31

75.2K 2.6K 17
                                    

[Happy Reading]
.
.
.
___

Suasana pedesaan yang sepi begitu menyejukkan di malam hari, ditemani dengan suara hewan malam yang begitu terdengar di telinga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana pedesaan yang sepi begitu menyejukkan di malam hari, ditemani dengan suara hewan malam yang begitu terdengar di telinga.

Angin sepoi-sepoi membawa ketenangan di malam hari. Di bawah langit yang bertabur bintang, Akram duduk sendirian di kursi teras depan panti asuhan.

Ia meraih sebungkus rokok dari saku celananya lalu menyelipkan satu batang rokok itu di bibirnya.

Dia tidak bisa tidur padahal malam sudah semangkin larut. Mata Akram memandang sekeliling desa yang dihiasi lampu membuat suasana remang-remang yang indah.

Asap rokok pertama yang ia hembuskan melayang pelan ke udara, bercampur dengan dinginnya malam. 

"Akram kamu gak tidur?" Suara lembut dan akrab memecah lamunan Akram.

Mendengar suara Ayyara yang berada di belakangnya membuat Akram langsung berhenti merokok, ia menginjak batang rokoknya hingga padam. Akram sengaja melakukan itu karena tidak mau lagi merokok di dekat Ayyara.

Setelah menginjak rokoknya, Akram melirik Ayyara yang berdiri di belakangnya, "Aku gak ngantuk. Kamu ngapain di sini kok belum tidur?" tanyanya dengan lembut.

"Aku kebangun tadi, buang air kecil, terus liat pintu depan ke buka makanya aku ke sini," jawab Ayyara.

"Tidur, aku udah bilang jangan begadang," lanjut Ayyara dengan lembut.

"Nanti aja, aku gak bisa tidur," kata Akram sambil mengalihkan pandangannya ke depan.

Dalam pikirannya, kekesalan terhadap Ifan tak bisa ia hilangkan. Laki-laki itu tidur sangat aneh, mendengkur keras dan sering bergerak-gerak tanpa sadar.

Tingkah tidur Ifan membuat Akram kesal setengah mati. Badannya juga sakit karena secara tiba-tiba selalu ditendang. Hal itu membuat Akram frustasi, kalau boleh, Akram bisa saja mencekik laki-laki itu.

Akram melirik ke belakang, menggerakkan tangannya meminta Ayyara untuk mendekat. "Sini, aku mau ngomong sama kamu," ajaknya dengan suara rendah.

"Ngomong aja, aku di sini, aku dengar kok," jawab Ayyara.

"Ngapain sih jauh-jauh, sini duduk dekat aku," kata Akram, meminta Ayyara mendekat.

"Nggak mau, kamu bau rokok," tolak Ayyara. Dia tidak suka dekat dengan Akram ketika sehabis merokok karena bau rokok pasti masih melekat di tubuhnya.

"Enggak ada, cepetan sini duduk. Aku butuh yang hangat, Ayy." kata Akram sambil menepuk-nepuk pahanya, memberikan sinyal agar Ayyara duduk di pangkuannya.

Dengan perasaan terkejut, Ayyara menggeleng keras. Ia merasa bingung dan agak sedikit merasa aneh dengan tingkah Akram. Laki-laki itu tidak pernah seperti itu sebelumnya.

"Kamu kenapa? Sikap kamu jadi aneh gini?" ucap Ayyara dengan raut wajah heran. Pasalnya, dulu dia tidak pernah mendengar ucapan seperti itu keluar dari mulut Akram. Laki-laki itu biasanya hanya akan berkata kasar.

"Mulai sekarang kamu harus terbiasa. Ayo cepat sini,"

Ayyara masih bersikeras untuk tidak mendekati Akram. Lahi-lagi ia menggeleng, menolak kemauan Akram.

Akram berdecak kesal. "Kamu lebih suka aku banting apa gimana, hm?"

"Cepetan, Ayy, kamu lama-lama nyebelin ya," desak Akram kesal.

"Kamu kenapa maksa? Aku gak mau, Akram. Kamu lupa ya kalo aku masih marah?" Tanya Ayyara pelan.

"Kan marahnya tinggal dikit gak banyak lagi. Cepetan sebelum aku seret kamu kesini," Tegas Akram.

Dengan hati yang berat, Ayyara akhirnya menuruti permintaan Akram, ia melangkahkan kaki mendekat, berdiri di hadapan Akram yang  sedikit berjarak, "Kamu mau ngomong apa?"

Tanpa menjawab ucapan Ayyara, dengan cepat Akram membalikkan tubuh Ayyara lalu menariknya untuk duduk di pangkuannya.

Saat itu juga, dada Ayyara berdegup lebih cepat, bercampur dengan perasaan terkejut akibat tindakan tegas Akram yang secara tiba-tiba. Darahnya seolah berdesir, merasakan tangan hangat Akram yang memeluk pinggangnya dari belakang.

"Ak-akram, lepasin jangan gini, nanti diliat orang," bisik Ayyara dengan cemas, ia menggeliat tak nyaman di atas pangkuan Akram.

Matanya melirik ke kanan, kiri takut-takut dilihat orang sekitar yang mungkin saja melihat mereka. Ayyara terus mencoba melepaskan tangan Akram yang memeluknya, namun usahanya sia-sia Akram memeluknya dengan erat tanpa berniat melepaskannya.

"Gak ada orang malem-malem begini, Ayy. Aku mau peluk, dingin." Ucap Akram dengan suara rendah sambil memejamkan matanya.

"Jangan gini, nanti kursinya patah gimana?" Keluh Ayyara asal bicara mencoba mencari alasan namun berakhir tidak masuk akal.

"Gapapa, nanti kalo patah aku ganti yang banyak terserah kamu," balas Akram.

Ayyara memutar bola matanya, "Sombong, mentang-mentang kaya enak banget ngomongnya,"

Akram terkekeh, menegakkan sedikit kepalanya ke samping menatap Ayyara yang menutup hidungnya, "Ngapain tutup hidung gitu, aku gak bau rokok," Akram menyentuh tangan Ayyara mencoba melepaskan tangan perempuan itu yang menutup hidungnya.

Ayyara menggeleng, menjauhkan tangan Akram yang mendekati wajahnya, "Gak mau, tadi aku liat kamu ngerokok,"

"Gak ada, tadi aku cuma bentar ngerokoknya terus kamu dateng," Akram kembali mengangkat tangannya melepas tangan Ayyara.

"Ya udah cepet mau ngomong apa? aku mau tidur," ucap Ayyara kesal, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya dengan detak jantung yang terus saja berdegup kencang.

Akram mengembangkan senyumnya merasa lucu melihat pipi Ayyara yang bersemu merah, dengan lancang Akram mengeluarkan kata-kata yang selama ini tersimpan dalam hatinya.

"I love you."

Ayyara membeku, suara Akram yang serak bercampur lembut membuatnya tak bisa mengeluarkan kata-kata.

Pandangannya lurus ke depan antara bingung juga terkejut dengan detak jantung yang sudah tidak terkendali, seolah-olah ingin melompat dari dadanya.

Ayyara tidak bisa seperti ini, ini adalah hal yang langka baginya. Mendengar Akram berkata seperti itu membuat jiwanya seakan hilang sekarang.

Tidak mendapatkan respon apapun dari Ayyara, Akram mencolek pinggang Ayyara, meminta perempuan itu untuk mengatakan sesuatu sambil menaikkan alisnya. Akram tau Ayyara gugup. Dia suka melihat reaksi Ayyara yang terlihat sangat lucu.

Sadar dari pikirannya yang berkecamuk, Ayyara langsung bangkit dari pangkuan Akram. Merasa tidak nyaman dengan situasi yang membuat dadanya meledak karena salah tingkah.

"Aa-aku mau ke dalam, ma-mau tidur, iya, tidur." kata Ayyara dengan gugup, suaranya terpotong-potong karena tegang. Ayyara berjalan cepat masuk ke dalam sambil menyentuh pipinya yang mungkin sudah seperti terbakar karena malu.

Akram terkekeh memperhatikan Ayyara yang berjalan terburu-buru masuk ke dalam karena ulahnya.









****

Tbc
Jangan lupa follow wp aku permengulali3

AKRAM (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang