Ophelia dan Laura sedang mengantre untuk membeli es krim, cuaca hari ini cukup panas dan dua wanita itu memutuskan untuk membeli es krim saat istirahat siang.
"Huft aku tidak menyangka antreannya akan spanjang ini," keluh Laura sambil mengipasi dirinya menggunakan telapak tangannya.
"Mungkin karna Kafe ini sudah terkenal akan rasa es krimnya yang enak jadi banyak orang menyukainya dan itu membuat mereka datang kemari," ucap Ophelia berbisik.
"Aku rasa kau benar. Tapi melihat antrean sepanjang ini membuat kepalaku pusing." Laura mengambil sehelai tisu dari tas slempangnya dan mengelap keringatnya.
"Apa kau mau duduk di sana terlebih dahulu. Biar aku yang memesan es krimnya, kau katakan saja kau mau rasa apa." Ophelia menunjuk tempat duduk yang ada di dalam menggunakan dagunya
"Aku rasa itu ide yang bagus kalau begitu aku mau yang rasa matcha saja." Laura menunjuk es krim rasa Matcha pada papan nemu.
"Baiklah kau duduk saja dulu."
"Terima kasih Ophelia." Laura memutuskan duduk di dalam terlebih dahulu dan membiarkan Ophelia saja yang mengantre.
"Sama-sama."
Setelah beberapa orang dalam antrean selesai sekarang tiba saatnya Ophelia memesan es krim. "Halo Kak mau pesan es krim rasa apa?" Seorang pelayan wanita tersenyum ramah pada Ophelia.
"Vanila dan matcha." Ophelia menyebutkan pesanannya dan menunjuk papan menu.
"Ada tambahan kak?"
"Satu botol air putih dan juga satu potong cheesecake strawberry oh dan ini satu potong tiramisu cake." Ophelia kembali menunjuk deretan cake yang ada di daftar menu.
"Apa ada lagi Kak?"
"Ngga, cukup itu saja."
"Baik Kak, atas nama siapa ya Kak?"
"Ophelia."
Ophelia menyerahkan kartu debit pada pelayan Kafe dan pelayan itu memproses pembayaran Ophelia.
"Baik ditunggu pesanannya ya Kak."
"Terima kasih."
"Sama-sama." Ophelia menaruh kartu debit ke dalam tas slempangnya dan berbalik dari sana, "aduh," Ophelia mengaduh karena merasakan seseorang menabrak tubuhnya. Ophelia mendongak dan menatap orang di depannya.
"Ups maaf aku tak melihatmu," ucapnya sembari mengibaskan rambut panjangnya yang tergerai. Tanpa menoleh Ophelia seperti mengaanggap wanita itu tidak ada? Apa orang ini berpikir Ophelia adalah patung?
Ophelia mendengus dan memilih berlalu dari sana daripada membuang energinya untuk marah-marah tak jelas. Lagipula lebih baik ia langsung mencari Laura dan duduk menunggu pesanannya datang.
Sebelum Ophelia benar-benar pergi dari pandangannya, Odhelia memberikan tatapan sisnis. "Huhhhh, udara hari ini sangat panas. Ariel kau saja yang memesan es krimnya aku mau duduk di dalam," ucapnya berbalik memberikan perintah pada Ariel yang berdiri di belakangnya.
"Baiklah Odhelia." Ariel mengangguk sekali.
Odhelia berjalan melewati tubuh Ariel tetapi berbalik lagi. "Oh ya jangan lupa pesankan aku seperti biasanya oke."
"Oke Tuan Putri." Ariel tersenyum kecil dan mulai memesan pesanannya sedangkan Odhelia melenggang ke dalam mencari tempat duduk ternyaman untuk dirinya.
Saat odhelia berjalan semua mata menatap dirinya. Terutama pengunjung pria, mereka begitu terpesona akan penampilan Odhelia. Odhelia yang terbilang memiliki wajah imut membuat dirinya terlihat menggemaskan dimata kaum para pria. Odhelia yang menyadari akan hal itu tersenyim dalam hati karena mampu menyedot perhatian banyak pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING VICTIM
RomanceCerita ini sedang dikolaborasikan dengan cerita Ocha Youzha berjudul (untouchable) ~Ophelia Nayshelle seorang penulis pemula yang sedang meniti karir di dunia kepenulisan mencoba peruntungannya dengan mengikuti audisi menulis di Penerbit MaviBook. D...