I hate you!

121 18 4
                                    

"Bukankah baru kemarin kau membeli high heels sekarang kau ingin membeli lagi?" Ariel bersedekap sembari memerhatikan kukunya yang baru saja selesai di nail art.

"Ini terlihat lucu, bagaimana menurutmu?" Alih- alih menjawab pertanyaan Ariel, Odhelia malah sibuk memutar tubuhnya di depan cermin sesekali berpose bak model.

Pandangan Ariel kembali teralih dari kuku-kukunya ke Odhelia yang masih berdiri di depan cermin. "Emm, apapun yang kau kenakan selalu terlihat lucu dan cantik pastinya."

"Kau. Bungkus ini!" Perintah Odhelia angkuh pada pelayan Toko yang sedari tadi berdiri tak jauh dari mereka.

Si pelayan Toko tergopoh mendekati Odhelia dan dengan telaten melepas high heels berwarna merah menyala itu dari kaki Odhelia. "Baik Nona."

Setelah selesai melakukan pembayaran Odhelia melenggang keluar dari Toko sepatu. Disusul oleh Ariel yang membawa seabrek belanjaan Odhelia. "Kira-kira apa lagi yang harus kubeli ya." Odhelia tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berpikir sejenak sembari melihat sekitarnya.

"Kau masih ingin berbelanja lagi Odhelia?" Tanya Ariel mengembuskan napas lelah. Nambah lagi nih beban barang Ariel ckckck! Odhelia the real si penambah beban.

"Tentu saja." Sahut Odhelia mantap sambil berjalan memasuki toko tas dengan riang gembira. Sedangkan Ariel terlihat dongkol dalam hatinya karena menenteng banyak barang. Jika bisa, mungkin Ariel sudah mengeluarkan sumpah serapahnya dan mengutuk Odhelia tetapi apa daya ia hanya bisa mengumpat dalam hati.

"Bagaimana dengan ini Ariel." Odhelia keluar dari balik tirai mengenakan mini dress berwarna biru.

"Perfect, apapun yang kau kenakan selalu perfect." Ariel tersenyum paksa dan mengangkat kedua jempolnya ke udara. 

"Kenapa aku merasa kau sedang membual." Decak Odhelia memicingkan mata.

"Tidak. Aku tidak membual sungguh." Ariel menggeleng cepat. Ini kesepuluh kalinya Odhelia mencoba baju dan menanyai Ariel, sebenarnya Ariel sangat lelah tetapi ia memaksakan dirinya hanya demi Tuan Putri Odhelia Nachelle.

"Aku tiba-tiba tidak suka dengan dress ini, aku akan menggantinya dengan yang lain." Odhelia menghentakkan kakinya dan menghilang ke balik tirai.

"Terserah kau saja." Ucap Ariel setelah Odhelia menghilang, Ariel mengembuskan napasnya dan lebih memilih menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Ariel merogoh tasnya dan mengambil ponselnya kemudian memainkan benda pipih itu sambil menunggu Odhelia mencoba baju yang diinginkan.

Di dalam ruang ganti Odhelia masih mengumpat sembari melepaskan mini dressnya. Saking kesalnya ziper mini dressnya tersangkut saat Odhelia menariknya dengan kencang.

"Ariel kemarilah bantu aku." Panggil Odhelia masih berusaha menarik ziper dengan susah payah.

Sedetik kemudian Odhelia merasakan telapak tangan besar menyentuh punggungnya, Odhelia terkesiap dan mengangkat wajahnya menatap pantulan dirinya di cermin. Odhelia berusaha mengatur napasnya saat matanya bertemu dengan sepasang bola mata berwarna biru.

"Aaron," bisik Odhelia dengan napas tercekat. Pria itu berdiri dibelakangnya dengan  senyum menyeringai. Odhelia menggenggam erat mini dressnya yang sudah setengah terbuka. "Kau. Apa yang kau lakukan di sini?!" Pekik Odhelia mendelik tetapi dihiraukan oleh Aaron.

Alih-alih menjawab pertanyaan Odhelia, tangan Aaron makin lincah menurunkan ziper dress Odhelia hingga punggung wanita itu terbuka sepenuhnya dan memberikan sentuhan seringan bulu disana. "Bukankah kau sudah melihatnya."

"Kau. Singkirkan tanganmu." Tolak Odhelia menepis tangan Aaron menggunakan punggungnya.

"Odhelia apakah kau sudah lupa bahwa aku pernah menyentuhmu seperti ini?" Bukannya berhenti Aaron malah makin melancarkan aksinya dengan menyelipkan telapak tangannya yang bebas pada paha dalam Odhelia sehingga membuat wanita itu merinding. Bukan hanya itu, bahkan Aaron mendorong punggung Odhelia menggunakan dadanya hingga tubuh wanita itu menempel di cermin. Aaron menyibak rambut Odhelia dan menempelkan bibirnya di bahu Odhelia. Bibir Aaron menjelajah leher mulus Odhelia dan meninggalkan banyak kecupan disana.

Odhelia menahan napasnya dan memejamkan kedua matanya mendapat sentuhan bertubi-tubi dari Aaron. Odhelia hendak menolak tetapi tubuhnya tidak bisa bekerjasama dengan dirinya, justru tubuhnya seperti menikmati sentuhan dari Aaron.

Lama Odhelia mencerna keadaannya saat ini dan berusaha membuka kedua matanya, dengan gemetar Odhelia mengeluarkan suaranya, "kau ..." Odhelia hendak memprotes namun terpotong karena Aaron membalik tubuh wanita itu hingga menghadap dirinya.

Tubuh Aaron masih memepet tubuh mungil Odhelia menempel pada cermin di belakangnya. Kembali Odhelia membuka mulutnya namun suaranya tercekat di tenggorokan karena Aaron dengan cepat menempelkan bibirnya pada bibir Odhelia. Aaron melumat bibir bawah dan atas Odhelia bergantian tanpa jeda, sesekali Aaron memberikan gigitan kecil pada bibir wanita itu hingga wanita itu meringis.

Odhelia berusaha membebaskan dirinya dengan mendorong tubuh kekar Aaron menggunakan kedua tangannya tetapi hasilnya nihil. Aaron yang mendapat penolakan dari Odhelia makin bersemangat, pria itu memerangkap kedua tangan Odhelia dan menempelkannya ke cermin hingga wanita itu tak bisa bergerak sama sekali.

Odhelia merasa jengah dan menggigit bibir bawah Aaron hingga pria itu meringis dan terpaksa menyudahi ciumannya. Tetapi belum melepaskan kedua tangan Odhelia. Bukannya marah, Aaron malah terkekeh melihat penampilan Odhelia saat ini. Odhelia kembali berontak tetapi Aaron malah makin mengeratkan genggaman tangannya.

"Aaron sekali lagi kau berbuat kurang ajar aku akan berteriak." Ucap Odhelia dengan napas terengah.

"Kau pikir aku takut Odhelia, kalau kau mau teriak saja." Aaron terkekeh menantang Odhelia.

"Kau!" Odhelia mendelik marah karena ancamannya tidak berhasil.

Sekali lagi Aaron hendak mencium Odhelia, tetapi wanita itu memalingkan wajahnya ke samping hingga bibir Aaron hanya mendarat di pipinya. Tak habis akal, Aaron menarik kedua tangan Odhelia dan memposisikannya diatas kepala wanita itu dan menekannya dengan satu tanggannya yang besar. Satu tangannya menarik dagu Odhelia hingga ia melihat dengan jelas wajah wanita itu.

Jibu jari Aaron menyentuh bibir bawah Odhelia yang terlihat memerah dan bengkak akibat ciumannya tadi. "Kau harus tahu Odhelia bahwa kau adalah milikku." Ucap Aaron penuh penekanan disetiap katanya.

"Hah, jangan mimpi kau Aaron. Aku tidak akan pernah jadi milikmu." Ucap Odhelia dengan nada meremehkan. Enak saja memang siapa Aaron hingga ingin memiliki dirinya! Seorang Odhelia tidak akan pernah menjadi milik siapapun yang tidak ia inginkan!

"Kau mau taruhan denganku sayang." Kekeh Aaron menatap lekat kedua mata Odhelia.

"Jangan panggil aku sayang!" Protes Odhelia dengan geram, kembali memberontak hendak melepaskan dirinya.

Aaron tersenyum menyeringai dan sedetik kemudian kembali menautkan bibirnya pada bibir Odhelia. Kali ini Aaron memberikan lumatan lembut disana. Tetapi Odhelia mengatupkan bibirnya. Bukan Aaron namanya jika ia tidak bisa mengalahkan ego Odhelia.

Tangan pria itu yang bebas menyelinap menyentuh punggung Odhelia hingga membuat Odhelia meremang dan terpaksa membuka mulutnya. Aaron tersenyum didalam ciumannya karena merasa menang. Pria itu dengan lancar melumat dan memainkan lidahnya di dalam mulut Odhelia. Kali ini Odhelia pasrah dengan apa yang dilakukan Aaron.



Happy reading manteman yang masih setia membaca dan mendukung cerita ini. Sayang kalian banyak banyak ♥️♥️♥️ dari aku si penulis penuh cinta,

Primavera,
Friday, 28 June 2024 ♥️

PLAYING VICTIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang