Eight

18.9K 1.6K 27
                                    

Tidak disangka hubungan Caine dan Allen semakin erat dari hari ke hari. Allen tidak terlalu ingat, tetapi sepertinya sudah cukup lama semenjak pertemuan pertama Allen dengan Caine di gang sempit. Allen sampai sangat mengenal Caine, begitu bersama kedua kakak laki-laki Caine yang terkadang ikut mengunjungi restoran.

Allen melihat kakak cantik menjadi lebih sering berkunjung. Pastinya selalu memesan makanan setiap kali datang dan meminta bantuan Allen untuk memesankan serta menghabiskan makanan yang dipesan olehnya. Allen senang-senang saja. Mendapat pujian serta makanan gratis. 

Hehe.

Yang membedakan kali ini adalah bagaimana sikap papa-nya sedikit berubah. 

Sebenarnya sebagaimana papa-nya beraktivitas masihlah sama, hal yang membedakan adalah bagaimana sang papa sering kedapatan terdiam menatap kosong suatu objek di hadapan. Terkadang sesuatu yang biasa papa-nya alami semakin lebih banyak terjadi dibandingkan sebelumnya.

Seperti Felix akan lebih mudah ceroboh saat melakukan pekerjaan, melupakan kunci rumah, sampai meninggalkan Allen terkunci di dalam restoran ketika Felix pulang.

Allen tentunya khawatir. Ia bertanya langsung pada sang papa tentang apa yang sedang terjadi. Tentu saja, jawaban kurang memuaskan yang Allen terima dari Felix.

'Papa lagi lelah saja. Besok pasti akan baikkan.'

Nyatanya tidak.

Kejadian sama terjadi keesokan harinya. Allen hanya dapat membantu sang papa, tidak ingin bertanya lebih lanjut yang mungkin mengakibatkan sang papa nantinya semakin kepikiran.

Kini keduanya sudah sampai dirumah. Untungnya Felix tidak meninggalkan Allen sendirian di dalam restoran, sudah dipastikan sebelumnya kalau Felix terus menggenggam tangan Allen saat melakukan closing.

"Papa. Papa mandi dahulu saja. Allen mau beres-beres dino punya Al." Ucap Allen begitu memasuki rumah. Menunjuk tas hijau dengan motif dinosaurus yang di tentengnya, berisi berbagai pernak-pernik peralatan milik Allen yang selalu di bawanya.

"Ya sudah. Papa duluan ya?"

Dengan begitu Felix tanpa basa-basi memasuki kamar mandi, yang lagi-lagi lupa untuk mengambil handuk dikamar. 

Allen dengan inisiatif mengambilkan handuk Felix di kamar, menggantungkannya pada pintu kamar mandi, lalu mulai membereskan peralatan miliknya.

Saat akan membongkar tas, ketukan pintu terdengar keras dan dalam. Melihat jam, seharusnya tidak ada seseorang yang berkunjung. Ini sudah termasuk hampir tengah malam dan tidak mungkin Aunty Lina berkunjung pada jam segini. 

Allen tidak langsung membuka pintu. Ia dalam diam mengintip melalui jendela kaca yang berada di sisi kiri pintu. 

Disana ada beberapa pria berseragam berdiri di depan rumah mereka. Menggunakan kacamata dan sesuatu hitam di telinga, Allen melihat mereka seperti bodyguard yang ada di dalam film-film.

Tetap saja, tidak dengan mudah Allen membuka pintu untuk para pria berseragam itu. 

"Cari siapa ya?"

Suara Allen sepertinya membuat mereka bingung. Karena yang Allen tahu, kaca pada bagian kiri pintu tidak akan terlihat apapun jika dari luar. Jadi ketika ada suara tiba-tiba muncul tentu saja membuat mereka kebingungan.

Para pria berseragam itu saling menatap, sebelum akhirnya yang sedari tadi mengetuk pintu mulai berbicara menjawab pertanyaan Allen.

"Maaf, apa benar ini dengan kediaman Felix Sahnon?"

"Bukan! Ini rumah Allen!"

Terlihat para pria berseragam kembali saling memandang. Berpikir mungkin mereka memang salah rumah.

How My Papa And I Found Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang