01. Why're you here?

895 77 4
                                    

Why're you here?

🎶🎶🎶



Tidak ada yang membalas, mereka semua pasti sedang sibuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada yang membalas, mereka semua pasti sedang sibuk.

Aku meletakkan handphone di atas nakas di samping tempat tidur beberapa saat yang lalu, kemudian merebahkan tubuh begitu saja masih dalam setelan kerja lengkap dan stileto.

Saat ini rasanya aku sedang berada di dalam blender; langit-langit kamarku terlihat berputar-putar ditambah dengan tubuhku yang seakan-akan jadi ringan, seolah sedang hanyut yang keadaannya kian memburuk setiap kali aku mencoba merubah posisi tubuh.

Untuk itulah aku hanya bisa tidur miring ke kiri sejak tadi, meskipun badanku mulai pegal. Kondisi itu juga semakin parah dengan mual hebat, dan buliran keringat dingin yang mulai muncul besar-besar di dahiku. Sial, bahkan dalam blazer tebal yang membungkus tubuh, aku menggigil dan sekarang malah kepengin muntah.

Aku menurunkan telapak tangan dari dahi-ku yang hangat. Ah, seperti tak cukup dengan vertigo yang kambuh, aku juga sekarang agak demam. Mungkin ini akibat kurang tidur dan kelelahan yang semingguan ini ku alami. 

Pekerjaan di kantor memang lagi gila-gilanya, aku ingat hari senin yang lalu hingga rabu aku masih berada di Palembang untuk mengunjungi beberapa usaha milik nasabah untuk menilai prospeknya, dari sana aku terbang ke Surabaya di hari berikutnya masih dengan agenda yang sama dan baru kembali ke Jakarta kemarin siang sekitar pukul satu.

Setelah landing kemarin, aku juga tidak langsung istirahat. Tapi kembali ke kantor untuk serangkaian meeting, mengerjakan laporan, dan ikut mengevaluasi tim-nya Ally untuk suatu project mendatang. Lalu hari ini, aku sibuk dengan portofolio dan rapat mingguan.

Sebenarnya sejak pagi beberapa orang sudah menanyakan keadaanku, karena bagi mereka wajahku nampak agak pucat hari ini, yang tentu saja langsung ku sangkal sambil senyum. Tadi pagi rasanya tubuhku memang baik-baik saja, barulah terasa agak berbeda saat menjelang makan siang.

Rasanya ada satu kilo pemberat pada leher dan kepalaku. Meskipun begitu, aku masih menahan diri untuk tidak minum sebutir aspirin. Ku pikir, nyerinya akan hilang begitu saja begitu aku melupakannya dan sibuk kembali pada pekerjaan. Tau-taunya malah begini⸺tapi ya, jika mengingat barusan aku menyetir sendiri dari kantor ke apartemen, rasanya masih seperti keajaiban.

Maksudku, dengan kondisi hampir pingsan begini harusnya aku sudah menabrak apapun lalu berakhir di UGD. Tapi ternyata tidak, jago banget iya kan? Dan mungkin tidak akan ada keajaiban seperti itu lagi sekarang karena rasanya semakin parah.

Boro-boro menyetir, berdiri untuk berganti pakaian saja rasanya aku tidak akan sanggup⸺pun mengambil handphone-ku yang sekarang bergetar karena panggilan masuk, dengan posisiku ini tidak akan bisa lagi ku jangkau. Itu pasti panggilan dari Ally.

Handphone-ku bergetar sekali lagi yang hanya bisa ku tatap dengan berharap. Shit, kayaknya aku bakalan tetap begini sampai pagi.

"Katherine?" astaga. Seseorang baru saja masuk ke sini dengan terburu-buru, dan aku tentu saja tahu dia siapa⸺dia adalah orang terakhir yang ku harapkan datang menyelamatkanku, setelah semua manusia di bumi ini punah dan hanya dia satu-satunya yang tersisa. Sial! Sial!

"Lo kenapa?" aku malas menjawab, membuatnya meraba dahiku, " lo sakit?" pake nanya lagi. Wait, ini kenapa dia bisa masuk ke apartemenku?

"Halo? Dokter Janna ada ? Iya.... ini Harya" orang itu berbicara di telponnya setelah aku dari tadi tidak meresponnya. Ah, tuh kan ikut campur lagi. "Ke apartemennya sekarang bisa? Oh... oke, Iya."

"Ngapain sih lo pake ke sini segala?" kataku setelah Ia selesai menelpon. Aku sebenarnya malas berdebat dengan kepala keliyengan begini. Tapi sekarang dahinya berkerut, membuat ekspresinya super menyebalkan sebagai respon atas pertanyaanku barusan.

"Gue tanya Harya, lo ngapain sih ke sini? Mana Ally?" sakit pada kepalaku makin menjadi, sehingga aku mendesis tanpa sadar.

"Heran deh, padahal lagi sakit tapi ngomongnya kenceng bener."

"Jawab aja apa susahnya?" emosiku meninggi namun mual dan pusing menghentikanku untuk sekedar menatapnya dengan galak. Inilah salah satu alasan mengapa aku tak ingin dia datang, hobinya memang bikin orang jengkel. Aku tidak akan membaik jika di sini masih ada dia.

"Lho kenapa sih memangnya kalo gue yang ke sini? Ally lembur. Kenapa sih lagian, jadi orang nggak ada bersyukur-bersyukurnya."

Ck!

🎶🎶🎶

Do you think I have forgotten about you? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang