6: Langit Malam

68 7 0
                                    

Setelah satu jam lebih terlewati. Akhirnya menu makanan serba dibakar itu siap dihidangkan. Beberapa tikar besar juga sudah digelar di tepi pantai. Mereka semua duduk melingkar diatasnya.

Mereka berbincang-bincang. Ada yang bernyanyi juga sambil gitaran seperti Jaya. Ada juga yang berdiri sambil foto-foto. Ada juga yang hanya diam dengan hidangannya.

Minzy duduk melingkar dengan kedua kakak yang duduk menghimpitnya, Niana, Sakha dan Arlan, ditambah dengan Levi . Ia tengah menyantap ikan kakap yang menjadi menu favorit.

Tiba-tiba Arlan menyodorkan tisu. "Ada noda."

"Ah, makasih." Minzy tersenyum malu. Ia segera mengusapnya dengan tisu. Ini kalau ketauan Mamanya pasti diomelin.

"Nasinya dimakan, Minzy. Mau gue suapin?" sahut Sakha.

"Iyaa. Ini dimakan nih." Minzy memasukkan nasinya sambil diperlihatkan kepada Sakha. Membuat cowok itu terkekeh geli.

Abian dan Javie melihat hal itu dengan saksama. Saling menatap, berbicara tanpa suara.

"Besok pulang jam berapa, Kha?" tanya Niana yang berada disamping Javie.

"Jam 9 udah siap. Makin siang makin macet soalnya."

"Okee."

"Nana makin cantik aja, mas Javie belum punya gandengan lho," celetuknya.

Niana tersenyum lebar. "Makasih, tapi mas Javie terlalu tua untuk aku yang masih muda."

Jawaban itu sontak membuat mereka yang mendengarnya tertawa. Javie hanya terkekeh kecil. Tak sakit hati kok.

"Lagian aku udah jatuh cinta sama seseorang."

"Siapa? Asal jangan Bian sih, dia udah punya tunangan."

"Masa? Bang Abi bilang calon aja gak ada," skeptis Niana.

"Kakek kan mau jodohin dia sama—"

Omongan Javie tak terdengar jelas, keburu dibekap Abian. "Diem deh mas! Jangan menyebar rumor tidak jelas." Untung saja tangannya tak terkena Minzy yang lagi nyantap ikan. Tak peduli dengan keadaan sekitar.

"Peace."

"Minzy mau nambah gak?" Levi bertanya.

Minzy menggeleng. Ia sedang mengunyah suapan terakhirnya.

"Lucu banget sih." Tangan Levi yang berniat mencubit pipinya tak jadi karena ditahan Abian.

"Jangan modus lo!"

"Posesif amat," ketus Levi. Kecewa karena tak berhasil.

"Diem lo kumbang!"

"Zy, Abian jahat banget manggil gue kumbang," adunya pura-pura sedih.

"Tapi kumbang lucu tau. Apalagi kalau lagi terbang.

Abian tertawa lepas dengan kepolosan adiknya. Bukan tanpa alasan ia menyebutnya kumbang. Saat SMA, Levi pernah dapet peran jadi kumbang yang tugasnya cuman buka tutup sayap sepanjang pentas.

Muka Levi yang sangat tertekan itu mampu membuatnya tertawa lepas. Apalagi saat selesai, Levi langsung nangis tiga hari karena merasa peran itu menjadi aibnya. Sejak itulah Abi menyebutnya kumbang.

"Dia gak tau cerita kelam lo," sahut Abi.

"Diem!"

"Emangnya kenapa?" Minzy penasaran.

"Gak ada apa-apa kok," sela Levi. "Makannya udah kan? Kita cuci tangan dulu yuk."

"Heh! Jangan modus!"

Best Friend Ever Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang