Tidak disangka minat semua orang didalam membaca novel akhir-akhir ini meningkat dan juga membuat penjualan novel meningkat tajam di pasaran. Salah satu penerbit terbesar di Amerika, Penerbit MaviBook disibukkan oleh beberapa naskah yang sudah ditangani oleh mereka. Ini dikarenakan sebagian naskah itu memiliki permintaan cetak ulang yang kedua ataupun yang ketiga kalinya sesuai dengan permintaan pasar.
Hari ini Declan Lysander sedang melakukan meeting terkait naskah Mi Amor yang ditulis oleh CaramelMachiato akan diadaptasi ke dalam Web Series oleh salah satu PH besar. Ia dan timnya mengadakan meeting di salah satu restoran.
"Aku mengucapkan banyak terima kasih pada penerbit MaviBook atas kepercayaannya karena naskahku akan diadaptasi ke dalam web series." Shakira pemilik nama pena Caramel Machiato itu mengangkat gelas berisi wine yang ditujukan untuk Declan yang duduk di sebelahnya.
Hari ini selain tim dari penerbit, Shakira juga ikut serta dalam meeting bersama produser. Shakira mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan mengajak Declan bersulang.
"Kau tak perlu sungkan, naskahmu memang sangat bagus hingga dipertimbangkan untuk diadaptasi ke dalam web series. Bukan hanya itu naskahmu sendiri juga terhitung sudah masuk cetak ulang yang ketiga kalinya." Declan tersenyum dan mengangkat gelas winenya dan bersulang dengan Shakira.
"Tuan Rudolf silakan masuk." Terdengar suara salah satu pelayan membuka pintu dan mempersilakan Rudolf masuk. Declan beserta timnya berdiri dari kursi untuk menyambut Rudolf.
"Tuan Rudolf silakan duduk." Declan mendekat dan menjabat tangan Rudolf kemudian mempersilakan pria paruh baya itu untuk duduk.
"Declan kau jangan sungkan seperti itu, kita santai saja berbincang seperti biasa," kekeh Rudolf menerima jabat tangan itu.
"Tuan Rudolf," ucap Shakira menjulurkan tangannya.
"CaramelMachiato senang akhirnya bisa bertemu denganmu." Rudolf menerima uluran tangan Shakira dan menjabatnya kemudian memberikan pelukan singkat pada penulis itu.
"Aku juga senang bisa mendapat kesempatan untuk bertemu denganmu." Shakira membalas pelukan Rudolf dan merka kembali duduk di kursi.
Rudolf merupakan salah satu produser dari PH Blue Star Line. Tidak main-main Blue Star Line adalah PH besar di amerika yang banyak melahirkan karya film dan web series paling laris sepanjang masa. Cerita yang disuguhkan adalah cerita yang bagus dan epik. Blue Star Line sangat selektif dalam pemilihan naskah yang akan mereka adaptasi, bagi penulis yang naskahnya diadaptasi merupakan penulis yang beruntung dan itu adalah kesempatan yang sangat langka.
Maka dari itu Shakira sangat bersyukur saat naskahnya dipinang oleh penerbit MaviBook setelah tahu penerbit itu bekerja sama dengan Production House Blu Star Line. Tanpa berpikir dua kali Shakira setuju akan syarat dan ketentuan yang diajukan penerbit saat meminang naskahnya. Dan terbukti sekarang naskahnya akan diadaptasi ke web series.
Sedangkan Declan Lysander adalah CEO dari penerbit MaviBook. Declan memutuskan mendirikan penerbitan karena bentuk kecintaan dirinya terhadap buku. Sedari kecil ia memang sering dibiasakan membaca buku oleh ibunya, jika anak-anak lainnya diberikan hadiah robot atau mobil-mobilan saat ulang tahun ataupun natal berbeda dengan Declan ibunya akan selalu memberikan hadiah satu buku cerita untuknya. Ibunya yang seorang penulis juga menjadi pendukung terbesarnya dalam dunia literasi.
Bukan hanya ibunya, ayahnyapun sering membacakan buku cerita sebelum ia tidur jadi kebiasaan itu ia bawa hingga dewasa. Lambat laun kebiasaan itu berubah menjadi cinta terhadap buku. Ayah Declan sendiri menjadi founder di salah satu universitas di Amerika.
***
"Bagaimana perkembangannya, Nath?" tanya Declan pada Nathalia salah satu admin sosmed dari Penerbit MaviBook.
