Ophelia masih senyum-senyum sendiri di dalam kamarnya yang remang. Hari ini hatinya di penuhi bunga-bunga setaman setelah makan malam bersama Declan. Ia tidak menyangka jika Declan menyatakan Cinta padanya malam ini.
Beberapa saat yang lalu,
"Bagaimana menurutmu?" tanya Declan masih fokus dengan jalanan di depannya.
"Apanya?" Ophelia yang tadinya fokus pada pemandangan jendela menolehkan kepalanya menatap wajah Declan.
"Hemm, makan malam tadi?" Declan berdehem dan mengusap belakang kepalanya.
"Aku rasa menyenangkan, apalagi bisa makan malam bersama rekanmu Archer dan pacarnya Daisy." Ophelia mengangguk kecil kali ini ia mengalihkan pandangan ikut menatap jalanan di depannya.
"Sebenarnya makan malam tadi itu termasuk double date untuk kita berempat."
"Oh," Ophelia kembali mengangguk dan beroh ria.
Declan cukup spechless mendengar jawaban Ophelia dan memilih meminggirkan mobilnya, "oh hanya oh Ophelia? Kau tahu bukan artinya double date? Atau ... " Declan mencondongkan tubuhnya dan menatap kedua mata Ophelia intens.
Ophelia yang ditatap sedemikian rupa merasa gugup. Wanita itu menelan ludahnya susah payah. Sepertinya kali ini firasatnya tidak bagus!
"Aku akan memberitahumu apa yang dinamakan double date." Declan menyeringai, Ophelia hendak menjawab tetapi suaranya terhenti di tenggorokan. Yang ia ingat hanya terdengar suara klik setelah itu semua terjadi begitu saja.
Ophelia diam mematung saat bibir Declan menyentuh bibirnya, pria itu menekan bibirnya lebih dalam dan mengulum bibir wanita itu. Declan melumat bibir atas dan bawah Ophelia bergantian. Bukan hanya itu Declan makin menekan tengkuk Ophelia untuk memperdalam ciuman mereka, lidah Declan dengan mudah mengakses deretan gigi wanita itu.
Ophelia memejamkan mata menikmati sensasi ciuman pria itu yang begitu intens. Tanpa sadar Ophelia membalas ciuman Declan dan menggantungkan lengannya di leher pria itu. Declan yang merasa mendapat sambutan dari Ophelia makin gencar melumat bibir wanita itu bahkan sesekali memberikan gigitan kecil pada bibir Ophelia.
Entah berapa lama mereka berciuman hingga Declan mengerang dalam ciumannya dan seketika alarm di kepala Ophelia berbunyi. Wanita itu menghentikan ciumannya dan mendorong tubuh Declan sedikit menjauh. Seketika Declan mengakhiri ciuman itu dengan napas masih terengah.
Mereka berdua seperti hampir kehabisan napas, Declan masih memejamkan matanya dan menyatukan kening mereka berdua. Ophelia bisa merasakan napas Declan di wajahnya. Sedetik kemudian Declan membuka mata dan melayangkan satu kecupan singkat di bibir Ophelia yang sedikit membengkak karena ulahnya.
"Kita lanjutkan lagi perjalanannya, jangan sampai mereka berdua menunggu kita." ucap Declan sembari mengelus bibir bawah Ophelia dengan jempolnya.
Setelah itu Declan bergerak memasang kembali seatbealt-nya dan menghidupkan mesin mobil seperti tidak sedang terjadi apapun baru saja. Padahal Ophelia hampir kehilangan jantungnya karena ciuman yang dilakukan Declan tadi.
Sementara Declan mulai melajukan mobilnya, Ophelia diam dengan kedua tangannya mencengkram erat seatbealt yang dipakainya sembari memperbaiki posisi duduknya. Sesekali ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke kaca. Untuk sementara ini Ophelia menghindari tatapan Declan untuk meredam malunya. Ophelia yakin wajahnya sudah semerah tomat.
Diam-diam Declan melirik Ophelia dari sudut matanya dan membuat Declan tersenyum samar. Ternyata Ophelia memang semanis itu saat terlihat malu-malu. Beberapa saat kemudian mereka sampai di lapangan ice skating tempat mereka berempat berkencan berikutnya.
Sampai di tempat Declan membantu Ophelia memakai separu ice skatingnya sementara Archer dan Daisy belum datang. Beberapa menit kemudian akhirnya Archer dan Daisy muncul dan mereka berempat bermain ice skating bersama.
Mereka berempat begitu menikmati permainan skatingnya hingga tiba saatnya semburan kembang api bermunculan di atas langit malam. Ditengah-tengah pertunjukkan kembang api yang begitu indahnya tiba-tiba declan meraih pinggang Ophelia dan mendaratkan ciuman di bibir wanita itu. Ophelia mengerjap dua kali kala benda kenyal dan lembut itu bersentuhan dengan bibirnya, otaknya tiba-tiba seperti sedang mati dengan serangan mendadak dari Declan. Hingga Declan perlahan bergerak memangut bibir wanita itu lebih intens lagi, lidah Declan dengan lincah menelusuri deretan gigi Ophelia dan menautkan lidah gadis itu dengan lidahnya. Ciumannya tidak terburu-buru, lembut namun dalam. Sedetik kemudian Ophelia yang terhanyut dengan ciuman lembut Declan memejamkan matanya dan membalas ciuman pria itu.
Mereka berdua berciuman cukup lama di bawah letusan kembang api yang berwarna-warni hingga Declan melepaskan tautan bibir mereka dengan dahi masih saling bersentuhan. Declan tersenyum samar dengan napas terengah sama halnya dengan Ophelia. Kedua mata Declan terbuka menatap ke dalam manik Ophelia, terdapat semburat berwarna merah di kedua pipi wanita itu. Ophelia yang malu-malu terlihat sangat menggemaskna di mata Declan dan pria itu kembali mendaratkan kecupan ringan di pipi kanan Ophelia.
Ophelia kini memalingkan wajahnya hanya untuk mengalihkan pandangan matanya dari tatapan menusuk Declan, "apa kau malu?" ujar Declan terkekeh tanpa mengalihkan pandangannya.
Ophelia berdehem sekali dan menjawab dengan sedikit gugup, "tidak, tidak seperti itu."
"Tapi wajahmu memerah," ucap Declan menggoda Ophelia.
Ophelia kembali berdehem dan mengusap sudut bawah telinganya, memang siapa yang tidak akan gugup jika diserang secara tiba-tiba seperti itu!
Declan terkekeh dan mengusap lembut puncak kepala Ophelia dan sekali lagi mendaratkan kecupan ringan di kening wanita itu. "Apa kau tahu, wajahmu terlihat sangat menggemaskan jika kau gugup begitu."
"Kau ... " Ophelia mendelik dan hendak memprotes tetapi terhenti leh teriakan Daisy dan Archer, mereka berdua melambaikan tangan pada Declan dan OPhelia.
"Aku rasa kita harus melanjutkannya lagi nanti." bisik Declan tepat di telinga Ophelia yang membuat wanita itu meremang ketika napas Declan menyentuh kulit telinganya.
Ophelia sudah membuka mulutnya akan mengeluarkan protes untuk Declan tetapi pria itu lebih cepat, Declan menarik tangan Ophelia dan menggenggamnya. Ia bergerak mendekati Daisy dan Archer yang terlihat sedang bersenda gurau. Ophelia mengembuskan napas dan menatap Declan dengan memicing, awas saja nanti ia akan membuat perhitungan dengan pria ini, pikirnya.
Diam-diam Ophelia menatap tautan tangan mereka berdua, tangan Declan terasa hangat saat bersentuhan dengan kulitnya. Pria itu terlihat sangat besar saat bertautan dengan tangannya tapi Ophelia menyukainya. Satu tangan Ophelia yang bebas ia tangkupkan di dadanya hanya untuk merasakan detak jantungnya yang bertalu. Dada Ophelia terasa berdebar hebat saat ini, bukan hanya itu saja OPhelia juga merasakan sedikit panas pada wajahnya.
Ophelia memindahkan tangannya hanya untuk menyentuh bagian wajahnya, pasti wajahnya sekarang nampak seperti udang rebus. Apa terlihat begitu jelas? Padahal Ophelia berusaha untuk menutupi rasa malunya, pantas saja Declan mengejek dirinya. Ophelia menggelengkan kepalanya dengan cepat hingga terasa pusing, wanita itu mengibaskan tangannya pada wajahnya bermaksud untuk meredam rasa panas yang menjalar pada tubuhnya.
Diam-diam Declan melirik Ophelia dari sudut matanya dan tersenyum melihat sikap Ophelia. Ternyata Ophelia memang sepolos itu!
February, Thursday 8 2024
Primavera 🍀🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING VICTIM
RomanceCerita ini sedang dikolaborasikan dengan cerita Ocha Youzha berjudul (untouchable) ~Ophelia Nayshelle seorang penulis pemula yang sedang meniti karir di dunia kepenulisan mencoba peruntungannya dengan mengikuti audisi menulis di Penerbit MaviBook. D...