09. Be Happy, Katherine

405 65 7
                                    


Be happy, Katherine

🎶🎶🎶

Aku bergegas membuka pintu ketika Harya menelpon. Kenapa sih dia begitu tak sabaran? padahal aku hanya sebentar ke kamar untuk mengambil cardiganku untuk membuat penampilan lebih layak.

Tadi setelah mandi, aku hanya mengenakan piyama doraemon pendek butut kesayanganku-yep butut karena sudah lama sekali hingga warnanya kusam dan gambarnya juga hampir pudar.

Bukannya tidak mampu membeli yang baru, tapi ah, piyama ini sudah paling nyaman dan adem dipakai tidur. Yang tentu kurang pantas untuk menerima tamu, kecuali Ally. Lah, dia doang mah bodo amat.

Tapi harusnya tetap bodo amat juga ketika aku mulai menyisir lalu menyapukan bedak tipis di wajah. Aku hampir membuka penutup lipstik lalu kemudian sadar, Apa-apaan? padahal cuma Harya doang yang bahkan berkali-kali melihat wajahku yang baru bangun tidur, dan wajah lelah karena lembur.

Harusnya kan bisa santai juga, tapi sekarang kenapa mesti butuh mewarnai bibir segala? walau begitu, aku tetap memulas lipstik. Sudah terlanjur, jadi harus tetap digunakan.

Lagipula, aku butuh warna bibir yang cerah sekarang untuk menutupi rona wajah yang sedang pucat dan lelah. Kalau begini, seharusnya butuh blush juga-berlebihan. Nanti akan terlihat terlalu berusaha. Mikir apa sih?

Hari ini kayaknya aku memang sedang tidak jelas. Moodku sedang berantakan, jadinya semua serba campur aduk. Sebelumnya pikiran tentang Juno dan sekarang ini.

Mungkin aku memang butuh istirahat yang cukup setelah ini. Ck ini kenapa jadinya Harya kemari? bukannya tadi Ia lembur ya? kok malah keluyuran? cepet banget lemburnya.

Saat aku sibuk merutuki diri, saat itulah Ia menelepon yang membuatku cepat-cepat membuka pintu, setelah sebelumnya berteriak "Iyaaaa! tunggu!" dari dalam kamar yang tentunya tak bisa Ia dengar.

"Sumpah ya lama," Ia protes ketika aku baru mengayunkan pintu membuka. Ia masih dalam setelan kerjanya yang tadi, dasi yang sudah dilonggarkan di leher dan wajah menyebalkan seperti biasa.

Ku katakan menyebalkan sebenarnya bukan karena Ia senang memberengut. Tapi karena kesan pada wajahnya, dengan tulang pipi tinggi, mata tajam dan bibir yang lebih sering terkatup daripada tersenyum seperti kakaknya, membuatnya selalu terlihat seperti sedang kesal mirip tokoh antagonis. 

Wajah yang tidak ramah sama sekali-" Banyak nyamuk tau di luar, gue sampe bentol-bentol," Ia mengomel lagi-ditambah kesabarannya yang cuma segini, kadang-kadang aku bingung bagaimana caranya Ia menggaet nasabah sebanyak itu dan malah jadi relationship manager terbaik?

"Bentol-bentol banget? mana coba liat?"

"Nih !" Ia menunjukkan kemerahan kecil di pipinya yang sebenarnya tak terlihat seperti bentol. Orang ini saja yang memang senang melebih-lebihkan.

Jadi ku persilahkan Ia masuk. Setelah mendudukkan diri di sofa ruang tamu, aku baru menyadari bahwa Ia membawa sesuatu. 

Ada aroma harum yang menguar dari paper bag yang baru saja Harya letakkan di atas meja, seperti wangi butter, susu, dan bau-bauan yang khas dari makanan manis. Aku tahu Ia bawa apa, makanan favoritku.

"Kate, ayo makan martabak." Ia mengeluarkan tiga kotak dari dalam paper bag lalu membuka penutupnya. Gila, ini maksudnya mau ngajak mukbang? aku bengong melihat isinya, ada martabak full keju, coklat kacang wijen dan martabak tipis kering komplit yang topingnya lebih tebal dari martabaknya.

"Kita abis ini diabetes."

"Sekali sekali Kate. Minta tolong ambilin garpu ya."

"Bentar," aku lalu beranjak ke dapur mengambil piring-piring kecil, alat makan dan dua botol air mineral untuk kami berdua. Orang ini kebiasaan susah ditebak, tadi perasaan di kantor dia cuek-cuek saja. Tapi sekarang malah bawa martabak banyak sekali ke sini.

Do you think I have forgotten about you? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang