16

91.9K 3.6K 23
                                    

[Happy Reading]
.
.
.
___

Ayyara duduk sendirian di selasar setelah Akram pergi ke kantin meninggalkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayyara duduk sendirian di selasar setelah Akram pergi ke kantin meninggalkannya. Matanya melirik ke arah lapangan, menyaksikan teman-temannya berlarian dan bermain dengan riang. Dia juga ingin ikut olahraga, tapi keadaannya tidak memungkinkan.

Sebenarnya tak masalah jika ia ingin ikut olahraga asalkan berhati-hati, tapi Ayyara juga tidak bisa mengabaikan ucapan Akram padanya.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat dari belakang. Seorang perempuan datang dengan wajah angkuh sambil melipat tangan, berhenti tepat di sebelah Ayyara.

"Kenapa kok gak ikut olahraga?" Lana duduk di sebelah Ayyara, senyum sinis terbit di bibirnya.

Ayyara menoleh ke arah samping, heran dengan kedatangan Lana. "Kamu kenapa ke sini?" Tanyanya.

"Kenapa, hm?"

Ayyara tak menjawab, dia tau Lana mencoba mencari masalah dengannya sekarang. Ayyara berharap Akram datang sebelum Lana melakukan hal yang tidak-tidak.

Lana memperhatikan Ayyara dari atas hingga bawah, lalu tersenyum miring, "Kayaknya bener deh kecurigaan gue,"

Ayyara mengerutkan kening, "Kecurigaan apa maksud kamu?" Tanyanya.

"Lo beneran hamil kan?" Tanya Lana tepat sasaran. Tatapannya penuh kemenangan seolah telah menemukan rahasia besar saat melihat raut wajah Ayyara.

Ayyara melirik Lana, berusaha tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang. "Kamu kenapa ngomong gitu, aku gak hamil." Bantahnya.

Lana mendesis, ia tahu Ayyara berbohong. "Gak usah bohong. Terus ngapain lo ke sekolah selalu pakai jaket yang gak pernah lo dilepas? Dan sekarang lo gak ikut olahraga, gimana gue gak curiga,"

"Aku sakit, jadi gak ikut." jawab Ayyara.

Lana tertawa sinis, dia bangkit dari duduknya, "Sakit? Alasan basi." Lana bergerak cepat mendekati Ayyara. Memaksa untuk membuka jaket perempuan itu untuk memastikan dugaannya memang benar.

"Lepasin, Lana! Aku gak hamil," Ayyara terus menghalangi tangan Lana yang memaksa ingin membuka jaketnya, berusaha keras mempertahankan jaketnya, dengan tindakan Lana yang semakin agresif.

Lana menatap tajam Ayyara "Buka cepetan! gue tau lo hamil," jeritnya.

Lana tidak akan puas jika kecurigaannya tidak terbukti di depan mata.

"Kalau lo gak hamil, lo gak mungkin ngelarang gue. Buka cepat!" bentak Lana.

"Lana, kamu gak punya hak buat maksa kayak gini. Ini tubuh aku, dan aku punya hak buat jaga privasi."

Lana mendekatkan wajahnya ke wajah Ayyara, suaranya rendah namun tajam. "Gue cuma pengen tau kebenarannya."

Mata Ayyara sudah berkaca-kaca. Dadanya berdegup dengan kencang. Dia takut kegilaan Lana menyakiti kandungannya.

"Lo beneran hamil kan? jawab!" Lana menatap Ayyara dengan tajam mencoba memaksa Ayyara untuk mengungkapkan semuanya.

Air mata jatuh membasahi pipi Ayyara, suaranya bergetar menahan takut. "Aku gak hamil," katanya dengan suara serak.

"Bohong! Lo bener-bener jalang, masih sekolah udah hamil anak om-om! Murahan banget sih lo, najis!" umpat Lana dengan keras.

"Lo gak pantes sekolah di sini, muka doang yang polos tapi kenyataannya lo murahan!" Teriak Lana lagi.

Ayyara semakin terpojok, air matanya semakin deras. Namun, sebelum Lana bisa melanjutkan serangannya, Akram datang dengan langkah cepat, wajahnya merah padam. Tanpa ragu, ia langsung menarik tangan Ayyara ketika Lana mencoba lagi untuk menyakiti perempuan itu.

Akram menarik Ayyara ke belakangnya, melindunginya dari serangan Lana. Dia menatap Lana dengan tatapan tajam, emosinya memuncak melihat kegilaan yang dilakukan Lana. "Apa-apaan lo, huh?" suaranya menggelegar.

Lana terhenti, terkejut dengan kehadiran Akram. "Akram? Kamu ngapain lindungin dia?" Kesal Lana.

"Ayyara pacar gue. Gak usah coba-coba nyakitin dia,"

Lana menatap penuh tajam ke arah Ayyara yang berada di belakang Akram. Dia benci ketika Akram selalu mencoba melindungi Ayyara. Dia hanya ingin perempuan cupu itu menjauh dari Akram.

Lana beralih menatap Akram "Kamu jangan pacaran sama dia Akram, dia murahan. Dia hamil!" Tunjuk Lana.

Akram menatap Lana dengan tajam, wajahnya semakin marah. "Lo ngomong apaan sih, huh? Ngerti gak kalo lo udah keterlaluan?" bentak Akram.

Lana menggertakkan giginya, merasa tidak didengar. "Akram, aku cuma peduli sama kamu! Cewek kayak dia gak pantas buat kamu. Cuma aku yang pantes buat kamu, bukan dia,"

Sebelum Akram membalas, Pak Raden, guru yang dikenal tegas, datang menghampiri tiga siswa yang membuat keributan. "Ada apa ini? Kenapa teriak-teriak?" tanyanya dengan tegas, matanya menyapu mereka satu per satu.

Lana melirik Pak Raden, "Pak, Ayyara ha--"

"Lana mau celakain Ayyara pak," potong Akram cepat.

Pak Raden mengernyitkan dahi, bingung dengan situasi yang terjadi. "Benar itu, Lana?" tanyanya, matanya menatap Lana.

"Iya pak. Bapak gak liat tadi Lana kasar sama Ayyara? Ayyara sampe gemetar ini, Pak." jawab Akram.

Akram tidak akan membiarkan Lana berbicara, dia tau perempuan gila itu bisa saja mengatakan yang sebenarnya.

Pak Raden melirik Ayyara yang masih berada di belakang Akram, seolah mencari konfirmasi dari ekspresi perempuan itu. Ayyara tampak gemetar dan ketakutan, memberi gambaran jelas tentang apa yang terjadi.

Pak Raden kembali menatap Lana dengan tegas. "Lana! Kembali ke kelas kamu sekarang. Jangan berkeliaran atau kamu akan saya beri hukuman!" perintahnya dengan tegas.

Lana mendengus kesal, segera melangkah menuju kelasnya. Rencananya gagal lagi untuk menyakiti Ayyara.

Setelah Lana pergi, Akram berbalik menatap Ayyara yang berada di belakangnya. "Kamu gak papa?" tanyanya dengan suara lembut, matanya penuh dengan kekhawatiran.

"A-akram, dia-" lirih Ayyara terputus-putus.

Akram merasakan tubuh Ayyara yang bergetar hebat, dia seolah-olah merasakan sakit yang sama ketika air mata jatuh membasahi pipi Ayyara. Akram meraih tangan Ayyara dengan lembut, "Aku di sini," bisiknya pelan, mencoba menenangkan ketakutan Ayyara.

Akram terlambat untuk melindungi Ayyara. Perempuan itu sudah lebih dulu merasakan ketakutan sebelum ia melindunginya.

Tangan Akram bergerak lembut menghapus air mata yang membasahi pipi istrinya. Dia tidak akan membiarkan air mata itu jatuh lagi.

Cukup sudah air mata itu tumpah hanya karena perilaku buruknya yang dulu dan untuk saat ini biarkan dia mencoba menjadi pelindung untuk Ayyara.

"Kita pulang sekarang."

*****

Tbc
Vote and comment
10/9/23

AKRAM (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang