35. Another Day

282 49 6
                                    

Another Day

🎶🎶🎶

Pembicaraan Mama dan Ruby pagi itu terpikirkan hingga keesokan harinya ketika gue baru menginjakkan kaki di lobi kantor. 

Pikiran tentang meninggalkan kantor ini kelak setelah enam tahun, sedikit memberikan gue perasaan yang berat. Ini bukan masalah insentif yang gue terima, yang tahun ini sudah di tahap satu unit mobil. Sama sekali bukan. 

Namun tentang kenangan—gue tahu agak melankolis memikirkan ini pagi-pagi saat gue sudah ditunggu oleh serangkaian rapat komite untuk risk pagi ini. Tapi serius, bahkan lift di depan sana banyak kenangannya. 

Rasanya baru kemarin saat gue berangkat kerja untuk pertama kalinya. Pagi ini gue baru sadar ternyata setelah dipikir-pikir, sudah lumayan juga. Bahkan dengan satpam di depan yang gue kenal saat Ia masih singel. Kemarin Aji bilang, anak Pak Satpam sudah dua. Time flies. 

“Harya?” Gue menoleh ke belakang dengan hati berdebar ketika suara yang begitu gue kenal menyapa tiba-tiba. Ada Kate di sana, berjalan tergesa di belakang sesaat setelah gue menekan tombol lift membuka. 

“Selamat pagi.” Sapanya, Ia kini berdiri di samping gue. “Macet banget biasa, sampai ku pikir bakal telat.”

“Dua puluh menit lagi.” gue memandangi jam di pergelangan tangan. 

Ia mengangguk. “Karena masih dua puluh menit lagi, mau nemenin ke kantin sebentar nggak? aku lapar banget, nggak sempat sarapan.” ajaknya yang membuat gue mengangguk kaku sambil tersenyum dengan wajah yang berpaling ke pintu lift. 

Mood yang tadinya agak suram karena memikirkan resign, kini mendadak menguap karena panggilan aku-kamunya yang baru gue sadari tiba-tiba. 

“Tumben banget nggak sarapan dulu?”

“Soalnya hafal, kamu bakal beli kopi dulu di kantin sebelum naik ke kantor, jadi…mending kita barengan aja sekalian. Aku juga kangen makan bacang anget.”

“Bacang banget nih yang dikangenin? sama aku, memangnya enggak?”

“Ngapain kangen? ketemu aja baru kemaren.”

“Oh gitu.” kata gue, mengalah menenangkan gengsinya. Its ok, selamanya perempuan cantik seperti dia harus menang, apapun keadaannya. 

Gue melirik ke samping dan menemukan bahwa pagi ini Ia begitu cantik dengan sebiji jepit rambut mungil berbentuk bunga yang menempel manis pada legam rambutnya. 

Lalu make up tipisnya, yang tidak pernah gagal membuat hati gue mengaduh. Memangnya siapa yang bisa menang melawan sosok seindah ini? tak akan ada gue rasa. Bahkan untuk seumur hidup, gue rela mengalah. 

Ting! 

Lift terbuka, kemudian kami berdua masuk dengan gue yang menekan tombol nomor tujuh menuju kantin. Pintu lift-pun menggeser menutup. 

Jika hari ini Ia cukup yakin dengan perubahan panggilan aku-kamu barusan, gue juga semestinya harus yakin untuk sekedar menggenggam tangannya di dalam lift. Toh hanya ada kami berdua dan cctv. 

Jadi gue menggenggam tangannya tanpa melirik, yang syukurnya tak Ia tolak mentah-mentah. Tapi yakali ditolak, setelah apa yang Ia katakan kemarin. 

Kasian juga sih, gandengan aja ditolak. Apalagi yang lain?

Ting!

Lift tiba-tiba berhenti di lantai lima, seketika pintu besinya bergeser membuka sebelum kami sempat saling melepaskan satu sama lain. 

Di depan sudah ada Ally dan Aji yang sedang berbicara. Lalu seketika senyum mereka melebar saat pandangan mereka  turun ke genggaman gue dan Kate yang masih saling bertaut. 

“Jadinya mau masuk atau nggak nih?” Kate bertanya agak judes sambil tetap menahan pintu dengan sebelah tangannya yang bebas. 

Dijudesin begitu membuat mereka berdua semakin melebarkan senyum dan bergabung dengan kami di dalam lift. 

“Ji, abis ini lo mau nemenin gue ke butik lagi nggak?” Kata Ally keras-keras. 

“Buat apa lagi?” 

“Nyari baju lah anjir, kayaknya bakal ada yang resepsi lagi setelah Pascal.”

Ucapan Ally membuat mereka berdua sibuk tergelak, lalu sibuk berdehem setelahnya. Sementara gue melirik Kate yang ternyata juga sedang melirik dengan semburat merah di wajahnya yang cantik. 

Untuk cinta yang seindah dia, resign bukan masalah sama sekali. Iya kan?

🎶🎶🎶

[Harya POV end]

fin.

Do you think I have forgotten about you? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang