Thirty

14.1K 1.3K 56
                                    

"Caine?"

Keheningan melanda ruang rawat inap. Allen dapat melihat bagaimana Caine menatapnya. Begitu dengan Dion yang semakin mengeratkan pegangan pada tangan kecil Allen.

"Al bukan kakak cantik. Kakak cantik ada di sana." Ucap Allen pelan. Menunjuk Caine yang jelas-jelas berada di dekat Felix sekarang.

Felix justru memberikan respon yang membuat Allen merasa takut. Pasalnya, Felix justru mengerutkan kening  seolah tidak percaya dengan ucapannya.

Sebelum Felix menjawab, Dion sudah terlebih dahulu memotong. Mengangkat Allen ke dalam gendongan lalu mendekati Felix.

"Felly. Ini Allen."

Dion menurunkan tubuh Allen di sisi ranjang kosong dan anak itu dengan cepat mendekati tubuh Felix.

"Saya sudah cerita bukan? Kalau sekarang Caine sudah tumbuh dewasa dan kita dikaruniai anak laki-laki lagi." Lanjut Dion. Memberikan tatapan lembut memberikan pengertian pada omega.

Kini ekspresi Felix berubah. Dari yang keheranan, berubah menjadi kosong sejenak. Memikirkan sesuatu keras di kepala sampai akhirnya menemukan jawaban atas ucapan Dion.

"Ah.. oh iya.." Gumamnya.

Mata hitam membalas mata hitam. Felix mengulurkan tangan dan membawa Allen yang didekatnya ke dalam pelukan. Di usap rambut hitam legam Allen lalu di kecupnya.

"Lalu pemuda ini?"

Tatapan di arahkan pada Caine yang masih terdiam membeku. Omega muda masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ia sadar saat Dion sudah berada di belakangnya. Mendorong perlahan tubuh Caine untuk mendekatkannya pada Felix.

"Ini Caine. Sekarang dia sudah kelas dua sekolah menengah. Tumbuh cantik seperti mu bukan?"

Perlahan pipi Felix memerah. Ia tidak menyangka akan mendengarkan godaan dari Dion di saat seperti ini.

Selagi Felix menenangkan diri, Dion mendekatkan wajah pada telinga Caine. Membisikkan sesuatu pada sang anak yang di angguki oleh Caine.

"Caine. Duduklah dekat Felix."

Ia mendudukkan diri pada sisi kosong ranjang. Bisa di lihat lebih jelas bagaimana wajah Felix sebenarnya.

Felix terlihat lebih pucat dari yang pernah dilihat sebelumnya. Meski ada rona wajah di sana, tidak terlalu ketara karena begitu pucat. Pria itu memiliki kantung mata. Matanya sayu dan pipi yang cekung.

Hanya dalam beberapa hari Felix berubah seperti ini, menandakan bahwa obat yang di minum oleh Felix benar-benar mengambil jati dirinya.

"Aku nggak menyangka akan memiliki anak secantik ini."

Tangan kanan Felix terangkat dari punggung Allen, mengusap pipi Caine yang terasa hangat dibandingkan tangan kurus Felix.

Felix menutup mata. Membiarkan ibu jari Felix menyusuri pelipis hingga ke hidung. Merasakan lembutnya telapak tangan yang sudah di buat bekerja beberapa tahun terakhir.

"Aku pasti merawat mu dengan baik."

Caine membuka mata. Menemukan dua manik hitam yang menatapnya lembut penuh kasih sayang.

Di lirik Dion, Ia mengangguk dan membiarkan Caine melakukan apapun yang di inginkan anak itu.

Membalas sentuhan Felix, Caine menangkup tangan kurus itu dan mengecupnya.

"Ya. Mama merawat ku dengan baik." Caine membasahi bibirnya. "Aku senang mama selalu berada di sisiku selama ini."

Respon Felix membuat perut Caine terasa berat. Senyum paling bahagia yang pernah Caine lihat, begitu polos dan naif.

How My Papa And I Found Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang