Happy reading :))
***
Hari ini adalah hari keberangkatan Minzy ke Jepang. Tempat baru untuk menuntut ilmu di jenjang selanjutnya. Sebagian sahabatnya berkumpul di halaman rumah untuk mengucapkan salam perpisahan. Mereka duduk lesehan di atas rumput sintetis.
"Kok cepet banget sih, Zy?" Yang paling tidak rela disini adalah Rayan dan Niana.
Niana yang selalu bersama Minzy dimana pun dan kapanpun, serta hampir selalu bergantung pasti akan merasa kehilangan. Selain itu, ia tak punya alasan untuk bertemu kakaknya, eh.
Sedangkan Rayan merasa kesal karena Minzy tidak ikut ke pantai. Sesuai janjinya waktu itu jika lolos jalur undangan. Rayan sudah merencanakan hal yang seru untuk awal keberhasilan mereka karena semuanya dapat lulus di universitas yang diinginkan masing-masing. Tapi apa boleh buat?
"Banyak hal yang harus dipersiapin. Supaya nanti gak keteteran, jadi gue berangkat sekarang. Sekalian bareng sama Mas Javie juga."
Karena Javie ada proyek di sana. Jadi Javie menawarkan untuk berangkat lebih awal. Minzy juga tidak menolak, meskipun ia sedikit menyesal karena tak bisa ikut ke pantai bersama sahabatnya.
"Baru aja kemarin kita nganter Alan, eh sekarang giliran Minzy," ujar Kirana.
Ya, kemarin mereka mengantar Arlan yang akan pindah ke Selandia Baru. Tempat ayahnya yang seorang diplomat bertugas karena sudah dipindahkan.
"Jangan lupa sering kabarin kita ya, Zy," peringat Geisha.
Minzy lantas mengangguk. "Maaf ya gak bisa nganter lo."
"Alah, cuman ke negara tetangga ini. Nanti kalau gue senggang jangan nolak kedatangan gue, ya?"
"Pasti dong, gue tunggu di sana."
Geisha sendiri jadwal keberangkatannya minggu depan. Impian untuk kuliah di luar negeri terwujud. Meskipun sebelumnya banyak kendala yang dihadapi, terutama dari keluarganya sendiri. Namun ia terus berjuang dengan dukungan para sahabatnya.
"Oh, iya. Jaya minta maaf karena gak bisa ke sini. Dia titip ini buat lo." Kirana menyerahkan kotak kecil pada Minzy.
"Gak papa, makasih ya. Nanti gue chat Jaya." Minzy menatap rumah didepannya. "Sakha kemana?"
Rayan mendengus. Apal kelakuan Sakha yang menyebalkan. Pasti dia sakit hati karena tidak satu universitas dengan Minzy. Mana beda negara lagi.
Poor Sakha
"Paling lagi guling-guling di kasur," sahut Niana.
Minzy mencebik.
"Udah pamitannya?" Javie baru keluar dari rumah, menghampiri mereka.
"Adek mau ke rumah Sakha dulu."
"Yaudah gih cepet," titah Javie.
Minzy lantas beranjak dan berlari kecil menuju rumah tetangganya itu. Di halaman rumah bertemu bunda Sakha yang sedang menyiram tanaman, ada juga Cakra yang ikut membantu.
"Belum berangkat?"
"Belum, Bun. Sakha di kamar?"
"Iya, dari kemarin belum keluar tuh," sahut Cakra.
"Kamu ke dalam aja."
"Oke, Bun."
Kaki Minzy kembali melangkah. Di depan pintu kamar Sakha ada Cecil yang sedang menggedor-gedor.
"Abang buka ih!"
"ABAAANGGG!"
Minzy yang tertawa kecil membuat Cecil menoleh. Matanya berbinar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend Ever
Novela JuvenilMari kita tampilkan sisi terbaik yang kita miliki. Dan aku akan menjadi orang terbaik yang pernah ada dalam hidupmu. Haechan x Winter (Lokal) *Cerita ini hanya fiktif belaka dan untuk nama tokoh hanya sebagai visualisasi saja... Happy reading😀