17. Are you ok?

342 60 12
                                    

Are you ok?

🎶🎶🎶


Sekarang gerimis mulai turun yang membuatku mempercepat langkah. 

Sejak pagi hingga malam ini aku memang keluyuran sendirian di sekitar hotel dengan hanya membawa tas berisi kamera dan dompet.

Dari tadi yang kulakukan hanya berjalan sambil kadang-kadang berhenti sebentar untuk memotret jalan, pohon atau hal-hal lain yang kupikir menarik. Aku hanya sempat beberapa kali mampir ke cafe atau warung acak saat ku rasa kakiku mulai pegal. Duduk di sana hanya sekitar lima belas menitan, untuk kembali ngider-ngider tak jelas tanpa tujuan.

Moodku benar-benar hancur, dengan kondisi tubuh yang tidak jauh berbeda. Aku berulang kali minum aspirin hari ini untuk mengurangi nyeri di kepalaku sejak siang, yang tentunya tak juga kunjung sembuh, mungkin pengaruh cuaca yang memang sedang panas-panasnya, ditambah badanku yang berasa agak lemas.

Sejak kemarin malam aku ingin sekali bisa istirahat dengan baik, minimal bisa tidur dan makan dengan nyaman, namun tak pernah  bisa lagi. Pikiranku kacau balau, berisik sekali dengan hal-hal yang seharusnya tidak kupikirkan.

Perasaan yang seperti burn out; lelah fisik, mental dan emosional. Parah, dari tadi aku bahkan menahan perasaan ingin menangis.

Ini semua tentunya tak ada hubungannya dengan pekerjaan. Semua kegiatan OTS-nya lancar, begitu pula dengan proses-proses setelahnya.

Hanya tinggal menyerahkan laporan pada Pak Wirawan untuk dirapat-kan minggu ini sebagai penentu keputusan kredit. Hal yang menjadi masalah adalah kejadian setelahnya, pertemuan tak terduga dengan Juno dan pasangannya.

Jika sekarang kupikir-pikir, tidak mengherankan jika aku bisa bertemu dengannya di kota ini. Toh Balikpapan adalah kampung halaman kedua orang tuanya, dan kebanyakan dari kita masih menganggap bahwa pernikahan berarti penyatuan dengan seluruh anggota keluarga besar. Aku tentunya tak sebodoh itu jika tak mengerti bahwa untuk itulah Ploy juga di sini, bercincin di tangan kiri, dan nampak bahagia—

—mereka akan jadi keluarga secepatnya.

Dan aku tak bisa menghindari kepalaku sendiri memutar kenangan masa lalu dan kesadaran tentang segala effort, air mata, dan kebersamaan yang kami lalui selama ini ternyata masih belum cukup, belum cukup kuat untuk dia memilih tinggal di sisiku. Lalu pertanyaannya, kekurangan dan khilaf-ku yang mana yang tak bisa Ia maafkan hingga memilih pergi? Hingga memilih orang lain yang bukan aku?

Jika ada yang salah dari hubungan kami, atau dariku seharusnya Ia mengatakannya saja. Bukan begini caranya, bukan begini—

“Selama ini lo bilang kalo Juno mungkin selingkuh dari lo, sumber lain bilang kalo dia macarin kalian berdua di waktu yang sama. Nggak pernah ada penjelasan yang pasti, dengan begini kita juga bisa bilang bahwa mungkin aja yang jadi selingkuhan itu lo Kate, bukan Ploy.“ suatu kali Ally pernah bicara.

Meskipun aku membenci ide ini, kemungkinannya masih akan tetap ada. Aku benci Juno karena tak meninggalkan apapun kecuali tanda tanya demi tanda tanya yang membuatku semakin meragukan diri sendiri. Semakin merasa tak pantas untuk siapapun karena apapun yang kulakukan pada akhirnya tak berarti apa-apa dan seolah-olah jadi sampah.

Saat melihatku kemarin, Juno berusaha menghampiriku. Aku yang tidak tahu harus berbuat apa kecuali kabur langsung berdiri dan berbalik, mencoba menyeret diriku lebih jauh daripada yang sanggup kulakukan. Karena bagaimanapun, sudah tak ada gunanya mendengarkan penjelasan dari Juno.

Hal paling buruk telah terjadi dengan Ia yang telah memilih orang lain.  Dan tak ada yang bisa kulakukan dengan itu. Jadi aku terus menghindar, namun sial, Ia berhasil menarik lenganku. 

Do you think I have forgotten about you? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang