30

83.3K 2.7K 9
                                    

[Happy Reading]
.
.
.
___

"Kok gak di suruh masuk tamunya?" Ujar Asna yang berjalan ke arah teras mendekati ketiganya yang masih berada di ambang pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok gak di suruh masuk tamunya?" Ujar Asna yang berjalan ke arah teras mendekati ketiganya yang masih berada di ambang pintu.

Ayyara melepaskan tangan Akram yang berada di pinggangnya, menjauhkan sedikit tubuhnya sambil berusaha tersenyum, merasa malu karna diperhatikan oleh Asna, "iya, Bu."

Asna tersenyum menatap Akram yang berada di sebelah Ayyara, "Jadi ini suami kamu, nak?" Tanya Asna pada Ayyara. Pasalnya Asna itu sama seperti Ifan. Mereka hanya mengetahui Ayyara sudah menikah tanpa tau siapa suaminya.

Ayyara melirik Akram sambil melipat bibirnya, merasa canggung lalu beralih menatap Asna yang berada di hadapannya, "Iya, Bu. Dia suami Ayyara," Ujar Ayyara lembut.

"Ganteng ya, tau aja kamu cari yang ganteng," Asna terkekeh, "Ayo! Masuk-masuk jangan di luar." Ajaknya sambil memberi ruang untuk mempersilahkan Akram masuk ke dalam.

Akram melirik ke arah Ayyara yang berada di sampingnya, ia mengangkat alisnya sambil tersenyum manis ke arah Ayyara merasa bangga karena dipuji tampan oleh ibu-ibu, Ayyara memutar bola matanya ketika melihat wajah Akram yang terlihat sangat menyebalkan.

"Ibu mau keluar sebentar," Ucap Asna yang di angguki oleh Ayyara. Menatap kepergian Asna yang menjauh dari pandangannya.

Ayyara melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah di ikuti Akram yang berada belakangnya, melewati Ifan yang masih menatap Akram dengan muka datar.

"Kamu duduk dulu, aku ke dapur sebentar," perintah Ayyara.

Akram mengangguk. Mendudukkan dirinya di ruang tamu sederhana dengan kursi kayu, matanya menatap seisi rumah panti dengan dinding-dinding yang ditempel lukisan-lukisan kreatif anak-anak panti disana.

Tersusun juga disana berbagai macam buku-buku untuk dipelajari. Sambil duduk di situ, Akram melihat beberapa anak-anak yang berlalu lalang dengan ceria, tertawa bahagia, di sekitar ruangan.

Panti di desa itu adalah rumah bagi sekitar lima belas anak-anak yang memiliki cerita dan latar belakang yang berbeda. Di sana, mereka menemukan tempat perlindungan, kehangatan keluarga yang mereka butuhkan.

Tiba-tiba, Akram bangkit dari tempat duduknya ketika melihat Ifan hendak berjalan melewatinya, "Mau kemana lo?" Tanya Akram dengan tegas.

Ifan mengerutkan kening, seolah tidak menyukai pertanyaan dari Akram, "Terserah saya mau kemana, kamu gak perlu tahu," jawabnya dengan dingin.

Akram menghalangi Ifan dengan satu tangannya. Mencegah laki-laki itu untuk menuju ke dalam.

"Gak bisa! Lo pasti mau nyusul istri gue kan? Mending lo jauh-jauh," Ucap Akram dengan muka datar.

"Kenapa saya harus jauh-jauh? Ayyara teman saya disini," balas Ifan.

"Tapi gue gak suka liatnya," Keluh Akram tajam.

"Ya udah tutup mata aja, gak usah liat," Kata Ifan dengan santai.

Akram mendengus kesal, merasa semakin frustrasi, "Emang ngeselin banget ni orang," Ucapnya kesal.

Keduanya sama-sama melempar tatapan membunuh, Akram tahu, pasti Ifan memiliki perasaan terhadap Ayyara, dia tidak akan membiarkannya begitu saja.

Ifan mengabaikan Akram dan hendak berjalan dari sebelah kanan melewati laki-laki itu, Namun, di saat itu juga Ayyara muncul setelah dari dapur dengan satu gelas yang berisikan air minum di tangannya.

Ia melangkahkan kaki mendekati keduanya dengan raut wajah bingung sambil menyerahkan gelas berisi minuman itu pada Akram.

Akram mengambil minuman yang di sodorkan Ayyara kepadanya, ia mendudukkan diri di kursi sambil memegang lengan Ayyara untuk ikut duduk di sebelahnya. Mengabaikan keberadaan Ifan yang terus memperhatikan keduanya.

"Kamu beneran gak mau pulang sama aku?" Tanya Akram setelah meneguk minumannya.

"Aku mau disini dulu," jawab Ayyara.

Akram menghembuskan nafas dalam, mengangguk pasrah, "Ya udah, gapapa. Aku pulang sendiri aja, tapi kamu udah gak marah lagi kan sama aku?" Tanya Akram sambil menyelipkan rambut Ayyara ke belakang telinga.

Ayyara berfikir sejenak. "Masih dikit," ucapnya sambil menatap mata Akram.

Akram menghembuskan nafasnya lelah, mendengar ucapan Ayyara. Merasa pusing dengan tingkah Ayyara yang berubah-ubah.

"Kamu mau pulang?" Tanya Ayyara.

Akram mengangguk, "Iya."

"Besok aja. Ini udah mau gelap, nanti kamu nyampenya di sana malem. Kamu sendirian lagi." Balas Ayyara.

"Kalo gitu kamu pulang sama aku aja, biar akunya gak sendirian," ucap Akram mencoba mencari jalan tengah.

Ayyara menggeleng, "Aku gak bisa,"

Akram menghembuskan nafas dalam, merasa leleh, Ayyara sepertinya sudah ketularan keras kepala seperti dia, "Ya udah kalo gitu, aku nginep disini dulu, tapi aku tidur sama kamu." Pinta Akram dengan mata yang memohon.

Ayyara mengerutkan keningnya, "Gak bisa, aku tidur sama anak lain, kamu tidur sama Ifan aja, dia tempat tidurnya lebih bagus, biar badan kamu gak sakit nantinya." Jelas Ayyara dengan lembut.

Akram melirik ke arah Ifan yang masih berdiri di sana, Ifan mengangkat alisnya dan menunjuk dirinya sendiri, mengekspresikan ketidaksetujuannya jika harus tidur dengan Akram.

Akram kembali melirik Ayyara, "Gak. Aku gak mau tidur sama dia, najis!" Tolak Akram merasa menggeli. Mencoba menunjukkan perasaan tidak nyaman dengan ide konyol Ayyara.

Sambil mendengus, dengan nada kesal Ifan membuka suaranya, "Saya juga gak mau tidur sama kamu, nanti yang ada kamu meluk-meluk saya."

"Siapa juga yang mau meluk lo, gue normal bangsat! Gila banget pikiran lo! Gue juga udah punya istri, mending gue meluk dia dari pada lo, bini gue empuk. Enak kalo di peluk." Tegas Akram.

"Akram mulutnya, ih." Kesal Ayyara. Pipinya bersemu merah merasa malu dengan kata-kata Akram yang dengan seenaknya berbicara spontan tanpa rasa malu.



****

Vote jangan lupa

TBC

AKRAM (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang