang sebulan 😘

🏀 Happy Reading 🏀

Chandra sekarang meringkuk ke sudut ranjang. Membalut tubuhnya dengan selimut. Di sebelahnya ada Cakra yang cuma berdiri diam sambil nunjukin muka gak bersahabat walaupun cuma Chandra yang bisa liat.

Papanya dateng.

Dari apa yang udah terjadi sama kembarannya, Chandra makin takut sama om Calvin. Apalagi yang sebenernya diincar kan Chandra. Gak nutup kemungkinan papanya itu ngulangin kejadian yang sama.

"Chandra jangan ngomongin Cakra ya. Kalo papa lagi marah nanti Chandra disakitin lagi"

Kata-kata Cakra terus terngiang di kepalanya. Padahal sejak awal emang pengen nanyain barbarly ke papanya itu. Tapi oke, Chandra bakal turutin Cakra. Kalau sampai kenapa-napa kan dia juga yang rugi.

"Kenapa nangis?" tanya om Calvin, terdengar datar tapi lembut. Dia nyamperin Chandra, duduk di pinggiran ranjang. "Masih ada yang sakit?"

Rambutnya diusap, bukannya nyaman Chandra malah makin takut. Walaupun sebelum-sebelumnya dia biasa aja, sekarang udah beda. Keliatan banget anak itu lagi gemeteran dengan tangan mencengkram erat selimutnya.

"Chandra?"

Om Calvin panik sendiri. Chandra udah berusaha dia tenangin tapi nangisnya makin kenceng. Gak mau Chandra kenapa-napa karena nafasnya mulai gak beraturan, om Calvin langsung keluar manggil dokter pribadinya.

Bahkan ketika om Calvin udah gak disana dan Cakra ikut berusaha nenangin, Chandra masih sesenggukan. Dia baru bisa diem ketika dipaksa tidur sama dokternya. Mau gak mau, anak itu dikasih obat penenang.

"Untuk yang satu ini diluar kemampuan saya" ucap si dokter setelah selesai memeriksa keadaan Chandra.

Om Calvin menghela nafas kasar, setelahnya pergi keluar gitu aja. Gak perlu dijelasin lagi juga om Calvin ngerti kalau mentalnya Chandra udah kena. Salah siapa? Salahnya dia lah. Sekarang tinggal mikirin dimana nyari psikiater yang bisa diajak kerja sama dan mau tutup mulut.

Yang paling penting, gak ada hubungan sama Chandra.

Kamar Cakra sekarang sunyi. Chandra yang lagi tidur dan satu dokter yang lagi melamun ngeliatin hpnya.

"Yesa ga mungkin berhasil masuk kesini. Tapi gue juga ga mungkin biarin Chandra berakhir kayak Cakra..." gumam dokter itu dan gak lama pergi dari sana.

"Dokter Tian keren, Chandra. Masih bisa bohongin papa sampai sekarang. Tapi nggak bertindak apa-apa..."

Karena yang om Calvin gak tau, satu keturunan Argawinata lainnya udah ada di rumahnya bahkan sebelum Chandra sampai kesini.

Jam sepuluh malam, Chandra baru bangun dari tidur panjangnya. Makanan di atas nakas jadi dingin karena terhitung udah tiga jam sejak dihidangkan. Anak itu mengerjap beberapa kali karena pandangannya masih buram. Sampai yang pertama kali dia liat tetep aja wajah pucat Cakra yang natap datar ke arahnya.

"Chandra gapapa?"

Yang ditanya masih diem. Diem diem gitu Chandra lagi maki-maki dalam hati. Merasa gak berguna jadi saudara. Gak bisa ngelindungin kembarannya. Ditambah dia marah banget sama papanya, juga sama Anna yang ngerahasiain semuanya.

"Chandra jangan nyalahin diri sendiri"

Seakan tau apa yang ada di pikiran Chandra, Cakra langsung nyadarin kembarannya itu dari acara melamun. Cakra ngulurin tangannya, yang langsung disambut sama Chandra. Kemudian ditarik ngebantu anak itu duduk.

Bola Basket Chandra | NCT Chenle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang