[Happy reading]
.
.
."Ar, ada Ayyara tuh,"
3 bulan yang lalu Akram sudah resmi menjadi suami Ayyara. Pernikahan yang hanya dihadiri orang terdekat.
Pernikahan yang seharusnya menjadi mataharinya, kini menjadi beban yang terasa berat. Sejak saat itu hingga detik ini, Akram masih berjuang untuk menerima kenyataan gadis cupu berkacamata itu adalah istrinya.
Takdir memang aneh, menikah dimasa sekolah adalah sebuah kebodohan yang tidak bisa ia hindari.
"Biarin aja, gue gak peduli." Saat ini mereka sedang berada di kantin sekolah. Galen, teman dekat Akram memberitahu jika Ayyara berada disana.
Akram benci Ayyara, gadis lugu yang sialnya adalah istrinya, kesalahan fatal yang ia buat karena tak sengaja menghamili Ayyara mengharuskannya menjalin ikatan pernikahan.
Sementara itu, di tengah kantin yang ramai, Ayyara tampak menggigit bibirnya, mencoba mengatasi rasa gugup sambil membenarkan kaca matanya.
Rasa lapar yang menyerang membuatnya memberanikan diri untuk mendekati meja yang di tempati Akram, karena hanya di sana yang masih terdapat kursi kosong.
Dia belum makan sadari pagi, Ayyara hanya ingin mengisi perutnya, dia tidak boleh melupakan makan karena ada janin diperutnya.
"Ak-Akram, aku boleh duduk disini gak? Kursi lain udah penuh semua." ucap Ayyara dengan nada rendah, berharap Akram akan berempati padanya dalam situasi saat ini.
"Makan di tempat lain, ngapain lo ke sini?" Akram tidak suka jika Ayyara mendekatinya, perasaan bencinya pada Ayyara begitu besar hingga tak bisa ia jabarkan.
"Gak ada tempat duduk kosong jadi Aa-aku ke sini," lirih Ayyara dengan perasaan takut. Pandangannya berpindah dari satu meja ke meja lain, mencari secercah harapan akan adanya tempat kosong, namun sia-sia.
Ia tahu betapa dinginnya Akram, namun ia tak punya pilihan lain.
Tak ada jawaban, namun gebrakan meja mengejutkan Ayyara, ia tersentak kaget mendengar suara itu. Akram bangkit dari duduknya lalu memutar badannya, menatap Ayyara dengan tatapan mata elang yang menusuk. Dia benci diganggu. Menurutnya, wanita itu selalu saja mencoba mengganggu dan mencari masalah dengannya.
"Lo bisa gak, gak usah ganggu gue, hm? Tempat duduk banyak, gak harus makan di sini, dikelas ada anjing! Lo kalo gak mau makan di kelas, ya udah gak usah makan, biar mati sekalian!" Ayyara memejamkan matanya mendengar ucapan tegas dan menusuk tepat di depan wajahnya.
Rasa sakit selalu menjadi teman setianya. Dia tidak tahu kenapa Akram begitu membencinya. Setiap hari, penghinaan dan perlakuan kasar dari Akram sudah menjadi makanan sehari-harinya, namun bukan hanya itu, selama menikah, Akram sering menyakiti fisiknya.
"Lepasin, Akram, sakit." rintih Ayyara saat merasakan kepalanya berdenyut hebat ketika Akram menarik rambutnya kasar. Kulit kepalanya seakan ingin lepas ditarik begitu saja.
Sampai-sampai nampan yang dipegang Ayyara tak sengaja lepas dari genggamannya dan jatuh mengenai kakinya.
Walaupun kakinya terasa sakit, ia bisa menahannya dan memilih memegangi rambutnya yang sedang ditarik kencang.
"Sakit, hm?" tanya Akram.
Ayyara mengangguk dengan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.
"Please, Akram, lepasin sakit," isak Ayyara, Dadanya begitu sesak, rasa sakit tidak hanya di kepalanya tetapi juga dihatinya.
Seisi kantin terdiam menyaksikan mereka berdua. Beberapa siswa berbisik-bisik, tetapi tak satu pun yang berani maju untuk menghentikan Akram, bahkan Galen, teman dekat Akram, sekalipun.
"Bagus kalau sakit, gue suka dengernya!"
Akram suka melihat kesakitan yang dirasakan Ayyara. Rasa sakit Ayyara seperti hiburan baginya. Setiap tangisan, setiap rintihan, setiap kali Ayyara menunjukkan kelemahannya, Akram merasa puas.
"Lo sengaja kan mau makan deket gue, hm? jawab!"
Ayyara menggeleng, "Tempat lain gak ada kursi kosong Akram jadi a-aku ke sini," lirihnya sambil menangis.
Akram melirik seisi kantin dengan matanya yang tajam, menyapu pandangannya ke seluruh area kantin sebelum kembali menatap Ayyara.
"Lo mau cari tempat duduk buat makan kan?" mata Akram menatap tajam ke arah mata Ayyara yang sudah dipenuhi air mata. Dengan gemetar, Ayyara mengangguk pelan, sangat takut dengan situasi yang dihadapinya.
Tanpa banyak bicara lagi, Akram menarik rambut Ayyara lebih keras, memaksanya mengikuti langkah cepatnya keluar dari kantin. "Ikut gue," katanya. Ayyara merintih kesakitan, namun ia tidak peduli. Ia tetap menarik rambut Ayyara, membuat perempuan itu sulit menyeimbangkan diri.
"Akram, aku mohon lepasin. Sakit, hiks." pinta Ayyara.
Tanpa memperdulikan ucapan Ayyara, Akram terus menariknya melewati lorong membiarkan tatapan siswa-siswi yang sedang berlalu lalang di sekitar sana, menyeretnya menuju salah satu ruang adik kelas yaitu kelas sepuluh.
Setibanya disana, Akram mendorongnya masuk dan mendudukannya dengan kasar di salah satu kursi yang ada di sana. Beberapa siswa yang sedang berada di dalam kelas terkejut melihat kedatangan mereka.
Ayyara hanya bisa menangis dalam diam, air matanya mengalir tanpa henti. Penampilannya sudah acak-acakan, ia hanya bisa menundukkan wajahnya, tak mampu menatap Akram yang sudah begitu marah.
"Lo duduk di situ, makan sepuas lo!" Akram melempar kasar sebungkus roti ke wajah Ayyara,
"Jangan pernah berani lagi lo dekatin gue." tambahnya.
"Kenapa ka-kamu benci sama aku?" tanya Ayyara mencoba mencari jawaban di balik kebencian yang terus-menerus dilontarkan padanya.
Akram hanya tertawa kecil, seringai jahat terpampang di wajahnya. "Jelas gue benci sama lo, lo yang udah hancurin hidup gue!"
"Apa yang udah aku lakuin ke kamu sampai kamu bilang aku hancurin hidup kamu?" Tanya Ayyara dengan gemetar. Bukannya ia yang seharusnya berkata seperti itu pada Akram? Karena laki-laki itu yang telah menghancurkan hidupnya hingga membuatnya hamil seperti ini.
Akram menangkup kasar wajah Ayyara, menatap tajam bola mata sayu itu, "Asal lo tau, lo itu cewek pembawa sial! lo pantesnya jauh-jauh dari hidup gue, bajingan!" jawabnya sambil mendorong kepala Ayyara dan langsung meninggalkannya sendirian.
Tangisan Ayyara pecah, perasaannya begitu hancur. Ia merasa begitu tak berguna, seolah-olah dunia seakan-akan menolaknya.
Ayyara tahu dia harus kuat. Untuk dirinya sendiri, dan untuk bayinya. Tapi di saat yang sama, hatinya hancur. Dia tidak pantas mendapat perlakuan kasar seperti ini, terutama tidak di depan orang banyak.
Meski pahit, Ayyara menyadari Akram tak akan pernah bisa menerima dirinya yang seperti ini.
Ayyara akan mencoba berani untuk menulis kisahnya sendiri, mengambil keputusan untuk menemukan titik positif dalam hubungannya. Meskipun sulit dan penuh dengan tantangan, ia akan mencoba untuk menemukan cara untuk mengubah semua itu.
Karena dia tahu, di balik awan gelap, selalu ada sinar matahari yang bersinar terang. Ia akan menemukannya, tidak peduli seberapa lama atau seberapa sulit perjalanannya. Karena dia adalah Ayyara, seorang perempuan yang kuat dan tidak akan pernah menyerah pada keadaan.
....
Vote jangan lupa
To be continued
25/8/23
KAMU SEDANG MEMBACA
AKRAM (Selesai)
RomanceMenikah dengan gadis cupu bukanlah takdir yang diinginkan Laki-laki bernama lengkap Akram Mahendra, ia tidak menginginkan menikah muda apalagi keadaan masih sekolah, namun takdir berkata lain, ia menikah di usia remaja dengan gadis cupu akibat kesal...