Beberapa lama kemudian Odhelia mengumpulkan tenaganya dan menginjak kaki Aaron dengan ujung high heelsnya hingga membuat Aaron mengaduh. Dan terpaksa menghentikan ciuman panasnya. Odhelia memanfaatkan kesempatan itu untuk mendorong keras tubuh Aaron dengan sisa tenaganya hingga pria itu terjungkal keluar dari bilik ruang ganti. Setelah itu Odhelia mengatur napasnya dan dengan cepat melepaskan dressnya yang menggantung dan menggantinya. Odhelia melempar kasar mini dress itu dipojokan dengan penuh amarah. Odhelia sempat melihat pantulan dirinya yang acak-acakan tetapi wanita itu menghiraukannya dan memilih keluar dari bilik ruang ganti.
"Odhelia ada apa dengan penampilanku itu." Ariel menatap Odhelia naik turun dengan penuh keheranan. Tangan Ariel yang tadinya menyentuh dadanya beralih menunjuk rambut Odhelia yang acak-acakan tak berbentuk.
"Dari mana saja kau Ariel?!" Teriak Odhelia penuh prustasi. Alih alih menjawab Ariel wanita itu malah berkacak pinggang dan memarahi Ariel.
"Aku, aku baru saja dari toilet. Ada apa denganmu?" Jawab Ariel dengan wajah tanpa dosa.
"Ini semua salahmu Ariel!" Odhelia kembali berteriak menunjuk wajah Ariel dengan jari telunjuknya.
"Hah, memang apa yang sudah kulakukan?" Ariel menelengkan kepalanya tak mengerti dengan apa yang diucapkan sahabatnya itu. Entah apa yang membuat Odhelia semarah itu dengannya.
"Arghhhh!" Odhelia mengacak rambutnya dan mendorong bahu Ariel dengan tubuhnya kemudian melewati wanita itu yang masih kebingungan.
"Hei, hei Odhelia tunggu dulu." Ariel berusaha memanggil Odhelia yang berlari keluar toko. Ariel menyusul Odhelia tetapi sedetik kemudian ia kembali berbalik untuk mengambil kantong belanjaan yang ia tinggal di atas sofa, "kau mau kemana? Kau tidak jadi membeli baju? Bukankah kau tadi bilang ingin membeli baju?" Ariel mencecar Odhelia dengan banyak pertanyaan sambil berjalan cepat disamping Odhelia.
"Tidak! Dan lebih baik tutup mulutmu itu Ariel, sebelum aku menjambak rambutku hingga lepas." Ucap Odhelia dengan napas memburu yang membuat Ariel benar-benar menutup rapat mulutnya. Ia tidak mau jika Odhelia sungguh menguliti kepalanya hingga botak.
****
Di tempat lain Aaron juga terlihat sedikit prustasi, pria itu sedang duduk di dalam bar ditemani dengan sebotol Vodka. Ia seolah menghiraukan dentuman musik yang begitu keras di dalam bar. Lautan manusia yang berlenggok di lantai dansa tidak menggoyahkan Aaron yang masih duduk terpaku sendiri dengan pikirannya yang menerawang. Aaron menuangkan vodkanya ke dalam gelas dan meneguknya hingga tandas.
Memorinya kembali berputar saat Odhelia mendorong tubuhnya hingga terjerembab merasakan dinginnya lantai. Sebenarnya Aaron hendak menerjang wanita itu lagi karena tak terima tetapi niatnya diurungkan saat Ariel tiba-tiba masuk ke areal ruang ganti.
Aaron bangun dengan terburu-buru dan merapikan kemejanya, kemudian berlalu dari sana. Sebelum pergi Aaron sempat melihat Ariel menatapnya dengan tatapan aneh. Tetapi Aaron menghiraukannya dan berlalu dari sana secepat mungkin.
Ck! Sebenarnya Aaron tadi hanya ingin mempermainkan Odhelia, tetapi ia tidak menyangka jadi kebablasan saat bibir Aaron menyentuh bibir Odhelia. Tadi Aaron tidak sengaja menemukan wanita itu sedang berbelanja mengelilingi Mall. Terbesit niat jahil dikepala Aaron untuk menjahili Odhelia.
Aaron menyusul Odhelia saat wanita itu masuk ke Questha salah satu toko baju branded terkenal. Aaron tersenyum menyeringai menunggu waktu yang tepat untuk mengejutkan wanita itu. Tepat saat Ariel meninggalkan Odhelia, Aaron mengambil kesempatan itu masuk ke bilik ruang ganti.
Sebenarnya Aaron sedikit terkesiap saat melihat ziper Odhelia yang terbuka dan menampilkan punggung mulus wanita itu. Aaron menelan ludah melihat pemandangan di depannya. Jujur saja Aaron tidak bisa mengendalikan naluri lelakinya. Dan terjadilah pergulatan ciuman panas dirinya dan Odhelia itu karena Aaron lepas kontrol.