"Sejauh ini dua ribu peserta yang mendaftar memberikan DM di Instagram bahwa mereka sedang menyiapkan sinopsis beserta cerita lengkapnya. Mereka masih memiliki waktu dua puluh hari lagi untuk mengumpulkan naskahnya." Nathalia memperlihatkan layar laptop pada Declan yang duduk di depannya. Di Sana sudah tertulis dua ribu nama peserta yang mendaftar audisi menulis.
Sejak pendaftaran dibuka para penulis begitu antusias untuk mendaftar dan sudah terhitung dalam sepuluh hari ini ribuan peserta sudah mendaftarkan namanya.
Para admin sosial media juga tak kalah antusias dalam memberikan perkembangan informasi terkait audisi. Ribuan DM dan inbox yang masuk di semua akun penerbit membuat para admin harus bekerja ekstra. Belum lagi banyak pertanyaan mereka lontarkan di komen postingan mereka yang harus mereka balas satu persatu.
Seperti hari ini empat admin lainnya terlihat sedang sibuk dengan masing-masing akun yang mereka handle. Maka dari itu Declan cukup menanyakan perkembangan event itu pada Nathalia mengingat Nathalia adalah ketua tim admin.
"Bagaimana dengan syarat dan ketentuan pendaftarannya apa peserta menemukan kesulitan?"
"Saat para admin memberikan QnA mereka begitu antusias dan aku rasa itu cukup membantu mereka dalam menyiapkan naskah mereka masing-masing."
"Kau jangan lupa juga Nath, memberikan informasi pada peserta jika lewat semenit dari waktu yang di tentukan naskah tidak akan diterima dan nama mereka dicoret dari daftar peserta."
"Baik, kami akan kembali memposting informasi di semua akun sosmed penerbit."
"Kalau begitu kau kembalilah bekerja."
"Baiklah kalau begitu aku permisi dulu." Nathalia menutup laptopnya dan keluar dari ruangan Declan.
Declan melirik jam tangan yang dikenakannya jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Waktunya istirahat, ia mematikan komputernya dan berdiri dari kursi dan mengambil ponsel diatas meja.
Declan menyentuh layar ponselnya dan menempelkan di telinganya, "tolong siapkan mobilku aku akan pergi sekarang," ucapnya.
"Baik Tuan Declan," sahut seseorang dari sebrang.
"Terima kasih." Dan Declan langsung menutup telponnya sebelum mendapat balasan lagi.
***
Declan melajukan mobilnya membelah keramaian di tengah kota. Setelah beberapa saat Declan menghentikan mobilnya di sebuah Kafe. Ia memilih beristirahat siang di sebuah Kafe yang terlihat memiliki ramai pengunjung. Seperti biasa semua orang sedang sibuk hari ini, mereka yang lelah seharian berkutat dengan pekerjaan mereka memilih beristirahat di sini juga.
Terlihat para pengunjung Kafe sedang bercengkrama sambil menikmati menu yang disediakan pihak Kafe. Sebagian dari mereka tetap mengerjakan pekerjaan mereka di dalam Kafe sambil menyeruput segelas kopi favorit. Seperti saat ini tak jauh dari pandangan Declan, seorang wanita mengenakan hoodie coklat sedang fokus dengan laptop di depannya di dampingi dengan secangkir kopi dan croissant.
Wanita itu tampak tidak terganggu dengan kebisingan yang ada di sekitarnya. Wanita itu terlihat sangat fokus dengan apa yang dikerjakannya. Bukan hanya itu Declan juga memerhatikan bagaimana wanita itu sesekali mengerutkan kedua alisnya dan menghentikan jemarinya memencet tombol keyboard. Sepertinya wanita itu bekerja cukup keras.
Declan menyeruput kopi miliknya masih memandang wanita di depannya. Sedetik kemudian entah bagaimana wanita itu tiba-tiba mendongak dari layar laptop dan pandangan mereka berdua tanpa sengaja bertemu. Declan yang salah tingkah terbatuk hingga kopi yang diminumnya muncrat begitu saja.
"Anda tidak apa-apa Tuan?" tanya seorang pelayan yang kebetulan lewat di sampingnya duduk.
"Tidak, aku tidak apa-apa." sahut Declan cepat dan membersihkan mulutnya menggunakan tisu. Declan melirik sekali ke arah wanita tadi dan sanga wanita hanya mengernyit kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.
Primavera,
Thursday, 10 August 2023 🌹🍀
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING VICTIM
RomanceCerita ini sedang dikolaborasikan dengan cerita Ocha Youzha berjudul (untouchable) ~Ophelia Nayshelle seorang penulis pemula yang sedang meniti karir di dunia kepenulisan mencoba peruntungannya dengan mengikuti audisi menulis di Penerbit MaviBook. D...