Thirty-two

12.8K 1K 40
                                    

"Selamat pagi!"

Di sebuah kamar dengan penerangan cahaya matahari yang menembus jendela, terdapat dua sosok berbeda diatas kasur. Allen, berusaha membangunkan Felix yang tertidur. Mengingat matahari sudah tinggi dan sudah waktunya bagi Felix untuk mengonsumsi obat-nya.

Allen perlahan menggeser tubuh ketika Felix bergerak untuk mendudukkan diri. Sang papa mengusap mata lalu menatap Allen. Pandangan bingung yang familiar bagi Allen itu terlihat begitu Felix sudah sepenuhnya sadar.

"Waktunya minum obat! Al sudah siapkan nih," Allen membantu Felix terlebih dahulu untuk duduk di pinggir kasur. Barulah Ia bergeser menuju meja nakas samping kasur yang terdapat piring plastik dengan sebotol air putih. Diambilnya piring dan botol lalu diberikannya pada Felix. "Tinggal di minum saja!"

Diatas piring plastik, sudah ada beberapa butir obat yang sudah dibuka terlebih dahulu dari kemasan. Felix tidak bertanya lebih lanjut. Ia meletakkan piring plastik di paha lalu mulai meminum beberapa butir disana. Tentu dengan bantuan air putih, Felix dapat meminumnya dengan lancar.

Allen memperhatikan dalam diam. Bagaimana sang papa menelan obat-obat pahit itu, merubah ekspresi saat susah payah menelan obat , dan menghabiskan sebotol air putih yang cukup banyak itu.

"Sudah?"

Felix mengangguk. Membiarkan dirinya diam sejenak sebelum menyerahkan kembali piring plastik dan botol minum pada Allen.

"Terima kasih.... Al?" Ucap Felix sedikit ragu.

Allen tidak merasa terganggu dengan itu. Menerima piring dan botol dari Felix lalu mengangguk.

Tak lama pintu terbuka, menampilkan Dion menggunakan pakaian kerjanya. Lengkap beserta dasi dan jas, membuat pria Alpha itu terlihat sangat perfect.

Allen sendiri takjub dengan sosok Dion. Meski sudah sering melihat Dion mengenakan pakaian yang sama, tetap saja Allen tidak dapat mengalihkan perhatian dari ayahnya itu.

Allen memperhatikan Dion yang berjalan mendekat. Merendah di hadapan Allen, bibirnya menyunggingkan senyuman. "Al, Rayn sudah siap di depan." Ucap Dion. Tangan kanan membenarkan kerah seragam yang sedang dikenakan Allen. Ditepuknya pelan agar debu yang berada disana menghilang.

"Kalau begitu Al berangkat!" Seru Allen. Berbalik badan untuk melihat Felix yang tentunya terdiam memproses apa yang terjadi. "Bye bye!"

Anak itu berlari kecil menuju pintu keluar kamar. Samar-samar Ia mendengar suara dari sang papa setelah melewati pintu, mengucapkan kata-kata yang sampai saat ini belum berhasil dapat Allen terima.

Pegangan pada piring plastik dan botol mengerat. Bisa dirasakan mata-nya menjadi perih. Sebisa mungkin Allen mencoba untuk tidak menghancurkan hari seperti sebelumnya.

Dilangkahkan kaki menuju dapur. Tentu untuk meletakkan botol dan piring plastik. Belum sampai di dapur, Allen sudah menemukan Caine bersandar di dinding. Tangan terlipat dan tatapan diarahkan pada lantai. Tatapannya beralih kini pada Allen saat mendengar langkah kaki kecilnya bergema di lorong mansion.

Tidak sendiri, ada Lisa yang berdiri tegak di samping kakaknya itu. Seperti biasa mata tertutup dan tangan menyentuh satu sama lain di depan.

"Siap berangkat?" Tanya Caine. Menegakkan tubuh untuk didekatkannya pada Allen yang sedikit murung. Mengambil alih piring serta botol dan diberikan pada Lisa.

Tanpa menunggu jawaban, Caine terlebih dahulu mengangkat Allen kedalam gendongan. Allen tidak menolak. Menyamankan diri di gedongan Caine dan menguburkan dalam-dalam wajahnya disana.

Allen yakin Ia tidak perlu menjelaskannya pada Caine. Karena ini sudah kesekian kalinya Allen bertingkah laku sama.

Setelah tahu kalau Felix melupakannya untuk kesekian kalinya.

How My Papa And I Found Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang