Happy reading ✨
•••
Sudah memasuki bulan keempat sejak Sakha dan Geisha berpacaran. Mereka baik-baik saja sejauh ini. Sering menghabiskan waktu istirahat di kantin berdua. Berangkat ataupun pulang sekolah selalu bareng. Tapi tidak untuk hari ini.
Karena ada pertandingan basket antar sekolah, Sakha diikutkan. Harusnya Jaya juga ikut, namun ia mundur karena tak bisa dan tak ada waktu untuk latihan. Jadi hanya Sakha saja yang ikut dan beberapa siswa dikelas Sakha dipilih untuk menjadi suporter. Termasuk Minzy yang kini duduk di bangku penonton.
Awalnya tidak mau dengan alasan ia akan terus diam sepanjang pertandingan. Minzy tak bisa heboh seperti yang lain. Namun wali kelasnya mengatakan tidak apa-apa. Yang penting kehadirannya, bukan teriakannya.
"Yo ayo kapten Sakha!!"
"Jangan lemes dong Bang Sakha!!" Rayan berteriak dengan penuh semangat.
Minzy rasanya ingin menggetok kepalanya. "Kasih support nya yang normal aja, please."
"Hehe." Namun beberapa detik kemudian Rayan bersorak lagi dengan lebih brutal.
Sudahlah, Minzy pasrah saja. Ia menatap sosok yang sudah lama tak bercengkrama dengannya. Permainan Sakha kali ini tidak begitu agresif. Apakah ada masalah lain yang menimpanya?
Setau Minzy, permasalahan dengan Papanya sudah selesai. Mama Sakha berhasil mencegah Papa Sakha mengambil adiknya dengan sedikit bantuan Papanya. Ia juga masih melihat Cecil dan Cakra. Lalu apa kali ini?
Kepalanya menoleh pada Rayan yang berkata lesu. Saat melihat papan skor, ia baru sadar. Sekolahnya tertinggal 12 poin. Dilihatnya Sakha yang sudah lebih bersemangat. Memberikan arahan pada tim nya.
Lalu pertandingan dihentikan sementara saat sekolah lain melakukan kecurangan. Untung saja tidak sampai cedera parah. Namun Sakha terlihat sedikit gusar dan frustasi.
"SAKHA, AYOO!!"
Entah apa yang merasuki Minzy sehingga ia nekat berteriak seperti itu. Membuat orang-orang yang menonton menatap padanya. Seketika ja ingin hilang saja dari bumi ini.
Sementara dibawah sana, Sakha terkekeh kecil. Ia baru sadar Minzy menonton pertandingannya. Padahal saat menelisik tadi ia tak menemukannya.
Dengan senyuman tipis, Sakha memulai pertandingan dengan lebih semangat. Begitu agresif memainkan bola hingga skor tercipta. Hingga menjadikan sekolahnya kembali menang.
Semua bersorak senang. Apalagi Rayan yang ditemani Jaya sudah melompat pada pelukan Sakha. Mereka bangga pada sang kapten. Minzy tersenyum lebar, ia bertepuk tangan. Setelah itu memutuskan pergi duluan.
Begitu keluar dari stadion ia melangkah menuju parkiran dan ia menemukan teman-temannya yang lain. Mereka baru pulang sekolah dan langsung kesini. Niana menghampirinya bersama Kirana dan juga Geisha.
"Gimana?"
"Menang dong," bangga Minzy.
"Yess, as expected."
"Kalau gitu gue kedalem," ujar Geisha diikuti Kirana.
"Lo gak kedalam?"
Niana menggeleng. "Ucapan selamat dari gue gak penting. Yang penting sekarang adalah—makan!"
Saat akan berucap, punggung Minzy ditabrak oleh seseorang.
"Eh sorry, gak sengaja." Seorang laki-laki dengan kaos putih dan celana yang sama dengan lawan Sakha tadi yang menubruk nya.
"Oke."
"Minzy ya?"
Minzy mengernyit. "Salah orang mungkin." Ia ingin buru-buru pergi dengan Niana namun tangannya malah ditahan. "Apaan sih!" Minzy melepaskannya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend Ever
Fiksi RemajaMari kita tampilkan sisi terbaik yang kita miliki. Dan aku akan menjadi orang terbaik yang pernah ada dalam hidupmu. Haechan x Winter (Lokal) *Cerita ini hanya fiktif belaka dan untuk nama tokoh hanya sebagai visualisasi saja... Happy reading😀