Pagi ini Ophelia bangun dengan hati gembira, ia merentangkan kedua tangannya ke atas dan menguap sekali. Ophelia mengusap rambutnya yang kusut dan kemudian menuruni ranjang. Wanita itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sambil bersenandung kecil. Setelah selesai membersihkan diri Ophelia membuat omelet untuk menu sarapannya pagi ini.
Cacing dalam perut Ophelia seakan berdemo saat mencium aroma omelet yang ia buat, Ophelia baru ingat kemarin ia hanya makan sedikit dan pagi ini ia merasa perutnya begitu keroncongan. Kemarin ia tidak merasakan terlalu lapar mungkin karena Declan. Bicara tentang Declan, Ophelia nampak berpikir sejenak dan menghentikan gerakan tangannya yang sedang menggoreng. Sedetik kemudian ia mematikan kompor dan masuk ke kamar.
Di dalam kamar Ophelia mengambil ponselnya di atas nakas dan menyentuh layarnya. Ophelia kembali tersenyum saat mendapati satu pesan masuk di sana, "pagi Ophelia, bagaimana tidurmu kemarin malam? Jika kau sudah bangun balas pesan ini." Satu pesan remeh tetapi mampu membuat Ophelia tersipu.
"Sangat nyenyak, bagaimana denganmu?" Ophelia membalas pesan Declan.
"Aku di depan flatmu sekarang buka pintunya." Balasan pesan Declan yang membuat Ophelia kalang kabut. Mata Ophelia membelalak kaget membaca balasan pesan dari Declan, wanita itu menahan napas dan menepuk kepalanya dengan satu tangannya yang bebas.
Astaga! Apa katanya, depan pintu! Ingin rasanya Ophelia berteriak sekali lagi Ophelia menatap ponselnya dan berganti menatap dirinya di cermin. Ophelia merapikan asal anak rambutnya dan menyelipkannya ke belakang telinga. Dengan satu tarikan napas Ophelia memencet layar ponselnya dan tak disangka baru deringan pertama Declan mengangkat ponselnya.
"Ophelia cepat bukakan pintunya." Ucap Declan dari seberang sebelum Ophelia menyapa.
"Kau serius datang ke ... " belum saja Ophelia menyelesaikan ucapannya Declan kembali memotong dengan cepat.
"Aku sedang tidak ingin bercanda." Potong Declan.
Ophelia memutar bola matanya sambil menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatap layarnya kemudian kembali berbicara, "tidak maksudku ... "
"Sampai kapan aku harus berdiri di depan pintumu?" Protes Declan kembali memotong ucapan Ophelia.
"Baik, baik aku akan membukanya." Ophelia berjalan keluar kamar dan membuka pintu flatnya dan benar saja Declan berdiri di sana masih dengan ponsel menempel di telinganya.
Ophelia mematikan ponselnya dan bersedekap. "Sedang apa kau di sini?"
Declan menaikkan satu alisnya mendengar pertanyaan aneh Ophelia dan menatap wanita itu dengan penampilan sedikit berantakan dan ia terlihat sexy, apa tadi Declan mengatakan sexy?? Tapi Declan tidak bohong, ia menatap lekat Ophelia dari ujung kepala hingga kaki. Wanita itu hanya mengenakan baju rumahan dengan rambut di Cepol asal tanpa polesan make up membuat wanita itu nampak sexy dimata Declan. "Berkunjung ke rumah pacarku tentu saja memang apa lagi." Kali ini pandangan Declan tertuju pada bibir ranum Ophelia dan pria itu terlihat menelan ludah sedikit kemudian Declan mengalihkan pandangannya ke arah lain dan memasukkan kedua tangannya ke saku celana.
"Ehem, tidak maksudku kenapa kau datang kemari tanpa memberitahuku lebih dulu." Ophelia berdehem dan menggaruk belakang telinganya. Ya ampun Ophelia bisa-bisanya ia bertanya seperti itu!
"Bukankah sekarang kau sudah tahu aku datang." Sahut Declan sekenanya.
Ophelia mengembuskan napasnya sekali dan menggeleng kecil, ia tidak tahu jika Declan memiliki sisi menyebalkan seperti saat ini. "Itu ... "
"Baunya harum, apa kau sedang membuat sarapan." Potong Declan melewati tubuh Ophelia.
"Oh itu, iya aku sedang membuat omelet." Ophelia menunjuk wajan yang masih berisikan omelet belum matang.
"Sepertinya enak."
"Kau mau mencobanya??" Ophelia menawari Declan sambil menghidupkan kompornya kembali.
"Tentu saja."
"Kalau begitu duduklah, aku akan menyiapkan sarapan untukmu juga." Ophelia kembali memasak sarapannya sedangkan Declan duduk diam memerhatikan wanita itu sibuk menyiapkan sarapan mereka berdua. Tanpa sadar terbesit senyum kecil di wajah Declan saat memerhatikan punggung wanita itu. Entah apa yang ada dipikiran pria itu.
Beberapa menit kemudian Ophelia selesai menyiapkan sarapan dan menyajikannya diatas meja makan. Mereka berdua sarapan dengan tenang.
****
"Memang kita mau kemana?" Tanya Ophelia setelah memasang seatbeltnya.
"Kencan tentu saja." Declan menggenggam telapak tangan Ophelia dan mencium punggung tangan wanita itu. Wajah Ophelia bersemu merah dan memalingkan wajahnya ke kaca jendela mobil.
Declan tersenyum melihat Ophelia yang malu-malu pria itu mengusap puncak kepala Ophelia sekali kemudian beralih mengemudikan mobilnya. Hari ini mereka berdua menghabiskan waktu untuk kencan. Mereka berdua pergi ke taman hiburan, Ophelia terlihat sangat senang saat ia berhasil menembak semua balon dan mendapatkan boneka kelinci berukuran besar. Sedangkan Declan memperlihatkan wajah masam disepanjang permainan karena tak satupun ia mengenai sasaran.
Ophelia tertawa tak henti melihat permainan Declan yang terbilang payah, bukan hanya itu bahkan Declan merajuk saat kalah dari Ophelia. Ophelia mencoba merayu Declan dengan mengajaknya menaiki komidi kuda. Benar saja semenit kemudian pria itu terlihat sangat girang saat menaiki komidi kuda.
Setelah puas, mereka berdua beralih mencoba permainan roler coster yang membuat Ophelia hampir memuntahkan semua isi perutnya. Sedangkan Declan tertawa puas melihat Ophelia, Ophelia yang tak terima memberikan bombastic side eye. Ophelia menghentakkan kedua kakinya dan memilih meninggalkan Declan yang masih tertawa.
Melihat Ophelia yang merajuk, Declan segera berlari mengejar wanita itu sambil menenteng boneka kelinci. Ophelia menepis tangan Declan saat pria itu mencoba menyentuh pundak Ophelia. Ophelia duduk bersedekap dan memalingkan wajahnya. Declan mencoba kembali merayu Ophelia dengan membelikan es krim rasa vanila untuk wanita itu. Ophelia yang memang sangat menyukai es krim luluh dan tersenyum girang saat Declan menyodorkan es krim pada dirinya.
Wanita itu memakan es krimnya dengan hati riang gembira, sepertinya Ophelia benar-benar melupakan amarahnya yang membara semenit lalu. Setelah Ophelia menghabiskan es krimnya, ia mengajak Declan menaiki Ferris wheel. Ophelia sangat takjub melihat pemandangan bawah dari atas Ferris wheel dan itu tak luput dari pandangan Declan.
Declan begitu terpesona dengan wajah Ophelia yang terlihat takjub akan apa yang dilihatnya. Tangan Declan bergerak menyelipkan anak rambut Ophelia ke belakang telinga hingga wanita itu menoleh ke arah Declan. Sedetik kemudian ibu jari Declan mengusap bibir bawah Ophelia sekali dan mendaratkan ciuman di bibir Ophelia. Pria itu mencium Ophelia dengan lembut, ia melumat bibir atas dan bawah Ophelia perlahan.
Awalnya Ophelia sedikit terkejut karena Declan menciumnya secara tiba-tiba tetapi kemudian wanita itu membalas ciuman Declan. Declan makin memperdalam ciumannya, pria itu juga mengganti posisi Ophelia untuk mempermudah akses ciumannya. Declan mengangkat tubuh mungil Ophelia ke pangkuannya tanpa melepaskan lumatan bibirnya. Hingga boneka kelinci yang dibawa Ophelia terjatuh dan tergeletak di bawah kaki Declan.
Lama mereka berciuman hingga Ferris wheel berhenti berputar, Declan dengan terpaksa menghentikan ciumannya dan menempelkan dahinya ke dahi Ophelia, "sepertinya kita harus melanjutkannya nanti di rumah," ucap Declan dengan napas terengah. Mata Ophelia yang terpejam kini terbuka sempurna, tunggu dulu. Declan bilang apa tadi? Melanjutkannya nanti di rumah. Melanjutkannya nanti di rumah, kalimat itu terngiang di kepala Ophelia, ia yang masih menormalkan napasnya hendak memprotes pada Declan.
Tetapi baru saja Ophelia hendak membuka mulutnya, Declan sudah menurunkan tubuh Ophelia dari pangkuannya dan menarik tangan wanita itu kemudian turun dari Ferris wheel. Oke kalau begitu nanti Ophelia akan menanyakannya pada Declan saat mereka selesai berkencan.
Happy reading ya manteman terima kasih banyak buat yang udah baca dan dukung cerita ini ya 😍 jangan lupa share juga cerita ini ke sosmed kalian biar teman" Kalian juga bisa ikutan baca 🥰 terima kasih dari aku,
Primavera,
Tuesday, 25 June 2024 ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING VICTIM
RomanceCerita ini sedang dikolaborasikan dengan cerita Ocha Youzha berjudul (untouchable) ~Ophelia Nayshelle seorang penulis pemula yang sedang meniti karir di dunia kepenulisan mencoba peruntungannya dengan mengikuti audisi menulis di Penerbit MaviBook. D...