Aaron kembali menuangkan Vodka ke dalam gelasnya tetapi sepertinya botol itu sudah kosong. Aaron berusaha mengocok botol minumannya dan melihat ke dalamnya untuk memastikan jika isinya memang sudah habis. Aaron menjadi emosi karena kehabisan minuman dan membuang botol itu dengan kasar ke lantai hingga pecah dan menimbulkan suara yang keras. Sehingga tiba-tiba musik terhenti dan semua orang berhenti bergoyang. Kini semua mata tertuju pada Aaron yang masih duduk di kursi.
"Jangan hiraukan dia, dia sedang mabuk." Ucap Dean si bartender yang masih sibuk mengelap gelas. Sedetik kemudian suasana kembali riuh dan semua orang sibuk menghibur diri mereka di lantai dansa.
"Berikan aku minuman lagi!" Teriak Aaron sembari menggebrak meja.
"Aaron kau sudah mabuk." Ucap Dean menggeleng kecil dan menaruh gelas yang ada di tangannya.
"Tidak. Aku tidak mabuk. Cepat berikan aku minuman." Protes Aaron dan bergerak mencondongkan tubuhnya dan meraih kerah baju Dean. Aaron sudah siap melayangkan pukulannya tetapi berhasil ditepis oleh Dean.
Dean melepaskan cengkraman Aaron dari kerah bajunya dan menekan bahu Aaron untuk duduk kembali ke kursi. "Sepertinya kau harus pulang sekarang juga, tunggu aku akan menghubungi Calvin untuk menjemputmu." Decak Dean merapikan baju kerjanya dan merogoh ponsel di saku celananya, "merepotkan," ucap Dean kembali sambil menyentuh layar ponselnya.
"Halo." Ucap suara dari seberang setelah deringan pertama.
"Calvin kau cepat jemput teman brengsekmu ini sekarang juga sebelum ia mengacaukan tempat kerjaku." Dean mengembuskan napasnya dan melirik Aaron yang terlihat sudah teler.
"Memang kenapa dia?" Sahut Calvin.
"Cepat kau datang saja jangan banyak tanya!" Sembur Dean dengan kesal.
"Baik, baiklah aku kesana sekarang." Dan Calvin menutup telponnya.
"Jika saja aku tidak mengenalmu, kau sudah kuhajar hingga babak belur," umpat Dean mengepalkan tangannya ke udara, "hei kau, cepat bersihkan pecahan botol itu jangan sampai pecahannya mengenai orang lain," ucap Dean kembali pada office boy yang berdiri membawa sapu di sebelah Aaron. Office boy itu mengangguk dan melakukan pekerjaannya dengan cepat.
Beberapa saat kemudian Calvin datang, "mana Aaron?" Tanyanya pada Dean yang sibuk meracik minuman.
"Itu. Cepat bawa dia pergi sebelum dia mengamuk lagi." Tunjuk Dean menggunakan dagunya.
Calvin melihat Aaron yang sedang teler dan menggeleng, "astaga kau memang suka merepotkan ku Ck!" Decak Calvin mengangkat tubuh Aaron dan membawanya keluar dari bar. Setelah keluar Calvin ke pelataran parkir dan membuka pintu mobilnya kemudian memasukkan tubuh Aaron ke mobil. Calvin memutari kap mobil dan masuk ke mobil kemudian melajukan mobilnya memecah jalanan malam ibu kota.
"Hei Aaron kita sudah sampai cepat bangun, apa kau tahu jika tubuhmu itu sangat berat." Calvin menepuk pipi Aaron mencoba membangunkan pria itu yang masih teler. Bukannya bangun Aaron malah menepis tangan Calvin. Calvin mengembuskan napasnya sambil berkacak pinggang, "memang lebih bagus kau tidak kuantarkan pulang tetapi aku buang dijalanan saja tadi," ucap Calvin tetapi ia tetap mengangkat tubuh Aaron dan mengeluarkan tubuh Aaron dari mobil.
Calvin memapah tubuh Aaron dengan terseok keluar dari basement, tetapi langkah kaki Calvin terhenti saat mendengar Aaron berbisik di telinganya.
"Odhelia," bisik Aaron. Ternyata yang membuat sahabatnya uring-uringan dan mabuk seperti ini adalah wanita dan wanita itu bernama Odhelia Ck!
Eh tapi tunggu dulu, satu kata yang mampu membuat Calvin membeku. Ia berpikir sejenak dan kemudian berucap, "Odhelia, bukankah Declan juga mengucapkan nama wanita yang sama saat mabuk. Atau aku salah mendengar." Calvin melihat wajah Aaron ngeri jangan-jangan mereka berdua sedang mengalami yang namanya cinta segitiga!
Happy reading manteman, ngga henti" aku ucapin terima kasih untuk kalian yang sudah setia mendukung dan membaca cerita ini ♥️ yuk share juga ke teman kalian yang lain buat baca ceritaku, thanks support bintangnya ya guys. Sayang kalian banyak"
Primavera,
Saturday, 29 June 2024 ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING VICTIM
RomanceCerita ini sedang dikolaborasikan dengan cerita Ocha Youzha berjudul (untouchable) ~Ophelia Nayshelle seorang penulis pemula yang sedang meniti karir di dunia kepenulisan mencoba peruntungannya dengan mengikuti audisi menulis di Penerbit MaviBook. D...