Jam sebelas, Chandra masih duduk menyendiri di belakang rumah. Nggak tau apa yang dipikirin, emang anaknya lagi pengen menyendiri aja. Padahal sejak tadi udah ditegur sama abang-abangnya, ya namanya juga Chandra. Kepala batu.
Anak itu ngeliatin bintang-bintang yang sebenernya nggak kelihatan. Soalnya lagi berawan, cuma keliatan satu atau dua aja. Chandra mau bengong pas senja biar kayak anak kekinian tapi menurutnya serem karena jam segitu banyak setannya, kata Leo. Jadinya dia memilih buat ngelamun malem-malem. Harusnya lebih serem tapi belakang rumah Argawinata penuh lampu.
Dua hari lagi Chandra udah mulai masuk sekolah. Dia sejujurnya takut, tapi exited juga. Chandra bakalan ketemu lagi sama temen-temennya. Di sisi lain, temen-temennya ini yang bikin Chandra takut. Bukan, bukan geng sibadu nya. Tapi manusia-manusia lain penghuni sekolah. Chandra takut dipandang macem-macem.
Papa Will sebenernya nyaranin buat homeschooling dulu, tapi Chandra nolak. Chandra udah kangen ngerasain berangkat sekolah dan pulangnya nanti main sama tiga temennya itu. Chandra bukannya anak yang peduli sama komentar orang, tapi kali ini dia bener-bener takut.
"Adek"
Chandra yang asik melamun itu kemudian menoleh. Ada papa Will yang dateng dan ikut duduk di sebelah anak bungsunya. Ayah lima anak itu lalu ngusap-ngusap rambut Chandra, bikin dia nyaman dan milih nyender ke bahu sang papa.
"Adek ngapain? Abang-abang kamu misuh-misuh semua ke papa" adu papa Will ke Chandra.
"Chandra cuma duduk di sini loh, nggak ngapa-ngapain."
"Udah malem, abang-abang kamu khawatir adiknya sakit. Ngadunya pada nggak bisa bujuk Chandra buat masuk ke rumah, jadi papa yang disuruh ke sini."
Chandra noleh ke balkon kamar Hengky yang emang paling deket sama halaman belakang. Bener aja ada empat abangnya lagi ngeliatin dia sama papa Will dengan muka-muka berharap.
Chandra mendengus, lanjut nyender di bahu papanya. "Nanti ya, pa. Chandra masih mau di sini."
"Ada yang bikin kepikiran ya?" tanya papa Will. Hafal banget sama kelakuan Chandra walaupun selama ini pura-pura nggak peduli.
Chandra berpikir sebentar, apa dia cerita aja ke papanya? Tapi Chandra nggak mau bikin orang rumah makin banyak pikiran. Chandra akhirnya memutuskan buat diem, lalu menggeleng.
"Papa kenal kamu nggak cuma setahun dua tahun aja, Chandra. Coba jujur sama papa. Inget kata bu dokter kan? Nggak boleh mendem masalah sendirian." ucap papa Will pelan, sambil tetap ngusap-ngusap lembut kepala anaknya.
"Nggak ada apa-apa..."
"Chandra..."
Bungsu Argawinata itu mendengus. Kalau papa Will udah ngotot gini harus diturutin. Sebelum mulai sesi cerita-nya, Chandra nyamanin posisi. Kali ini dia meluk papa Will, mencari kehangatan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bola Basket Chandra | NCT Chenle
FanfictionIni hanya kisah Chandra Argawinata dan kesehariannya. Tentang dia, yang mencoba menarik perhatian kakak-kakaknya. Sampai kehidupannya berubah hanya karena kesalahpahaman. ____________________ "Abang... beneran bukan Chandra..." ____________________...