Declan melihat Ophelia kesulitan melepaskan seatbeltnya kemudian pria itu membantu Ophelia. Entah kenapa Ophelia menahan napasnya sesaat ketika merasakan tangan Declan bersentuhan dengan tangannya.
Declan hanya tersenyum sembari melepas seatbelt hingga berbunyi klik, tetapi pria itu sepertinya masih ingin bermain-main dengan Ophelia.
Declan menenggelamkan wajahnya di antara rambut Ophelia dan berbisik. "Kau mau mencobanya lagi?"
"Apa?" Sahut Ophelia mencoba menjauhkan wajahnya namun Declan menahannya.
"Yang kita lakukan saat kembang api menyala." Bisik Declan menggoda Ophelia.
"Kau ... " Ophelia mendelik dan tak bisa melanjutkan perkataannya karena malu.
Lagi lagi terlihat semburat merah pada pipi Ophelia, ya ampun wanita ini sungguh pemalu!
"Aku bercanda, tapi jika kau mau juga tidak apa-apa." Declan mengerling dan menjauhkan tubuhnya.
"Declan!" Pekik Ophelia menggigit sudut mulutnya.
"Sudahlah, kita sudah sampai ayo turun," kemudian Declan turun dan memutari kap mobil untuk membukakan Ophelia pintu.
"Emm, terima kasih. Ini sudah malam kau pulanglah sekarang."
"Lalu apa jawabanmu?" Tagih Declan menampakkan wajah seriusnya.
Ditatap seserius itu membuat Ophelia gelagapan, wanita itu mengedarkan pandangannya kemana-mana untuk menghindari kontak mata dengan Declan. "A- apanya?" Sahut Ophelia sedikit gagap.
"Aku tidak tahu jika kau begitu pelupa, aku rasa aku memang harus mengulanginya dari awal." Declan terkekeh semakin memutuskan jarak mereka berdiri.
Ophelia refleks mundur selangkah dan mendongak menatap wajah Declan. "Eh, eh apa yang mau kau lakukan?"
"Aku hanya ingin mengingatkanmu kembali bagaimana?" Declan mencondongkan wajahnya dan memiringkan kepalanya bersiap mencium bibir Ophelia tetapi wanita itu menghentikannya.
"Baik, baik aku ingat." Kedua tangan Ophelia meraih lengan Declan untuk membetulakn posisi Declan berdiri.
"Lalu apa jawabanmu?" Decak Declan memicingkan mata. Awas saja jika wanita di depannya ini mempermainkannya, Declan akan benar-benar mencium wanita ini tanpa ampun! Rencana jahat dalam otak Declan CK!
"Iya," sahut Ophelia malu-malu
"Apa, aku tidak mendengarmu," tanya Declan sekali lagi memastikan pendengarannya masih berfungsi dengan baik.
"Iya." Sahut Ophelia sekali lagi dengan mantap.
Declan tersenyum girang dan meraih tengkuk Ophelia kemudian mendaratkan kecupan kecil di dahi wanita itu. "Sekarang cepat masuk dan tidur. Ini sudah malam." Tangan Declan berpindah dari tengkuk Ophelia mengelus puncak kepala wanita itu.
****
Ophelia kembali menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri hingga terbungkus selimut, lebih tepatnya saat ini ia terlihat seperti ulat sagu sedang kepanasan. Sedetik kemudian Ophelia bangkit dari ranjang dengan posisi duduk. Astaga Ophelia benar-benar tidak bisa melupakan kejadian tadi saat Declan menyatakan cinta pada dirinya, dan tentu saja tidak lupa adegan dimana Declan mencium bibirnya di bawah kembang api membuat dirinya diliputi rasa malu hingga kini. Sungguh hati Ophelia dipenuhi dengan bunga-bunga seperti taman berbunga. Salahkan Declan karena ini ulahnya! Yang membuat Ophelia salbrut alias salting brutal.
Ophelia merapikan rambutnya yang berantakan dan melirik jam yang ada di atas nakas, astaga!! ini sudah hampir pagi tetapi Ophelia belum mengantuk sama sekali. Cepat-cepat Ophelia membaringkan tubuhnya kembali dan mencoba memejamkan mata kalau ia begadang seharian bisa naik asam lambung kan bahaya ck!
***
Lain Ophelia lain juga dengan Declan,
Declan bersenandung kecil saat memasuki rumahnya, hati pria itu masih berbunga-bunga sesekali ia tersenyum tanpa sebab. Bagaimana tidak hari ini ia baru saja menyatakan perasaan cintanya pada Ophelia dan wanita itu menerimanya. Jarang-jarang Declan menyukai wanita seperti saat ini. Hanya Ophelia yang bisa membuat jantungnya berdebar tak karuan, hanya Ophelia yang bisa mencuri perhatian Declan.
Baru saja Declan memasuki rumah, terdengar beberapa ketukan pada pintu. Declan membuka pintu dan menaikkan satu alisnya melihat sosok yang berdiri di hadapannya.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Calvin memicingkan mata melihat Declan menatap dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Kenapa kau kemari?" Ketus Declan melipat kedua tangannya di dada.
"Aku rindu padamu jadi aku berkunjung kemari." Calvin menyengir sambil menaik-turunkan kedua alisnya mencoba menggoda Declan.
"Pergi sana aku sedang tidak menerima tamu." Sahut Declan dengan wajah datar sembari menutup pintu dengan kasar hingga hampir mengenai wajah Calvin yang masih tersenyum konyol.
"Hei, astaga kau kasar sekali. Bisakah kau lembut sedikit." Calvin mendorong pintu hingga terbuka dan menghambur masuk melewati tubuh Declan kemudian duduk di pantry dapur. Declan berjalan tanpa bersuara lagi lebih memilih menuangkan air putih ke dalam gelas dan meminumnya. Dan itu semua tidak luput dari pandangan Calvin. "Hari ini kau terlihat berbeda." Calvin memicingkan mata memerhatikan Declan lekat-lekat.
Declan yang ditatap curiga oleh Calvin menelan ludah dan memalingkan wajah ke arah lain. Calvin yang curiga makin penasaran dan kembali bertanya, "ada sesuatu yang sedang kau sembunyikan," cecar Calvin.
Declan menaruh gelasnya dan lebih memilih meninggalkan Calvin, pria itu melenggang masuk ke kamar dan menutup pintu tanpa menjawab. "Hei Calvin kenapa kau mendadak bisu?" Calvin menyusul Declan dan berteriak di depan pintu kamar pria itu.
"Sekali lagi kau terdengar berisik aku akan menendangmu keluar dari sini." Declan membuka pintu dan mengancam Calvin hingga membuat pria itu terdiam seketika. Sedetik kemudian Declan menutup kembali pintunya dengan kasar.
"Judes sekali. Apa dia salah minum obat hari ini." Bisik Calvin menggaruk kepalanya. Padahal Calvin hanya bertanya tetapi Declan terlihat sensitif ralat sangat sensitif dari hari biasanya. Calvin yang dicuekin sedari tadi oleh Declan memilih merebahkan dirinya di atas sofa, hari ini ia pusing tujuh keliling sehabis berdebat dengan Nath.
Tujuannya mendatangi Declan sebenarnya untuk mengajak pria itu bersenang-senang di bar tetapi melihat kesensitifan Declan hari ini niatnya diurungkan. Mungkin menginap malam ini di rumah Declan menjadi opsi tepat untuk Calvin.
Declan mendesah dan melepas pakaiannya kemudian memasukkannya ke keranjang cucian kotor. Declan masuk kemar mandi dan mengguyur tubuhnya di bawah shower. Daripada ia meladeni Calvin lebih baik ia membersihkan dirinya.
Lima belas menit kemudian Declan selesai membersihkan dirinya dan keluar dari kamar dengan rambut masih basah. Saat ia keluar kamar ia mendapati Calvin yang sudah terlelap di sofa ruang tamunya, aih bahkan pria itu mengorok saat tidur. Declan menggelengkan kepala melihat sahabatnya itu. Declan melewati ruang tamu dan memasuki dapur, ia mengambil sekotak susu dan menuangkannya ke dalam gelas.
Setelah meminum segelas susu Declan kembali ke kamar sepertinya ia juga harus istirahat malam ini untuk mengumpulkan energi karena besok ia akan bertemu dengan Ophelia pujaan hatinya. Declan mematikan lampu kamar dan menaiki ranjangnya, Declan memejamkan kedua matanya hingga ia terseret ke alam mimpi.
Primavera,
Sunday, 23 Juni 2024 ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING VICTIM
RomanceCerita ini sedang dikolaborasikan dengan cerita Ocha Youzha berjudul (untouchable) ~Ophelia Nayshelle seorang penulis pemula yang sedang meniti karir di dunia kepenulisan mencoba peruntungannya dengan mengikuti audisi menulis di Penerbit MaviBook. D...